Selasa, 18 Jumadil Akhir 1446 H / 14 Februari 2012 09:10 wib
9.049 views
Daud Poliraja Membangkang, Sebut Pimpinan Pusat DMI Belum Insaf
JAKARTA (VoA-Islam) - Sungguh terlalu apa yang diucapkan Ketua Majelis Ukhuwah Sunni-Syiah Indonesia (Muhsin) Daud Poliraja saat menjadi narasumber Seminar Internasional Syiah di Jakarta, Sabtu (11/2) lalu. Ia menyebut Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) KH. Tarmidzi Taher belum insaf saat ia diklarifikasi soal dibentuknya Muhsin yang digagas Daud Poliraja bersama Jalaludin Rahmat dari IJABI.
“Saya diminta klarifikasi oleh Pimpinan Pusat DMI. Saya sudah jelaskan, tapi ternyata masih ada yang belum insaf atau belum puas. Saya ditanya lagi, hai Daud, sebetulnya apa sih madzhabmu? Sunni atau Syiah? Lalu saya jawab, madzhab saya adalah madzhab akhlakul karimah. Begitu saya jawab seperti itu, Pimpinan Pusat DMI tidak bisa menjawab. Bukankah Nabi Saw diutus dengan akhlakul karimah. Dengan akhlakul karimah, banyak masalah bisa diselesaikan,” kata Daud membangkang.
Daud pernah ditanya, bagaimana ia menyikapi segelintir orang yang tidak sepakat dengan Majelis Ukhuwah Sunni-Syiah? Sederhana, ia hanya bermunajat dan berdoa kepada Allah, agar beri mereka diberi taufik dan hidayat, sehingga mereka yang tidak setuju dengan Muhsin, bisa merasakan nikmatnya spirit ukhuwah. Itu saja.
Seperti diberitakan sebelumnya, Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI) bekerja sama dengan Pengurus Pusat Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (PP IJABI) membentuk Majelis Ukhuwah Sunni-Syiah Indonesia (Muhsin). Semula, deklarasi akan diadakan di Aula Masjid Istiqlal, Jakarta. Namun, karena dilarang takmir masjid Istiqlal, mereka memindahkan acara ke Masjid Akbar, Kemayoran, Jakarta.
Majelis Ukhuwah Sunni-Syiah Indonesia adalah salah satu wadah solusi dan mata rantai untuk meredam berbagai macam permasalahan, baik skala nasional maupun internasional.Tujuan kegiatan itu untuk meredam konflik horizontal yang bermotif agama, baik skala nasional maupun internasional, terutama yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika. Termasuk, mengembangkan semangat kebersamaan ulama-umaro dan masyarakat muslim Sunni-Syiah Indonesia yang bersifat rahmatan lil’alamin.
Pimpinan Pusat DMI Menolak
Saat Voa-Islam mengkonfirmasi Ketua Umum PP DMI, KH. Tarmidzi Tahir di Masjid Istiqlal, Tarmidzi menegaskan, secara akidah, Sunni tidak bisa didekatkan dengan Syiah. Karena sejak awal, lahirnya syiah itu untuk melawan Sunni. Namun secara politis, bisa saja ada jalinan persahabatan antara Syiah dan Sunni.
“Yang jelas, saya tidak merestui kegiatan deklarasi tersebut. Dan saya juga tidak ikut dan menghadiri acara itu. Bagi saya, orang boleh saja bicara ilmiah untuk membahas paham syiah dan sunni. Tapi upaya untuk menyatukannya rumit. Konflik Sunni-Syiah itu sudah ratusan tahun. Deklarasi yang digagas Jalaludin Rahmat dan Daud Poliraja, bukan inisiatif DMI.”
Diakui Tarmizi, sejak Muhsin dideklarasi atas nama Ijabi dan PP DMI, banyak telepon bordering yang masuk untuk mengkonfirmasi dan menanyakan langsung tentang kebenaran informasi tersebut. Bahka ada yang protes, kenapa DMI mendukung keberadaan Syiah di Indonesia. Padahal, saya pimpinan pusat DMI tidak ikut-ikutan mendukung deklrasi Muhsin. Desastian
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!