Selasa, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 6 Januari 2015 13:06 wib
11.674 views
Imam Istiqlal Mustafa Ya'kub : Larangan Guru Agama Asing Hanyalah Palsu
JAKARTA (voa-islam.com) - Imam Masjid Istiqlal, Mustafa Ali Yakub menilai larangan yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang guru agama asing hanya alasan palsu yang dibuat-buat saja.
"Itu cuma alasan palsu yang dibuat-buat oleh mereka," kata Mustafa kepada ROL, Senin (5/1).
Kiai Mustafa mengatakan, guru agama asing tidak menyebabkan masalah yang dikhawatirkan oleh pemerintah. Namun, Mustafa menilai larangan tersebut sangat tidak menghargai dosen atau guru agama asing yang telah berjasa bagi pendidikan di Indonesia.
Ia juga mempertanyakan pemerintah untuk membuktikan bahwa adanya radikalisme yang disebarkan oleh guru agama asing. "Larangan itu sangat tidak menghargai guru agama asing dari negara Muslim di seluruh dunia, belum ada buktinya" ujar Mustafa.
Kiai Mustafa sangat khawatir, langkah pemerintah dalam mengajukan larangan guru agama asing merupakan bentuk dari pelaksanaan protokol zionisme nomor 14. Mustafa menjelaskan protokol tersebut berisi tentang penghapusan seluruh agama di dunia kecuali Yahudi.
"Sangat lebih berbahaya bila larangan tersebut nantinya direalisasikan," tegas Mustafa.
KOMENTAR:
Arahnya sudah sangat jelas siapa dibalik agenda2 Pemerintah sekarang ini, mulai dari Agenda kebijakan-kebijakan Ekonomi, Sosial Budaya, Politik, sampai masalah Agamapun tidak luput di-atur oleh Zionisme.
Membenarkan sinyalemen selama ini bahwa Pemerintah sekarang ini hanya merupakan Kaki Tangan Kolonialisme, Imperialisme ( Zionisme ) dalam bentuk penjajahan baru menempatkan para boneka-bonekanya di-Negara-negara berdaulat seperti Negara Republik Indonesia tercinta ini.
Benarlah apa yang dikatakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam 15 abad yang lalu, berdasarkan hadist-hadist shahih akhir zaman. Mereka Yahudi menunggu, bahkan mempercepat kedatangan Rajanya yaitu Dajal.
Jauh-jauh hari sebelumnya mereka sangat yakin bahwa kerajaan seribu tahun cepat atau lambat akan terwujud dg pimpinannya/rajanya Dajal. Kita dapat lihat simbol-simbolnya semisal uang USD ber-mata satu. Berikutnya konsep the New Order " Tatanan Dunia Baru yang akan di-bawah satu kontrol Pemerintahan, dan sebagainya.
Dan sekarang sudah mulai kita rasakan, bahwa Negara Republik tercinta ini sudah tidak berdaulat lagi, sudah dikontrol oleh mereka. Tetapi sangat di-sayangkan kaum Muslimin lalai thdp peringatan-peringatan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tersebut.
Bahkan kebanyakan kaum Muslimin melecehkan riwayat-riwayat kedatangan " Dajal" tsb, padahal hadits-hadist tersebut mutawatir dan shahih. Dajal bukan bukan ditakuti tapi di-waspadai dengan ke-Imanan. karena kerusakan yg ditimbulkannya sangat luarbiasa sekali. Sekarang ini saja Dajal belum datang, baru antek2nya sudah membuat kerusakan.
Dan jauh sebelumnya para Rasul dan para Nabi pernah memperingatkan umat-umatnya akan Dajal tersebut.
Kiayi Mustafa sangat khawatir, langkah pemerintah dalam mengajukan larangan guru agama asing merupakan bentuk dari pelaksanaan protokol zionisme nomor 14.
Mustafa menjelaskan protokol tersebut berisi tentang penghapusan seluruh agama di dunia kecuali Yahudi. Protokol tersebut berisi tentang penghapusan seluruh agama di dunia kecuali Yahudi.
Benar yang tinggal nantinya"Agama Yahudi", walaupun bentuknya Islam, tapi isinya bukan Islam/yang tinggal nanti cumanamanya " I S L A M ". Tapi "R U H - I S L A M" nya sudah tidak ada sama sekali, tidak ada rasa cemburu lagi terhadap Agamanya. Bahkan se-lemah2nya Iman untuk mengingkari kemungkaran di-dalam hati sudah tidak ada sama sekali.
Padahal inti ajaran Islam adalah TAUHID sedangkan kesempurnaan TAUHID adalah al-Walla dan al Baro’, dan , dan ingat kaidahnya sbb :
Al-Wala' artinya loyalitas dan kecintaan.
Wala’ adalah kata mashdar dari fi’il “waliya” yang artinya dekat. Yang dimaksud dengan wala’ di sini adalah dekat kepada kaum muslimin dengan mencintai mereka, membantu dan menolong mereka atas musuh-musuh mereka dan bertempat tinggal bersama mereka.
Al-Bara' artinya berlepas diri dan kebencian.
Bara’ adalah mashdar dari bara’ah yang berarti memutus atau memotong. Maksudnya di sini ialah memutus hubungan atau ikatan hati dengan orang-orang kafir, sehingga tidak lagi mencintai mereka, membantu dan menolong mereka serta tidak tinggal bersama mereka.
Kedudukan al-Wala’ wal Baro’ dalam Islam.
Di antara hak TAUHID adalah mencintai ahlinya yaitu para muwahhidin, serta memutuskan hubungan dengan para musuhnya yaitu kaum musyrikin. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang-siapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beri-man menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Al-Maidah: 55-56)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuhmu menjadi teman-teman setia …” (Al-Mumtahanah: 1)
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain.” (Al-Anfal: 73)
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (Al-Mujadilah: 22)
Kedudukan al-wala’ wal bara’ dalam Islam sangatlah tinggi, karena dia adalah tali iman yang paling kuat. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam: “Tali iman paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.). Ibnu Jarir
Dan dengan al-wala’ wal bara’-lah kewalian dari Allah dapat tergapai. Diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu:
“Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi wala’ karena Allah dan memusuhi karena Allah maka sesungguhnya dapat diperoleh kewalian Allah hanya dengan itu. Dan seorang hamba itu tidak akan merasakan lezatnya iman, sekali pun banyak shalat dan puasanya, sehingga ia melakukan hal tersebut. Dan telah menjadi umum persaudaraan manusia berdasarkan kepentingan duniawi, yang demikian itu tidaklah bermanfaat sedikit pun bagi para pelakunya.”(HR. Thabrani dalam Al-Kabir)
Dari ayat dan hadist diatas menunjukan tentang wajibnya loyalaitas kepada orang-orang mukmin, dan berlepas diri dari orang-orang kafir,serta menunjukkan bahwa loyal kepada sesame umat Islam adalah kebijakan yang amat besar, dan loyal kepada orang kafir adalah bahaya besar.
Dan kita lihat sebahagian ummat Islam turut ikut memerayakan Natal atau hari-hari raya orang-orang Kafir, bahkan turut mengucapkan" Selamat Natal" sekalipun, ini adalah bentuk loyalitas terhadap orang-orang Kafir. Dan sebahagiannya kaum Muslimin sekarang ini yang justru membela dan loyal thdp orang-orang yang mengucapkan "Selamat Natal" tersebut.
Bahkan kalau ada kaum Muslimin, saudaranya sendiri satu Iman dengannya yang menentangnya di-kata-katai dan di-hujat dengan kata-kata tidak ber-Akhlak-lah tidak terpujilah.....tidak bisa menghargai arti toleransilah..., miris sudah umur menjelang tua begini dan sebagainya...dan seterusnya....., Laa Hawlaa walaa quwwata illaa bilaah.....
Benarlah apa yg di-katakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam 15 abad yang lalu, yang dusta dinggap jujur, sedangkan sebaliknya yang khianat dianggap jujur.
Inilah zamannya!!!.......
[rachmat ramdan/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!