Selasa, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 14 Mei 2013 09:36 wib
18.782 views
Kronologi Penculikan Densus 88 Terhadap Iwan Sasongko
KENDAL (voa-islam.com) – Pekan lalu menjadi momen penting bagi Densus 88 Antiteror Mabes Polri karena berhasil “panen” terduga teroris disejumlah tempat. Di pulau Jawa seperti Jakarta, Tangerang, Bandung, Kebumen, Batang dan Kendal, Densus 88 menangkap hidup dan menembak mati beberapa aktivis Islam yang diduga sebagai teroris pada Rabu (8/5/2013).
Sedangkan di pulau Sumatra, tepatnya di Lampung, Densus 88 menangkap empat orang terduga teroris pada Kamis (9/5/2013). Namun, Kapolda Lampung Brigadir Jenderal Heru Winarko enggan merinci nama dan identitas orang tersebut. Tapi versi lain menyebutkan bahwa Densus 88 menangkap tujuh aktivis Islam di Lampung yang diduga sebagai teroris dan terkait dengan jaringan di Jawa.
Untuk penggrebekan di Batang dan Kendal, Densus 88 menangkap hidup-hidup dua orang dan menembak mati satu orang. Yang ditangkap hidup-hidup bernama Supiyanto alias Yanto di Kecamatan Limpung Kabupaten Batang dan Purnawan Adi Sasongko alias Iwan di Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal. Sedangkan yang ditembak mati bernama Untung Hidayat alias Abu Roban di Kecamatan Limpung Kabupaten Batang.
Terkait hal itu, Team voa-islam.com pada hari Minggu dan Senin 12 dan 13 Mei 2013 melakukan penelusuran ke Batang dan Kendal untuk mencari tau kronologi yang sebenarnya. Dari penelusuran tersebut ternyata ditemukan beberapa data dan fakta yang sangat bertolak belakang dengan apa yang selama ini diberitakan media massa pada umumnya.
Berikut ini kronologi penangkapan sadis, kejam dan tak manusiawi Densus 88 terhadap Iwan Sasongko dari sumber terdekat disekitar rumah Iwan baik kesaksian dari para tetangganya maupun saudaranya dan Kussetyorini atau yang biasa disapa Bu Rini, istri dari Iwan Sasongko.
...Sore itu ada beberapa orang yang bertanya-tanya tentang mas Iwan. Saya kira itu temannya mas Iwan mas. Tapi dalam pikiran saya, temannya mas Iwan kok pakai kalung salib...
Rabu, 8 Mei 2013
Menurut kesaksian dari Bu Ida (nama samaran), tetangga dekat Bu Rini, Rabu sore tepatnya habis ashar ada dua orang yang berbadan tegap dan tinggi bertanya-tanya tentang pribadi Iwan. Saat itu Bu Ida menyangka bahwa dua orang tersebut temannya Iwan. Sebab dirumah Iwan biasanya ada beberapa kawannya yang kesitu.
Namun persangkaan Bu Ida hilang tatkala ada empat orang lainnya yang menghampiri dua orang tadi, yang salah satu dari ke-empat orang tersebut yang mempunyai raut wajah seperti orang Ambon dan mengenakan kalung salib.
“Sore itu ada beberapa orang yang bertanya-tanya tentang mas Iwan. Saya kira itu temannya mas Iwan mas. Tapi dalam pikiran saya, temannya mas Iwan kok pakai kalung salib. Selain itu, kalau temannya mas Iwan kok kenapa gak langsung menuju kerumahnya,” herannya.
Sementara itu, team voa-islam.com yang diantar Bu Anis (nama samaran) dan beberapa ikhwan Rowosari yang merupakan teman dan tetangga Iwan berhasil menemui Bu Rini yang berada disebuah rumah di Rowosari. Saat itu, Bu Rini masih dalam keadaan syok, trauma dan ketakutan, sehingga tidak begitu banyak bicara.
...Penangkapan gimana mas, itu namanya penculikan. Kalau mau nangkap orang itu yaa setau saya pakai surat penangkapan, tapi ini ndak ada (surat penangkapan -red) sama sekali...
Saat ditanya team voa-islam.com, apakah saat itu Iwan ditangkap sedang melaksanakan sholat magrib atau setelah selesai sholat, Bu Anis malah menjawab bahwa itu bukan penangkapan tapi penculikan. Menurutnya, jika Iwan ditangkap Densus 88 atau aparat kepolisian, harusnya menunjukkan surat penangkapan.
“Penangkapan gimana mas, itu namanya penculikan. Kalau mau nangkap orang itu yaa setau saya pakai surat penangkapan, tapi ini ndak ada (surat penangkapan -red) sama sekali,” ujar Bu Anis dengan nada geram.
Bu Anis juga menceritakan sebagaimana cerita dari Bu Rini bahwa kejadian penangkapan Iwan bertepatan saat Iwan sedang melaksanakan sholat magrib bersama Hasan, anak pertamanya yang berumur 6 tahun. Saat itu, tanpa mengedepankan etika sopan santun, Densus 88 langsung mendobrak pintu depan, samping dan belakang rumah kontrakan Iwan.
Sementara itu, Bu Rini yang awalnya takut dan hanya mendengarkan Bu Anis cerita, akhirnya ikut angkat bicara. Dia mengungkapkan peristiwa biadab tersebut karena tidak tahan dengan kekejian Densus 88 terhadap suaminya yang sedang sholat dikamar depan dan anaknya yang ditodong senapan laras panjang Densus 88.
...Saat semua pintu didobrak, mas Iwan masih dalam keadaan berdiri. Lalu saat rukuk itu, mas Iwan ditendang dari belakang kemudian kepalanya ditutup dengan helm milik mas Iwan. Tak hanya itu saja, setelah jatuh, mas Iwan juga diinjak-injak...
“Saat semua pintu didobrak, mas Iwan masih dalam keadaan berdiri. Lalu saat rukuk itu, mas Iwan ditendang dari belakang kemudian kepalanya ditutup dengan helm milik mas Iwan. Tak hanya itu saja, setelah jatuh, mas Iwan juga diinjak-injak kemudian diikat tangannya kebelakang dengan tali putih,” ucap Bu Rini sambil menangis.
Sebelum Iwan dibawa keluar, dirinya dan ketiga anaknya, Hasnah (1 tahun), Hafshah (4 tahun) dan Hasan (6 tahun) disuruh Densus 88 terlebih dulu. Namun saat dirinya mau mengambil dan memakai jilbab tidak dibolehkan Densus 88.
Bahkan anaknya, Hasan yang saat itu menangis karena melihat orangtuanya diperlakukan biadab oleh Densus 88 malah dibentak-bentak dan disuruh diam sambil ditodong senapan laras panjang.
...Saat saya mau makai jilbab kok gak boleh. Bahkan anak saya ditodong senapan panjang oleh Densus. Densus itu Islam apa bukan sich? Anak kecil kok digitukan dan orang sholat kok ditendang dari belakang dan dinjak-injak...
“Saya dan anak saya malam itu dibawa kesebelah rumah sebelum mas Iwan dibawa keluar. Tapi saat saya mau makai jilbab kok gak boleh. Bahkan anak saya ditodong senapan panjang oleh Densus. Densus itu Islam apa bukan sich? Anak kecil kok digitukan dan orang sholat kok ditendang dari belakang dan dinjak-injak,” imbuhnya sambil menitikan air mata.
Sesaat dirinya dibawa keluar, Iwan langsung dibawa keluar dan dimasukkan kedalam mobil. Namun dirinya disuruh menunggu dirumah tetangganya kurang lebih hampir setengah jam.
Saat dirinya kembali kerumahnya, rumah kontrakaannya tersebut sudah berantakan semua dan beberapa barang berharganya seperti HP diambil Densus 88 dan uang pesangon Iwan dari RSI Kendal, Jamsostek dan hasil ternak kambing juga raip entah kemana.
Kamis, 9 Mei 2013
Pagi harinya sekitar pukul 07.00 WIB, Densus 88 bersama aparat kepolisian berseragam dari Polda Jateng datang kerumahnya lagi yang berada tepat didepan Sanggar Rias Aliya itu. Kedatangan Densus 88 untuk mengambil barang bukti lainnya dan mengintrogasi Bu Rini.
...Itu buku kas koperasi saya pak, untuk apa diambil? Kemudian Densus saat itu mengatakan, “Oiya ini salah, ini saya kembalikan...
Tapi karena kondisi Bu Rini yang saat itu masih syok, lemas dan menangis terus, akhirnya Densus 88 hanya mengambil barang bukti dari rumah Iwan yang kesemuanya tidak diketahui oleh Bu Rini. Saat mengambil beberapa dokumen dirumahnya, Bu Rini sempat menegor Densus 88 karena mengambil buku kas koperasi miliknya.
“Itu buku kas koperasi saya pak, untuk apa diambil? Kemudian Densus saat itu mengatakan, “Oiya ini salah, ini saya kembalikan,” kata Bu Rini yang juga mengajar bahasa Inggris di SDIT dekat rumahnya.
Namun anehnya, kata Bu Anis, saat dirumah Bu Rini, Densus 88 mengambil beberapa dokumen saja yang dimasukkan dalam tas ransel warna biru. Tapi saat Densus 88 kerumah orangtuanya Iwan sekitar pukul 09.00 WIB, Densus 88 menunjukkan sebuah tas ransel biru yang berisi penuh uang.
“Disini Densus mengambil dokumen saja yang ditunjukkan kepada Bu Rini. Tapi sama orang tuanya mas Iwan, Densus nunjukkan bahwa “ini lho tas yang berisi uang semua yang merupakan hasil rampokan anakmu”. Densus ini mau buat skenario apa lagi sich,” tanya Bu Anis dengan nada emosi. [Khalid Khalifah]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!