Sabtu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 16 Maret 2013 13:16 wib
49.357 views
Preman Ambon LP Salemba Minta Maaf Kepada Mujahidin dan Umat Islam
JAKARTA (voa-islam.com) - Ketika melakukan aksi apel siaga umat Islam di depan LP Klas II A Salemba Jakarta Pusat, pihak LP meminta agar beberapa delegasi yang mewakili umat Islam menyampaikan permasalahannya sekaligus berdialog.
Akhirnya ditunjuklah beberapa orang delegasi perwakilan dari para aktivis Islam, mereka terdiri dari salah seorang perwakilan dari pendekar Banten, ustadz Abu Shofie dan dipimpin ustadz M. Fachry. Mereka diterima petugas LP diantaranya; Agus Kalapas Salemba, Taufiqurrahman Karutan Salemba dan beberapa petugas lainnya.
Delegasi meminta penjelasan mengapa pengeroyokan bisa terjadi, lalu mengapa pihak mujahidin yang diisolasi hingga dipindahkan.
Salah seorang petugas membantah adanya unsur kesengajaan, menurutnya hal itu terjadi secara spontanitas. Adapun kelompok mujahidin diisolasi demi menjaga keamanan mereka. Sementara alasan pemindahan mereka ke Nusakambangan dan LP Cipinang di sebabkan karena di LP Salemba tak memiliki tempat khusus yang memadai.
Selain meminta penjelasan petugas LP, delegasi umat Islam juga menuntut para pentolan preman di Blok A untuk dihadirkan. Mereka ingin berbicara langsung motif pengeroyokan dan penyelesaian kasus pengeroyokan tersebut.
Amen, salah satu pentolan preman dan napi yang bertanggung jawab terhadap pintu sel Blok A mengatakan, pengeroyokan terjadi secara tiba-tiba, ia sekaligus mengklarifikasi bahwa dirinya tak pernah membuka pintu di Blok A. “Waktu itu malah saya bantuin petugas pak biar napi ngga keluar semua,” kata Amen di depan delegasi umat Islam, Jumat (15/3/2013). Namun demikian ia meminta maaf atas kasus pengeroyokan yang terjadi.
Pentolan preman Ambon kafir berikutnya adalah Dandru, ia adalah anggota kelompok Edo yang melakukan pengeroyokan terhadap Hendra Ali.
Ia mengakui bahwa pengeroyokan itu terjadi karena kesalahan dari pihaknya. Pria berbadan besar dan berkepala plontos bernama Robert Pllyama alias Oncu, sebagai pemicu pengeroyokan.
“Mereka itu kan sebenarnya baru masuk, sebelumnya di Mapenaling, jadi ngga kenal teman-teman ini,” jelas Dandru.
Dandru mewakili kelompoknya pun meminta maaf atas pengeroyokan tersebut. “Saya mewakili Edo dan kawan-kawan meminta maaf kepada teman-teman,” tuturnya.
Saat ditanya, mengapa pihaknya seolah menantang dengan mengerahkan massa preman Ambon untuk mendatangi LP Klas I Tangerang, Dandru mengaku tak mengerti persoalan itu, namun ia akan meminta kepada teman-teman dari kelompok Edo agar tak ada lagi pengerahan massa.
Kemudian yang terakhir adalah Richard, pria penghuni Blok A asal Ambon yang beragama Islam. Saat peristiwa pengeroyokan mujahdin ia mengaku tak tahu apa-apa karena tak ada di lokasi kejadian.
Hasil dari pertemuan tersebut, para preman Ambon itu telah meminta maaf dan mereka berjanji tak akan menyulut peperangan terhadap mujahidin termasuk mengerahkan massa di luar.
Selain itu, mereka juga berjanji tak akan mengusik napi lainnya yang pernah dibina oleh mujahidin, sebagaimana penganiayaan yang pernah terjadi terhadap Halim, seorang keturunan tionghoa yang baru masuk Islam dan dibina mujahidin. Saat itu halim dipukuli preman Ambon di Blok A karena diketahui menolong Hendra Ali saat dibawa ke klinik.
Pertemuan usai dan berjalan lancar, delegasi umat Islam menegaskan agar jangan sampai preman Ambon mengkhianati kesepakatan tersebut, sebab resikonya amat besar karena umat Islam di beberapa daerah telah siap turun berjihad di Jakarta bila konflik Ambon pindah ke Ibu Kota.
Sementara itu ratusan umat Islam yang melakukan aksi pun sangat tertib meski diguyur hujan beberapa saat. Sekitar pukul 17.00 WIB aksi berakhir dan mereka kembali ke rumah masing-masing. [Ahmed Widad]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!