Survei: 37 Persen remaja Yahudi AS Bersimpati Pada HamasSabtu, 23 Nov 2024 20:25 |
Sahabat Voa Islam,
Subhanallah,
'Itu, itu awalnya. Itu sejarah saya, maka tidak saya ubah-ubah, masih seperti dulu kondisinya,’’ kata Sarwidi (42), menunjuk bagian belakang rumahnya yang bertiang bambu dan berdinding gedek serta kusam kondisinya.
Itulah rumah sederhana yang diterima Keluarga Sarwidi bersama lebih seratus keluarga lainnya korban gempa bumi 27 Mei 2006. Bantuan tersebut didatangkan oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia.
Kini, di depan pondok tersebut, sudah berdiri rumah tembok nan kukuh dan mentereng. Dua mobil terparkir di sekitarnya. Di dalam rumah bagian depan, terserak berbagai kain, baju, dan tas bercorak batik. Ada yang dipajang di rak, banyak pula yang menumpuk di atas karpet. Inilah kediaman sekaligus galeri sederhana batik Sarwidi.
Lelaki sederhana jebolan kelas 4 SD itu kini terkenal di dunia. Melalui fasilitas internet di rumahnya di Kebonagung RT 03/RW 01, Desa Jarum Bayat, Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Sarwidi memasarkan produk batiknya. Buyers dari Canada, Cekoslovakia, Swedia, dan lain-lain, pun berdatangan. ‘’Ini buat dikirim ke Jepang,’’ kata Sarwidi sambil menunjukkan kain batik sutera kepada LAZIS Dewan Dakwah di workshop-nya, Kamis (11/9) lalu.
Di dalam negeri, batik karya Sarwidi diambil sejumlah distro batik terkenal. ‘’Mereka membeli dari saya sepotong Rp 300 ribu, lalu dijual di tokonya Rp 600 ribu,’’ ungkap Sarwidi sambil menyebut salah satu mitra dagangnya.
Atas saran mentornya, Rifa’i Haryono, Sarwidi memilih tidak memakai label sendiri. ‘’Biarkan dia bekerja sebagai seniman batik, jangan jadi seorang kapitalist,’’ kata Rifa’i.
Warna alam, memang jadi keunggulan batik Sarwidi. Batik natural yang dihasilkannya, diproduksi secara manual. Menggunakan tangan dengan bahan pewarna alami.
Bahan yang digunakan terdiri dari kain lurik ATBM (alat tenun bukan mesin), lilin, dan warna alam. Warna alam yang digunakan misalnya warna biru dari daun dan batang nila, coklat dari kulit batang tingi, kuning dari buah jolawe, bunga srigading dan dari kayu tegeran. Sedang untuk warna coklat dari kayu batang mahoni dan dari sabut kelapa, orange dari biji buah kesumba, dan warna hijau dari daun dan kulit batang mangga.
“Banyak kayu yang bisa menghasilkan kadar warna yang baik. Asal tahu cara mengolahnya, mulai dari fermentansi, perebusan, pembusukan, merendam, dan tentu membatik itu sendiri,” tutur Sarwidi yang pernah mengikuti pelatihan batik warna alam yang diselenggarakan Balai Besar Yogya dan didanai Japan International Coperation Agency (JICA).
Sudah pasti, butuh waktu lama hingga berpekan-pekan untuk menyelesaikan selembar kain batik. Maka, produknya jadi eksklusif, harganya jauh lebih mahal dibandingkan batik cap atau cetak yang diproduksi massal.
Namun, Sarwidi tidak menikmati sendiri hasil jerih payahnya. Ia kini mempekerjakan 25 karyawan tetap pembatik, sebagian besar perempuan tua di Bayat. ‘’Mereka bekerja dari jam 10 pagi hingga jam setengah lima sore, dengan gaji Rp 40 ribu bersih perminggu,’’ ungkap Sarwidi. Lebaran lalu, imbuhnya, ia membayar THR hingga 14 juta untuk mereka.
Selain itu, Sarwidi juga memberi tambahan penghasilan buat 85 keluarga yang menjadi pekerja sanggan. Ibu-ibu sanggan ini tugasnya membatik lilin di rumah masing-masing, yang selembar kain bisa selesai dalam waktu sepekan atau lebih. Tiap lembar jasanya dihargai Rp 60 ribu.
‘’Bangunan gedek itu saya biarkan, untuk mengingatkan saya agar tidak lupa bersyukur,’’ ucap bapak dua anak ini.
Bagaimana tidak. Sebelum jadi juragan batik natural seperti sekarang ini, Sarwidi remaja pernah menggelandang ke Jakarta sebagai penjual buah dingin keliling di seputar Sunter Podomoro, Jakarta Utara. Enam tahun lamanya profesi ini dia geluti, hingga akhirnya mandek lantaran kerusuhan Mei 1998.
Untuk menghidupi istrinya, ia coba narik becak di Yogyakarta. Kemudian anak kedua dari lima bersaudara ini memutuskan kembali ke Ibukota, kali ini berjualan es di daerah Kedoya, Jakarta Barat.
Gempa bumi yang melanda Bantul dan Yogyakarta pada 2006, memaksa Sarwidi mudik. Apalagi, saat itu istrinya tengah mengandung. Di kampung, Sarwidi membeli sebuah becak bekas untuk menghidupi keluarganya.
‘’Saya sempat punya langganan anak Pak Idham Samawi yang kemudian jadi Bupati Bantul. Saya bahkan pernah ditampung di rumahnya sambil jaga,’’ kenang Sarwidi.
Ia lalu jadi buruh pembatik yang tugasnya mencelup batik pewarna kimia di sebuah usaha milik tetangganya. Melalui aktivis LSM Rifa’i Haryono, Sarwidi kemudian mengikuti pelatihan membatik alami di Jogja.
Rupanya ia sangat tertarik mengikuti pelatihan dengan pewarna alami tersebut. Baginya, hal tersebut merupakan pengalaman baru dan sangat pantas untuk digeluti.
Sarwidi lalu bereksperimen, membatik dengan bahan pewarna alami di rumahnya. Dibantu sang isteri yang memang lentur membatik, mereka menafaatkan kulit pohon mangga di pekarangan rumahnya.
Meski harus bekerja keras dan dengan waktu cukup lama, lima lembar batik dengan warna alami dari pohon mangga berhasil mereka kerjakan. Sarwidi pun memutuskan untuk menggeluti usaha tersebut.
Bermodalkan uang hasil penjualan dua unit becak sebesar Rp 900 ribu, Sarwidi dan istrinya saling bahu membahu mencoba usaha batik pewarna alam. Hasilnya dijual keliling menggunakan sepeda, bahkan hingga Yogyakarta. Peminat sepi.
“Kain pertama berukuran 2 meter terjual hanya Rp 65 ribu saja,” kenangnya.
Namun ia tak putus asa, meski diejek, dicemooh dan dicibir banyak orang. Sarwidi terus berinovasi, untuk medapatkan berbagai varian warna dengan hasil yang lebih baik. Tidak hanya mangga, bahan alami lain pun digunakan, seperti teger, tingi, mahoni, bunga sri gading, daun suji, indigo, dan lainnya.
Namun demikian, pemasaran masih saja menjadi kendala utama usahanya tersebut. Produknya yang mahal tak sesuai dengan daya beli masyarakat di sekitar kampungnya. Pemasaran ke kota atau menitipnya ke toko-toko pun belum tentu laku terjual.
Akhirnya, ada berkah menghampiri. Ini bermula ketika ia menolong seorang turis asal Korea yang terjatuh. Dari situ, produknya dibeli, Sarwidi pun dikenalkan pada pemasaran cara ‘baru’, yakni melalui internet. Alhasil, produknya bisa dikenal luas, dan dibeli oleh pembeli asing, seperti dari Jepang, Swiss, Korea, dan Kanada.
Batik Natural Sarwidi pun kian berkembang maju, bahkan jadi trend setter.
Desa Jarum Bayat jadi yang tadinya senyap, kini telah bergeliat dengan menjamurnya usaha sejenis Sarwidi. Pengrajin batik alami bermunculan mengikuti jejak sukses Sarwidi. Lelaki berbadan kurus ini bahkan tak segan berbagi ilmu tentang teknik pewarnaan alam tersebut. Baginya, lebih mulia jika ilmu yang didapatnya bisa membantu meningkatkan kesejahteraan banyak orang.
“Dengan begini, maka semakin banyak lapangan kerja sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Tidak harus keluar desa atau menjadi TKI,” ucapnya.
Ibu-ibu rumah tangga diberdayakan. Pun demikian ia mendorong anak-anak muda agar dapat membangun usahanya sendiri. Berbagai produk ia kreasikan, seperti sablonan kaos, aksesori, tas, dan produk fungsional, seperti taplak, place mate, dompet, dan lainnya.
Sarwidi, yang kini dipercayakan pemerintah desa sebagai Ketua Pelaksana Program “Desa Wisata Jarum” tersebut tak hanya sibuk mengurusi usaha batiknya. Ia juga guru yang mengajari dan melatih anak-anak sekolah, pengrajin pemula, kelompok usaha, bahkan pemerintah daerah setempat. Ia telah mendidik ratusan orang. Mereka telah sukses mandiri, membangun usaha sendiri, menjadi wirausahawan di berbagai daerah, seperti di Pulau Jawa, Medan, dan Kalimantan.
Lelaki berbadan kecil kelahiran Pundung Rejo, 28 April 1972, ini tak berbusung dada. Ia tetap merendah, melayani siapapun yang hendak belajar melestarikan batik warisan asli Indonesia. Maka pantas, ia didaulat menerima penghargaan “Kusala Swadaya 2013” sebagai pelaku usaha “Kewirausahaan Sosial” yang tak kenal lelah melestarikan dan mensejahterakan lingkungan dan masyarakat sekitar. [nurbowo/adivammar/voa-islam.com]
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com