Senin, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 12 Mei 2014 13:35 wib
55.680 views
Ketua Umum DDII KH Syuhada Bahri : Ada Skenario Jalan Menuju Presiden Kristen
JAKARTA (voa-islam.com) - Di tengah ramainya pertemuan yang berlangsung di kantor pusat MUI, di mana berlangsung pertemuan MUI dengan Forum Ukhuwah Umat Islam (FUUI), yang merupakan wadah Ormas-Ormas Islam, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Syuhada Bahri, menyampaikan kerisauannya, melihat kondisi dan situasi politik yang berlangsung di Indonesia saat ini, Senin, 21/4/2014.
Di mana posisi umat Islam di masa depan menjadi sangat mengkawatirkan, jika melihat secara teliti dan mendalam. Karena, masalah dan tantangan yang dihadapinya, terutama tantangan yang datangnya dari eksternal. Gejala ini semakin nampak ketika mencermati fenomena dan berbagai manuver partai-partai politik, khususnya partai-partai sekuler usai pemilu legislatif 2014 ini.
Hasil pemilu legislatif 2014 ini menampilkan gambaran betapa situasi politik lima tahun ke depan akan terus diliputi krisis yang hebat. Penyebabnya, karena tidak ada satupun partai politik peserta pemilu 2014 ini yang mendapat suara diatas 20 persen.
Selanjutnya, partai-partai yang suaranya menengah, seperti PKB, PAN, PPP, dan PKS menjadi faktor penentu dalam pencalonan presiden. Karena persyaratan partai politik yang dapat mencalonkan presiden harus memiliki dukungan suara 25 persen nasional atau 20 persen di parlemen. Karena itu, koalisi bagi partai-partai politik yang akan mengusung calon presiden mutlak harus melakukan koalisi.
Apakah Partai-partai Islam dapat membangun koalisi sesama Partai Islam lalu mengusung capres dan cawapres sendiri?
Ormas-ormas Islam sudah mengeluarkan pernyataan sikap yang menginginkan agar Partai-Partai Islam melakukan koalisi dan mengusug capres dan cawapres sendiri? Apakan ini akan dapat terwujud? Sangat tergantung dari kemauan baik (good will).
Namun, yang menjadi pusat keprihatinan dan kegelisahan Ketua DDII, Syuhada Bahri, kemungkinan adanya skenario, langkah-langkah yang tertata dan sistematis, mengarah kepada Indonesia akan lahir seorang ‘Presiden’ Kristen. Langkah-langkah secara perlahan-lahan nampak, kalau mengamati gerakan politik yang berlangsung sangat inten dan terus-menerus.
Syuhada Bahri, melihat langkah yang dilakukan Megawati dengan keputusannya agar PDIP mengusung Jokowi sebagai Capres dari PDIP dalam pilpres bulan Juli mendatang. Sekarang sesudah Mega dan PDIP mengusung Jokowi menjadi calon presiden, lalu siapa yang akan mendampingi Jokowi menjadi calon wakil presiden? Disini letak pokok persoalannya.
Sebuah informasi yang bersifat ‘inside’ dari seorang wartawan senior di Singapura, mengatakan akan terjadi ‘suprise’ dalam pencalonan wakil presiden oleh PDIP. Menurut wartawan Singapura ini, mengatakan bahwa Jokowi sudah menemui Jenderal Luhut Binsar Panjaitan dan menyampaikan keinginannya menjadikan Luhut sebagai calon wakil presiden dalam pemilihan presiden Juli mendatang. Menurut wartawan Singapura itu, Luhut menyambut positip dan menerima tawaran Jokowi.
Jika ini terjadi menurut Syuhada Bahri, ini sebuah musibah bagi umat Islam Indonesia. Tetapi, menurut Ketua DDII itu, skenario tokoh Kristen menjadi presiden itu seperti sudah terpola dengan sangat jelas. Di mana Jokowi dengan polanya itu dimulai dari Solo lalu DKI Jakarta, menjadikan wakilnya tokoh Kristen (Katolik). Di Solo dan DKI Jakarta lahir pemimpin Kristen memimpin kedua wilayah itu. Karena pola dan skenario yang tertata dan sistematis.
Memang, menurut Syuhada Bahri, jika berlangsung pemilihan presiden bulan Juli mendatag, diatas kertas Jokowi bisa menang. Jika pasangan Jokowi-Luhut Binsar Panjaitan itu ini benar-benar terjadi, maka akan menjadi sebuah preseden sejarah. Di mana Indonesia sepanjang sejarah, untuk pertama kalinya, wakil presiden Indonesia beragama Kristen.
Bagaimana skenario menuju ‘Presiden’ Indonesia ditangan seorang tokoh Kristen? Sesudah Jokowi dan Luhut Panjaitan terpilih menjadi presiden dan wakil presiden, menurut Syuhada Bahri, keduanya akan dilantik dan melaksanakan tugas kenegaraan dalam waktu tertentu. Mungkin setahun, satu setengah tahun, atau dua tahun.
Skenario berikutnya, Jokowi sebagai presiden akan dibuat berhalangan ‘tetap’, entah karena mati, sakit, atau apapun. Skenario itu, mengantarkan wakilnya ‘Luhut’ menjadi ‘Presiden’ Indonesia. Inilah menurut Ketua DDII Syuhada Bahri, tokoh Kristen bisa menuju puncak kekuasaan di Indonesia. (jj/bs/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!