Kamis, 19 Jumadil Akhir 1446 H / 27 September 2012 07:09 wib
12.910 views
Aktivis HTI Tidak Akan Sedih & Ucapkan Selamat Kepada Gubernur Jakarta
Jakarta (VoA-Islam) - Sekitar 7000 kyai, ustadz, habib, santri dan aktivis Islam berkumpul di Monumen Nasional, Selasa (25/9) lalu dari pukul 20.00 WIB-00.30 WIB untuk menghadiri “Liqo Syawal Hizbut Tahrir Indonesia” dan “Silahturahim Akbar Keluarga Besar Hizbut Tahrir Indonesia” di lapangan Monumen Nasional (Monas)Silaturahim Akbar Keluarga Besar Hizbut Tahrir Indonesia.
Para ulama mengutuk pembuatan dan penyebarluasan film serta mengutuk juga pemerintah Amerika yang membiarkan film ini dibuat dan disebarluaskan ke seluruh dunia. “Ini perbuatan biadab yang tidak bisa dibiarkan!” pekik KH Muhyiddin, Pimpinan Ponpes An Nur Pamijahan Kabupaten Bogor.
Ulama juga geram dengan wacana Sertifikasi Ulama yang digagas oleh BNPT sebelumnya. “Sertifikasi ulama jelas-jelas melecehkan dan mengkerdilkan para ulama, mendiskriditkan Islam serta menciderai perasaan umat Islam!” kata KH Ahmad Zainuddin Qh, Pimpinan Ponpes Al Husna Cikampek.
Silaturahim Akbar yang bertema tema “Peran Ulama dan Tokoh Umat Dalam Menegakkan Khilafah, Negara Ideal Yang Mensejahterakan” ini turut hadir para ulama dari Jadobetabek hingga Banten dan Purwakarta.di antaranya, Ustadz Rokhmat S Labib (DPP HTI). Abah Hideung (Pimpinan Ponpes An Nizhamiyah, Cicurug, Sukabumi). KH Shoffar Mawardi (Pengasuh Ma’had Daarul Muwahhid, Jakarta Barat). KH Asmawi Raisan (Pimpinan Perguruan Salafiah Syafi’iah, Cinere Depok. Habib Khalilullah Al Habsyi (Pimpinan Majelis Imdadul Hadadi, Jakarta Timur).
Juga hadir KH Muhyidin (Pimpinan Pondok Pesantren An Nur Pamijahan, Kabupaten Bogor). Habib Zaki bin Yahya Al Haddad (Pimpinan Majelis Dzkir Daarul Hikmah wa Taufiq, Kabupaten Bogor). KH Asyari Jamal (Pimpinan Yayasan Al Ikhwan). KH Marzuki (Pimpinan Ponpes Miftahul Huda, Bekasi). KH Jauhari (Pimpinan Ponpes Subul El Salam . KH Ahmad Zainuddin (Pondok Pesantren Al Husna Cikampek) dan lain sebagainya.
Kegiatan ini tidak hanya berlangsung di Jakarta, HTI juga menggelar acara serupa di 43 daerah di Indonesia selama bulan Syawal ini. Di Pandeglang juga dihadiri 7000 kyai dan assatidz. Acara ini sudah tiga tahun rutin digelar oleh HTI sebagai silaturahim pada para ulama. DPP HTI ingin mengokohkan para alim ulama dan habaib terhadap perjuangan menegakkan syariah dan khilafah.
Dalam orasinya, HTI menegaskan komitmennya untuk menegakkan kembali khilafah, negara Islam warisan Nabi SAW yang menjaga kehormatan Nabi SAW, ulama dan kaum Muslimin. Hanya khilafah yang secara nyata menghentikan semua penghinaan itu serta melindungi kehormatan Islam dan umatnya sebagaimana dilakukan oleh Khalifah Abdul Hamid II terhadap Inggris dan Perancis yang hendak mementaskan drama karya Voltaire yang menghina Nabi Muhammad SAW.
Ketegasan sang khalifah yang akan mengobarkan jihad melawan Inggris itulah yang akhirnya menghentikan rencana jahat itu sehingga kehormatan Rasulullah SAW tetap terjaga!” ungkapnya. Dengan khilafah itu pula kaum Muslimin akan mengepung negara-negara yang mencela Rasulullah SAW. “Sebagaimana Beliau SAW mengepung kaum Yahudi Bani Quraidhah yang melindungi orang yang mencela Beliau SAW,” kata KH. Muhyidin.
Soal Gubernur Jakarta
Lebih lanjut Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Heru Binawan saat menyinggung hasil pemilihan gubernur Jakarta, mengatakan, aktivis HTI Hizbut Tahrir tidak akan ikut bersedih dan tidak akan memberi selamat kepada pemenangnya.
Menurut HTI, akidah demokrasi adalah memisahkan agama dari kehidupan manusia, yang selanjutnya melahirkan pemisahan agama dari negara sehingga tidak akan pernah bertemu Islam dan demokrasi.
“Tidak akan pernah bertemu perjuangan ideologis menegakkan syariah Islam dalam bingkai khilafah yang bersifat internasional di seluruh negeri-negeri Islam dengan perjuangan demokrasi sekuler lokal,” kata Heru.
Sedangkan Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Rokhmat S Labib berpesan kepada para ulama dalam upaya membangkitkan umat. Menurutnya, ulama harus menyatakan secara tegas kepada umat agar melepaskan ikatan secara total dengan ideologi yang lahir dari akidah kufur termasuk nasionalisme dan demokrasi. “Akidah kufur itu najis, sudah selayaknya kaum Muslimin meninggalkannya!” tegasnya.
Pesan lainnya adalah bahwa ulama harus terus menyadarkan kepada umat bahwa umat Islam itu adalah umat yang satu. “Umat Islam Indonesia, Malaysia, India bahkan Amerika adalah umat Islam yang satu! Sudah saatnya bersatu, tunjukkan jati dirinya sebagai umat kuat, umat terbaik yang mengusir tentara Amerika!” teriak Rokhmat.
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menegaskan bahwa sistem Khilafah Islam berbeda dengan sistem Imamah yang diyakini aliran Syiah. Menurut Syamsudin Ramadhan, pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HTI, salah satu perbedaan adalah Syiah menganggap seorang Imam adalah ma’sum, sedangkan seorang khalifah tidak.
Soal Syiah
Soal Syiah, HTI berbeda pandangan dengan Khomeini yang menerapkan demokrasi. HTI juga menjelaskan gerakannya tidak pernah menawarkan kepada tokoh spiritual Syiah Iran, Imam Khomeini sebagai khalifah pasca terjadinya Revolusi Iran.
Hizbut Tahrir juga memiliki buku yang tegas mengkritik sistem konstitusi Iran. Sebelum in HT telah merilis konsep Imamah Syiah yang dituangkan dalam kitab “Sistem Pemerintahan di Dalam Islam” dan dalam kitab “Struktur Pemerintahan di Dalam Islam”.
Menurutnya, kedua buku ini sudah ditulis Syeikh Taqiyudin An Nabhani sebagai pegangan umat agar bisa membedakan penerapan konsep pemerintahan Islam ala Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan versi Syiah yang dinilai memiliki banyak hal yang bertolak belakang dengan Islam. Desastian
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!