Sabtu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 4 Agutus 2012 07:47 wib
24.345 views
Ahok : Mau Dibawa Kemana Negara Ini?
Jakarta (voa-islam.com) Dengan sodokkan RH Oma Irama, yang menegaskan agar rakyat DKI Jakarta tidak memilih "Cina Kafir", membuat Ahok, calon Wagub dari Cina Bangka ini, menjadi panas dingin.
Ahok harus membela diri dengan berpura menjadi seorang negarawan, yang menolak segala bentuk isu yang dikaitkan dengan SARA, yang sekarang berkembang di DKI.
Betapapun, di Indonesia golongan Cina yang minoritas itu, sudah mengangkangi negeri ini, dan menguasi asset ekonomi negara. Karena, taktik rezim Orde Baru dibawah Jenderal Soeharto mengeleminir dan memarjinalkan golongan Islam, dan menjadikan kelompok Cina menjadi kroninya, dan memberikan segala kemudahan dibidang ekonomi, sampai kemudian kelompok Cina menguasi ekonomi Indonesia secara menyeluruh.
Sementara itu, betapapun Ahok, yang menolak isu SARA, faktanya ketika seorang Cina menjadi Gubernur di Kalimatan Barat, tak pelak telah memarjinalkan golongan Muslim di Kalimantan Barat, bahkan di wilayah itu pernah terjadi politik "bumi hangus" terhadap Muslim yang berasal dari Madura di Sambas dan Sangoledo. Bahkan, di Palangkaraya-Kalimantan Tengah, yang gubernurnya Nasrani, warga Madura secara brutal biadab dibantai, laki, perempuan, dan anak-anak, nyaris tak bersisa.
Bagaimana menolak isu sara? Faktanya Muslim di mana-mana menjadi korban kekejaman dan kejahatan orang-orang kafir. Seperti yang sekarang terjadi di Burma. Mengapa orang-orang Muslim harus dimusnahkan dari kampung halamannya oleh orang-orang Budha? Begitu pula, Muslim Pattani, Philipina Selatan, Kashmir, dan Palestina, mereka dihancurkan oleh orang-orang kafir dengan kejam dan biadab? Sementara itu, orang-orang golongan kafir di Indonesia mulut mereka meneriakkan tentang toleransi?
Di Cina, Muslim Uighur dihancurkan oleh pemerintah Cina. Tidak sedikitpun mereka mendapatkan hak-hak hidup dengan bebas. Mereka diusir, dibunuh, dan dipenjarakan. Hanya karena mereka menganut agama Islam.
Di Indonesia orang-orang Cina mendapatkan hak-hak mereka yang tidak terbatas, bahkan dapat mengangkangi negeri ini. Mereka bisa mengembangkan dan mengeekspresikan hak-hak dasar mereka. Mereka dapat merayakan hari raya, dan dapat menyelenggarakan ibadah, dan budaya mereka seperti tari barongshai. Tetapi dapatkah itu dialami Muslim di negeri Cina?
Orang-orang Cina di Indonesia, terutama di Jakarta, mereka tidak mau membaur dengan masyarakat, dan membuat kantong-kantong (enclave), seperti di daerah Jakarta Utara, Kota, dan sepanjang pantai, mulai dari Ancol, sampai Pantai Indah Kapok, dan Tangerang. Ini menggambarkan betapa mereka menolak SARA, tetapi mereka mempraktekkan SARA.
Selanjutnya, calon wakil gubernur DKI Jakarta, Ahok, berusaha melawan gelombang isu suku, agama, ras, dan antargolongan menjelang pemilihan kepala daerah DKI Jakarta putaran kedua. Ini manifestasi dari tingkat sensifitas terhadap berkembangnya isu SARA.
Dalam diskusi yang bertema "Melalui Pilkada Jakarta Menuju Kesejatian Indonesia" di gedung Bumi Jaya Asih, Matraman, Jakarta Pusat, Kamis (2/8/2012), Ahok menyatakan bahwa permainan isu SARA dalam pilkada merupakan hal yang tidak bermartabat. "Mau dibawa ke mana negara ini? Saat negara lain bicara persaingan global, kok kita malah merusak fondasi persatuan," ujarnya.
Menurut Ahok, untuk ibu kota Jakarta, permainan politik berbau SARA tidak akan berpengaruh. Status Jakarta sebagai ibu kota negara membuat warganya bisa berpikir cerdas. Selain itu, Ahok mengaku sama sekali tidak terpengaruh dengan permainan isu SARA di Jakarta.
Ia mengatakan, permainan SARA di Jakarta belum apa-apa dibandingkan dengan apa yang pernah dialaminya. "Saya biasa saja, ini belum apa-apa dibandingkan dengan apa yang pernah saya alami," ujarnya.
Diatas semua pernyataan dan pembelaan Ahok, dapatkah nantinya Ahok bersikap adil terhadap seluruh penduduk di Jakarta? Golongan Cina, bukan hanya telah mengangkangi ekonomi bangsa Indonesia, tetapi di Jakarta mereka menciptakan diskriminasi di dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk di dalam perusahaan yang mereka miliki.
Mereka tidak lagi perduli terhadap nasib golongan pribumi, yang mayoritas Muslim di negeri ini.Hakikatnya, kelompok Cina di Indonesia memiliki mental "double minoritas", yaitu sebagai orang Cina dan mereka sebagai penganut Kristen/Katolik.
Karena, golongan Cina telah menguasai jaringan ekonomi Indonesia, mereka dapat mendikte para penguasa di negeri ini. Dengan Ahok mendapatkan kekuasaan, semakin sempurna pengusaan kelompok Cina atas Indonesia. Tanpa lagi ragu. af/kps.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!