Senin, 17 Jumadil Akhir 1446 H / 15 Oktober 2012 11:36 wib
9.329 views
Jokowi Baru Dilantik, Sudah Banyak yang Ngiler Ingin Menjadikan Capres
Jakarta (VoA-Islam) – Jokowi baru saja dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta yang baru menggantikan Fauzi Bowo. Belum menjalankan tugasnya sebagai gubernur, sudah banyak pihak yang ngiler terhadap manusia dianggap "ajaib" ini, sebagai calon presiden alternative pada Pemilihan Umum Presiden tahun 2014 nanti.
Setidaknya ada dua lembaga survey yang menyatakan itu, yakni Lembaga Kajian Publik Sabang-Merauke Circle (SMC) dan Pol Tracking.
Dua lembaga survei ini entah menjalankan pesanan siapa? Mungkin akal-akalannya sendiri? Mungkin juga rakyat sudah butek otaknya, dan bebel, karena melihat tokoh-tokoh yang kebelet ingin menjadi calon presiden, rata-rata nggak ada yang mutu, dan muka-muka lama, yang rakyat sudah tahu kapasitasnya.
Direktur Eksekutif Pol Tracking, Hanta Yuda dalam rilis survei Mencari Kandidat Muda Potensial 2014 mengatakan, Gubernur DKI Jakarta terpilih, Joko Widodo dinilai berpotensi menjadi calon presiden alternatif pada Pemilihan Umum Presiden 2014. Jokowi dianggap unggul dalam 13 kriteria calon presiden menurut seratus responden terpilih dalam survei yang digelar Pol Tracking Institute.
Ada 13 aspek yang dinilai, di antaranya integritas; kapabilitas dan intelektualitas; visioner; kemampuan kepemimpinan; pengalaman; keberanian mengambil keputusan; komunikasi publik; komunikasi elite; kematangan emosi; akseptabilitas publik; dan penerimaan partai. Dari 13 kriteria yang diuji, tokoh dari luar partai terbukti memiliki penerimaan publik yang lebih luas. Salah satu alasannya politikus di luar partai dianggap lebih pihak pada masyarakat.Untuk seluruh aspek ini, Jokowi mendapat rapor 78,6 persen.
Dua nama lain yang juga dijagokan oleh pakar yang terdiri dari akademisi, pegiat LSM, budayawan, tokoh masyarakat, pemuda, dan politikus adalah Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan dan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Anies memperoleh nilai 73,2 perden dan Sri Mulyani 70,2 persen. Penelitian dilakukan pada Agustus - Oktober 2012.
Selain tiga nama tadi, sejumlah tokoh yang masuk dalam survei Pol-Tracking adalah Pramono Anung Wibowo, Puan Maharani, Yenny Wahid, Sandiaga Uno, Anas Urbaningrum, Khofifah Indar Parawangsa, Harry Tanoesudibjo, Zulkifli Hasan, Lukman Hakim Saefuddin, Chairul Tanjung, Rio Capella, dan Anis Matta.
Bertitik tolak dari anggapan bahwa Jakarta merupakan barometer nasional untuk semua urusan. Seorang yang berhasil menjadi pemimpin Jakarta, otomatis akan mampu menjadi pemimpin nasional. Padahal selama ini belum satupun yang pernah menjadi Presiden RI, terpilih setelah ia sukses sebagai kepala pemerintahan ibukota DKI Jaya. Ada yang berpikir, Walikota Solo itu sudah pantas menjadi Presiden RI periode 2014-2019. Dengan kata lain, jabatan Gubernur DKI Jaya, nantinya hanya menjadi batu loncatan.
Mantan Gubernur DKI periode 1997-2007, Sutiyoso pernah mewacanakan, berhasil memimpin Jakarta, penuhi syarat untuk menjadi Presiden RI. Sehinga selepas menjabat Gubernur DKI, pada 2008 ia mempersiapkan diri sebagai calon Presiden.
Seperti dilansir Kompasiana, ada misi yang terselubung dalam rakernas PDI Perjuangan II, dimana PDIP akan menguasai wilayah Jawa sebelum menguasai Indonesia secara keseluruhan. Virus Jokowi akan menebar di Pulau Jawa, baru kemudian merebar di Pulau Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan diseluruh pelosok tanah Air Indonesia sebelum pemilihan Presiden yang akan berlangsung pada tahun 2014 mendatang.
Padahal, konstalasi politik tidak berubah, dan tetap penguasa-penguasa partailah, yang akan tampil di 2014 nanti. Termasuk Megawati belum ada tanda-tanda mau turun dari pencalonannya sebagai capres di 2014 nanti.
Pengalaman menunjukkan ketika Megawati berkuasa menggnatikan Abdurrahman Wahid 2000-2004, tak cukup berharga bagi rakyat kecil alias "wong cilik". Justeru "wong cilik" menjadi korban dari "wong licik", yang menggunakan kekuasaannya untuk mengelabuhi rakyat, dan di era Mega korupsi beranak pinak.
Bahkan, di era Mega asset BUMN dijual dengan obral oleh Meneg BUMN, Laksamana Sukardi termasuk Mega menandatangani penjualan gas dengan Pemerintah Cina yag harganya dipatok di bawah harga, yang sangat merugikan Indonesia puluhan triliunan.
Sementara itu, menurut mantan Ketua Umum Partai Amanah Nasional (PAN),Amin Rais, kepemimpin manusia yang dianggap "ajaib" Jokowi-Ahok di ibukota Jakarta, tidak akan membawa perubahan apa-apa bagi kehidupan rakyat jelata.
Justeru menurut Amin, ekonomi rakyat kelas menengah ke bawah yang menggantungkan sektor informal akan tergilas habis oleh kepentingan Jokowi-Ahok, yang dibelakangnya para pengusaha cina, yang ingin terus menancapkan cengkeramannya atas Republik ini. Desastian
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!