Selasa, 18 Jumadil Akhir 1446 H / 17 April 2012 11:20 wib
6.348 views
Mensos Segaf al-Jufri Tak Lagi Diundang SBY
Berulangkali para petingi PKS mengatakan, bahwa Partai PKS sudah tidak memikirkan kursi lagi. PKS memilih rakyat, ungkap Abu Bakar al-Habsy. Keinginannya itu keturutan.
Seperti diberitakan kemarin berlangsung rapat terbatas kabinet, yang dipimpin Presiden SBY,di Istana Bogor, yang membahas soal bencana diberbagai daerah. Tetapi, Mensos Salim Segaf al-Jufri, yang merupakan pemimpin PKS tak diundang Presiden.
Memang, SBY sudah murka, sejak PKS tidak mendukung kenaikan BBM saat paripurna yang lalu. Meskipun, PKS dalam menetapkan perubahan undang-undang pemilu, bersama dengan Partai Demokrat, yang mendapatkan cemoohan dari anggota DPR dari Fraksi lainnya. Tetapi, tetap tidak melunakkan murkanya SBY. Buktinya Segaf al-Jufri tak diundang di Istana Bogor.
Sementara itu, Tifatul mengatakan tidak semua menteri diundang dalam ratas. Ia menjelaskan ada dua jenis rapat di pemerintahan, pertama, rapat paripurna yang mengundang jajaran kabinet. Sedangkan, ratas hanya mengundang beberapa menteri.
Ketidakhadiran Salim dalam rapat yang membahas penanganan bencana gempa bumi dan tsunami, sudah diwakili oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono. "Itu ratas (rapat terbatas). Kok (disebut) dicuekin? Ratas nanti aja diundang," ujarnya di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (17/4/2012).
Ia menegaskan hubungan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) baik-baik saja, meski tidak diundang dalam pertemuan Sekretariat Gabungan (Setgab) belakangan ini. Terakhir, PKS tidak diajak dalam pertemuan Sekretaris Setgab Syarief Hasan di Jakarta, yang membahas Rancangan Undang-undang Pemilihan Umum (RUU Pemilu).
"Hanya sekali, jangan lebay begitu dong. Yang di rumah Pak Syarif kan bincang-bincang masalah UU Pemilu, buktinya kita sejalan semua di parlemen," kata mantan Presiden PKS ini.
Konon, menurut sumber-sumber yang layak dipercaya, sekarang PKS berusaha agar tidak di depak dari kabinet, dan melakukan pendekatan terhadap Istana. Ini langkah-langkah politik yang dijalankan PKS, yang nampak selalu ambivalen (berkaki dua). Tidak tegas. Menyatakan ingin oposisi, tetapi tidk ingin kehilangan kursi di kementerian yang ini diduduki kader-kader PKS. Opo tumon? (af/ilh)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!