Rabu, 12 Jumadil Awwal 1446 H / 14 Mei 2014 11:27 wib
23.620 views
Menghitung Hari : Nasib Jokowi AkankahTetap Didukung Mega?
JAKARTA (voa-islam.com) - Ibaratnya, Jokowi sudah jatuh tertimpa tangga. Di mana Jokowi gagal mendongkrak suara PDIP, dan ketika rapat evaluasi pileg diusir oleh Puan Maharani. Karena Jokowi berani menyalahkan Puan sebagai Ketua Pemenangan Pemilu PDIP atas jebloknya suara PDIP di pileg.
Arogansi Jokowi muncul, dan dia merasa PDIP lebih membutuhkan dirinya ketimbang dirinya membutuhkan PDIP. Hal ini menyebabkan dia dan pendukungnya, PDIP ProJo menolak meminta maaf dan malah mengambil kendali atas badan pemenangan pemilu dari tangan Puan Maharani.
Pada titik ini sesungguhnya Megawati, seluruh keluarga Soekarno dan pendukung setia mereka sudah marah besar pada Jokowi, dan bila pilpres tinggal beberapa bulan lagi, maka dapat dipastikan Jokowi akan dipecat dari PDIP. Namun karena tidak mungkin memecat sekarang maka ketidaksukaan Mega itu diwujudkan n secara simbolis antara lain:
- tidak ada satupun petinggi PDIP yang menghadiri peresmian rumah pemenangan Jokowi di rumah Moeryati Soedibyo;
- tidak digubrisnya Jokowi oleh Megawati selama acara pengukuhan Hendropriyono dan bahkan Jokowi duduk di meja lain;
- peringatan Puan Maharani kepada Jokowi supaya jangan kualat kepada keluarga Soekarno;
- ditolaknya permohonan Jokowi untuk bertemu Guntur dan Rachmawati; dan
- pernyataan Guruh yang meraguhkan kemampuan Jokowi memimpin Indonesia dan meragukan penghayatannya akan ajaran Soekarno.
- tidak ada satupun fungsionaris PDIP, seperti Sekjen PDIP Tjahjo Kumulo, saat Jokowi bertemu dengan Ical di Pasar Gembrong.
Menyadari Jokowi adalah sosok yang berbahaya bagi PDIP, maka Mega segera menarik kewenangan Badan Pemenangan Pemilu ke dalam kendalinya, sehingga Jokowi dan ProJo tidak bisa berbuat apa-apa, dan setelah itu Megawati memberikan kewenangan pemenangan pemilu kepada Puan sebagai perwakilan dirinya.
Dalam sekali langkah Megawati memberikan imunitas kepada Puan dari serangan yang mungkin dilakukan Jokowi dan ProJo di masa depan karena kali ini menyerang Puan sama saja menyerang Megawati, yang merupakan tindakan bunuh diri.
Berubahnya sikap Megawati terhadap Jokowi juga ditunjukan dengan pemilihan anggota Badan Pemenangan Pemilu yang baru yaitu dari PDIP simpatisan Mega dan NasDem serta menolak permohonan anggota PDIP ProJo untuk menjadi anggota, dengan demikian kendali atas kampanye PDIP termasuk “sumbangan kampanye” sudah ada di dalam pengendalian tangan Mega sepenuhnya.
Yang paling signifikan menyebabkan Megawati murka kepada Jokowi adalah ditemukannya dokumen notulen rapat antara 'PDIP ProJo dengan Dubes Amerika dan Israel' di Singapura pada bulan Februari 2014 yang berisi rencana dan langkah yang akan diambil Jokowi untuk dicapreskan dan kemudian sebagai langkah terakhir mendongkel Mega dan keluarga Soekarno keluar dari PDIP.
Saya dapat memberi konfirmasi dari orang PDIP sendiri bahwa rencana mendongkel Mega adalah benar karena ProJo melihat kekuatan trah Soekarno sudah habis dan memerlukan regenerasi.
Saat ini Mega memang sedang melakukan kalkulasi politik terkait Jokowi, seperti untung-rugi tetap menaruhnya sebagai capres PDIP dan bagaimana cara mengendalikan; atau bila tidak mungkin dikendalikan maka bagaimana cara membatalkan pencapresan Jokowi tanpa merusak peluang capres-cawapres baru dari PDIP untuk memenangkan pilpres.
Kemungkinan kita baru tahu langkah yang akan diambil Megawati pada detik-detik terakhir sebab ingat pencapresan Jokowi baru sebatas dukungan dan belum resmi sehingga seperti Hanura membatalkan Wiranto-HT dan PKB membatalkan Rhoma Irama maka tetap ada kemungkinan pencapresan Jokowi dibatalkan bila kalkulasi Mega menyimpulkan kerugiannya bisa diminimalisir.
Tentu saja yang lebih memusingkan Jokowi lainnya adalah penolakan Mega atas usulannya mencalonkan Abraham Samad yang merupakan titipan Amerika sebagai cawapres. Alasannya karena Mega lebih condong Puan untuk menjadi cawapres Jokowi atau setidaknya Ryamizard Ryacudu. Namun dengan masuknya mitra koalisi maka penetapan cawapres sudah bukan sepenuhnya berada di tangan Megawati lagi.
Sekarang PDIP, Megawati dan Jokowi sedang sakit kepala dan migrain akut akibat kesalahan mereka menggunakan posisi cawapres sebagai alat “dagang sapi” demi menarik mitra koalisi karena sekarang NasDem menuntut supaya calon mereka yaitu JK menjadi cawapres; PKB mencalonkan Mahfud MD.
Sedangkan Golkar bisa saja mendukung JK, namun akan mendapat resistensi dari ARB yang bersedia berkoalisi dengan PDIP bila cawapres jatuh ke tangannya. Sedangkan ProJo terus memaksa Abraham Samad, walaupun dapat dipastikan Mega tidak menggubris keinginan ProJo. (berick d/kmpsn)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!