Rabu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 11 Juni 2014 08:57 wib
72.812 views
Jokowi: Bhinneka Tunggal Ika Contohnya Lurah Susan. Justru Jokowi Anti Demokrasi
JAKARTA (voa-islam.com) - Ada yang menarik dari acara Debat Calon Presiden yang ditayangkan televisi (9/6). Banyak pihak yang menarik menanti debat capres ini. Jokowi dan Prabowo Subianto dapat dibilang menjawab dahaga masyarakat Indonesia. Pasalnya capres - cawapres yang didukungnya baru kali ini tampil berdebat.
Debat Capres semalam jelas terlihat moderator terlihat berat sebelah, usut punya usut ternyata selain satu alumni dengan Jokowi, dan kawan karibnya Anis Baswedan, rupanya asal Bugis, sekampung sama JK.
Karena berat sebelah, jadi fokus semua ke Jokowi. Apa yang menarik dari pernyataan Jokowi terkait makna Bhinneka Tunggal Ika?
Jokowi mengatakan "Jika di suatu kelurahan mayoritas warganya Muslim, boleh ditempatkan Susan yang nonmuslim sebagai lurah karena sudah memenuhi syarat administratif dan birokratif."
Padahal ada yang luput dari statement ini, apa itu?
Begini logikanya, "Biar Lurah Susan diprotes warga Lenteng Agung yang jumlahnya bisa ribuan itu, jangan diperdulikan, sebab itu maunya gubernur (pasti gubernur hanya 1 orang). Itulah hakikat bhinneka tunggal ika versi Jokowi" sebagaimana yang dipaparkan Nanik S Deyang, wartawati senior yang juga mantan tim sukses Gubernur DKI Jokowi 2012 silam.
...Biar Lurah Susan diprotes warga Lenteng Agung yang jumlahnya bisa ribuan itu, jangan diperdulikan, sebab itu maunya gubernur (pasti gubernur hanya 1 orang). Itulah hakikat bhinneka tunggal ika versi Jokowi"
Menurut Nanik S Deyang, penempatan posisi seorang pejabat tergantung maunya atasan, bukan aspirasi rakyat banyak yang dia akui sendiri mayoritas muslim di Lenteng Agung. Biar Bhinneka kehendak rakyat tetapi tunggal ika sesuai maunya penguasalah yang harus jadi. Padahal ini prinsip antidemokrasi.
Biar Bhinneka kehendak rakyat tetapi tunggal ika sesuai maunya penguasalah yang harus jadi. Padahal ini prinsip antidemokrasi.
Mari kita tunggu apakah Jokowi akan menempatkan sarjana UIN atau lepasan pesantren yang jadi pegawai Pemprov DKI menjadi Lurah di Glodok atau Pinangsia, meski sesungguhnya kita tidak menghendakinya, karena bukanlah itu yang dimaksud Bhinneka Tunggal Ika.
Beginilah kalo boneka bicara, lucu dan menggemaskan [adivammar/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!