Sabtu, 14 Jumadil Awwal 1446 H / 18 Mei 2013 15:47 wib
18.777 views
CIIA: Said Aqil Siradj Terlalu Banyak Terima 'Suap' dari BNPT
JAKARTA (voa-islam.com) - Menanggapi sikap Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj atas pernyataannya terkait akar terorisme dalam Islam, Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya menilai hal itu hanya untuk mengaminkan propaganda Barat.
Sikap Said Aqil justru menunjukkan sikap pecundang yang seolah menerima semua tuduhan dan tikaman barat terhadap Islam.
“Sikap dan pandangan yang di ungkapkan pak Said terkait akar terorisme dalam Islam hakikatnya adalah sikap apologis terhadap perang terminologi yang dipropagandakan Barat (USA cs.). Sikap mental yang kalah dan menerima semua tuduhan dan tikaman Barat melalui tema teroris terhadap Islam dan umatnya. Hingga ia terlihat lucu, sibuk mencari legitimasi dalam kazanah Islam. Dan itu di lakukan untuk mengaminkan semua propaganda Barat yang berjudul war on terrorism di Indonesia,” ungkap Harits Abu Ulya, Kamis (16/5/2013).
Lebih jauh, sikap Said Aqil juga telah melegitimasi pembunuhan brutal yang dilakukan Densus 88 selama ini.
“Pandangan dan sikap dia yang seperti itu telah memberikan legitimasi pembunuhan secara brutal yang dilakukan Densus 88 selama ini. Mengaminkan tindakan-tindakan yang melanggar pakem hukum; menculik, menyiksa, penangkapan tanpa prosedur hukum, bahkan justifikasi teroris secara serampangan,” tambah pengamat kontra terorisme tersebut.
...pak Said terlalu banyak menerima ‘suap’ dari BNPT untuk membuat permusuhan (polarisasi) ditengah-tengah umat Islam
Dukungan pro PBNU terhadap BNPT pun sudah terlihat dengan adanya MOU bersama antara BNPT dan PBNU dalam proyek deradikalisasi.
“Langkah itu diperkuat dengan adanya sindikasi BNPT bersama PBNU membuat MOU untuk menggelar proyek deradikalisasi. Pak Said terlalu banyak menerima ‘suap’ dari BNPT untuk membuat permusuhan (polarisasi) ditengah-tengah umat Islam. Melanggengkan dikotomi Islam moderat-radikal, liberal-fundamental. Dan ini sama saja dia menari diatas gendang BNPT,” bebernya.
Harits mempertanyakan kenapa Said Aqil Siradj tidak utuh melihat isu terorisme? Padahal isu tersebut sudah menjadi rahasia umum merupakan proyek global yang didalangi AS.
“Karena sesungguhnya drama kontra terorisme di Indonesia adalah derivat turunan dari proyek global USA global war on terrorism, dan konteks politik global ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Namun sikapnya malah apriori dengan menebar stempel "Khawarij" dan "teroris" kepada person dan kelompok tertentu.,” ujarnya.
Dengan demikian Said Aqil harus bertanggungjawab, lantaran pernyataannya itu BNPT mendapat angin atas tindakan makarnya terhadap Islam dengan dalih perang melawan terorisme.
“BNPT dengan demikian merasa mendapat angin dan stempel atas perbuatan dan tindakan makarnya terhadap Islam dan sebagian umatnya atas nama perang melawan terorisme dimana definisi terorisme sendiri no global concensus yang membuat BNPT seenaknya mendefinisikan dan melabelkan kepada seseorang atau kelompok,” tutupnya. [Ahmed Widad]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!