Jakarta
(voa-islam.com) Sekalipun Jokowi-Ahok dielu-elukan sebagai pemenang oleh berbagai media, terutama media sekuler dan kristen, yang memang menjadi pendukung utama kedua pasangan itu, tetapi sejatinya yang menang di DKI Jakarta, tak lain, para pengikut barisan:
"GOLPUT".
Hasil Pilkada DKI Jakarta 2012 tak terlalu jauh berbeda dengan hasil quick count, di mana berdasarkan penghitungan suara oleh KPUD Jakarta, pasangan Jokowi-Ahok mendapat 53,82 persen. Ini setara dengan 2.472.130 suara. Sedangkan Fauzi-Nachrowi Ramli yang memperoleh 46,18% suara (2.120.815 pemilih).
Yang menarik dari Pilkada DKI Jakarta kali ini, besarnya angka "GOLPUT". Jumlah DPT seperti yang dirilis KPU adalah 6.996.951 orang. Dari jumlah ini, ada 2.349.647 warga Jakarta yang tak menggunakan haknya untuk memilih salah satu pasangan cagub-cawagub. Jumlah ini mencapai sekitar 33,58% pemilih.
Selisih antara yang memilih Jokowi-Ahok dengan "GOLPUT", tak sampai 100 ribu suara. Jokowi-Ahok mendapat suara 2.472.130, sedangkan suara Golput 2.349.647 pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya.
Apalagi, kalau ditambah dengan suara yang rusak di TPS, semakin banyak yang tidak menggunakan hak pilihnya. Ternyata, begitu dahsyat kampanye yang dilakukan oleh berbagai media sekuler dan kristen,yang mengelukan-ngelukan Jokowi-Ahok, dan melakukan de-marketing terhadap Foke-Nara, tak dapat mempengaruhi kelompok "GOLPUT" di DKI.
Memang, rakyat yang cerdas tetap bersikap reserve terhadap kedua pasangan yang ada. Pengalaman membuat rakyat banyak yang skeptis, terhadap para calon pejabat, yang mula-mula citranya bagus, kenyataannya hanya diujungnya saja. Praktiknya tak ada yang beres. Kebanyakan seperti yang diucapkan oleh anak-anak ABG, yaitu JJP (Janji-janji palsu).
Rakyat nalarnya semakin matang, tak mudah ditipu dengan media-media yang ingin menjerumuskan rakyat ke jurang kesengsaraan. Apalagi, dengan janji-janji muluk para calon, seperti yang dilansir oleh berbagai media. Seakan Jokowi-Ahok itu, seperti juru selamat, yang membuat mimpi-mimpi rakyat Jakarta.
Sekarang saja rakyat akan mati sekarat, akibat kenaikan-kenaikan kebutuhan pokok, bersamaan dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL), transportasi dan lainnya. Mana ada pemimpin yang akan dapat membahagiakan kehidupan rakkyat. Siapapun pemimpinnya. Semuanya palsu.af/dh