Selasa, 12 Jumadil Awwal 1446 H / 24 Juni 2014 09:32 wib
33.444 views
Opini Debat Capres: Antara Burung Beo, dan Kualitas Orasi Jokowi Dibawah Anak SMA
JAKARTA (voa-islam.com) -Membandingkan Jokowi dengan burung ‘beo’. Mungkin berlebihan. Tetapi, faktanya burung ‘beo’ diajari beberapa kali sudah bisa menirukan dengan fasih pelatihnya. Misalnya, seorang pelatih mengajari burung ‘beo’ mengucapkan, ‘Selamat pagi’, maka selanjutnya dengan fasih burung ‘beo’ itu akan mengucapkan ‘Selamat pagi’ tidak grogi.
Tetapi, Jokowi dua hari dua malam, sudah di ‘dril’ oleh ‘Tim Ahli’, tetap saja Jokowi yang menjadi calon Presiden Indonesia, menunjukkan dia tidak mampu mampu menyampaikan orasi secara sistematis dan terstruktur dengan baik yang pantas diucapkan sebagai seorang calon Presiden.
Melihat gaya orasinya Jokowi pada Debat Capres 22 Juni 2014 tadi yang lalu, kesimpulannya Jokowi berorasi pada level dibawah anak SMA rata-rata. Perhatikan bagaimana cara dan gaya kalimat Jokowi berargumentasi dalam menjawab pertanyaan Prabowo dan pertanyaan Moderator.
Banyak SMS yang masuk serta email yang masuk kealamat penulis, mengatakan bahwa kalimat Jokowi amburadul dan hancur, serta logika kalimatnya tidak tersusun secara baik sebagaimana orang yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi. Jokowi ditertawakan oleh banyak orang dari caranya menjawab berbagai pertanyaan yang gelagapan pikir.
Selanjutnya mereka para penyampai SMS dan email kepada penulis, menyorot kepada timses Jokowi, betapa bodohnya mereka semua, selalu membela dan menutupi kebodohan orang yang mereka dukung saat ini.
Memang nyata sekali bahwa Jokowi adalah benar sebagai “Petugas Partai” setingkat manajer yang dipaksakan untuk menjadi calon seorang Presiden.
Inilah sebuah rekayasa pengorbitan sosok Jokowi yang sudah dimulai sejak dari Solo yang diekspose secara bombastis luar biasa untuk melakukan pembohongan publik Indonesia agar calon yang digadang-gadang sebagai boneka mereka (kekuatan asing, kapitalis dalam negeri dan luar negeri) agar sukses menjadi Presiden yang akan mereka tunggangi, mereka bonekai, mereka kacungi layaknya seperti kejadian pada mantan Presiden Gusdur, Megawati dan SBY.
Pada saat periode itu Indonesia berjalan ditempat yang terjadi perubahan adalah kehendak-kehendak serta agenda asing yang berkaitan dengan UU yang memihak asing, serta hanya perubahan predikat, dan pengakuan yang ada kaitannya dengan solidaritas, serta keetnisan saja. Malah disaat periode Gusdur, Megawati, SBY yang berubah adalah pertambahan hutang Negara yang terus semakin meningkat sudah diatas Rp. 3000 T.
Disaat Prabowo bertanya tentang Drone (pesawat pengintai tanpa awak) yang koneksitasnya kepada satelit dan Megawati telah menjual PT.Indosat (perusahaan yang sangat profitable dijual), Jokowi menyanggah dengan mengatakan, “kita jangan membicarakan masa lalulah” untuk membela Megawati.
Sadarkah Jokowi yang mengamini Jusuf Kalla ketika bertanya masalah HAM kepada Prabowo pada acara debat I yang lalu? Tidakkah pertanyaan JK adalah merupakan masa lalu yang tidak bisa dibuktikan??? Inilah ketidak konsistenan Jokowi dalam berpikir dan berucap (orang seperti ini sangat berbahaya).
Pantas saja Jusuf Kalla pernah mengatakan :“Bisa hancur Indonesia jika Jokowi menjadi Presiden Indonesia”. Orang seperti Jokowi adalah orang yang sangat mudah ditunggangi, sangat mudah dikacungi dan sangat mudah dibonekai.
Sebenarnya banyak sekali kekurangan Jokowi kalau mau dituliskan dan sangat banyak informasinya yang bisa diakses dalam pencarian digital. Semoga dengan tulisan ini bisa menguatkan para pembaca untuk menyimpulkan siapa yang selayaknya untuk menjadi Presiden Indonesia untuk masa jabatan 2014-2019 kedepan. Semoga Indonesia bisa membangun atas dasar berdiri diatas kaki sendiri. *Abah Pitung/kmpsn
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!