Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
46.904 views

Ternyata, Banyak Umat Islam yang Belum Tahu Sebutan Salafi dan Wahabi

Jakarta (voa-islam) – Ketika voa-islam memberitakan terkait Salafi-Wahabi, ternyata masih banyak masyarakat muslim awam yang tidak tahu apa itu Salafi dan apa Wahabi. Dari beberapa SMS dan jaringan Facebook (FB) yang diterima voa-islam, mereka ingin tahu lebih jauh ihwal Salafi – Wahabi.  Agar tidak tersesat dan termakan dengan infomasi yang sepotong-sepotong, setidaknya mengetahui peta masalahnya, maka perlu dijelaskan apa itu Salafi dan Wahabi. Insya Allah, kami akan menjabarkannya dalam beberapa tulisan.

Seperti diketahui, fenomena kehadiran dakwah Salafiyah di Indonesia sejak dekade 80-an hingga kini cukup mendapat perhatian khalayak pergerakan dakwah. Sebelumnya, istilah “salafi” dan “salafiyah” sering digunakan oleh pesantren-pesantren Nahdlatul Ulama (NU) yang sering disinonimkan dengan istilah “tradisional”.

Hakikatnya, tak ada persoalan dengan istilah “salafi”. Sebab, secara harfiah berarti mengikuti kaum salaf, yakni Rasulullah Saw dan para sahabat. Setiap Muslim tentu bertekad untuk meneladani Rasulullah Saw dan, para sahabat dan tabi’in nya. Generasi beliau (Nabi Saw), sahabat dan tabi’in adalah generasi terbaik umat ini. Generasi iniah yang disebut Salaf ash-Shalih.

Di masa tabi’in dan sesudahnya, guna menghadapi pemikiran dan keyakinan bid’ah, seperti Khawarij, Syiah, Qadariyah, Murji’ah, Mu’tazilah dan lainnya, munculnya istilah Ahlu Sunnah wal Jamaah. Istilah ini menegaskan keharusan umat Islam untuk berpegang pada Al Qur’an dan Sunnah, dan agar umat Islam bersatu di dalamnya.

Dalam konteks kekinian, kehadiran gerakan Salafi kontemporer mempunyai sejumlah nilai positif dalam bentuk upaya menghidupkan sunnah, memerangi syirik dan bid’ah, menekankan rujukan kepada para ulama yang keilmuannya diakui oleh kaum Muslimin dan lainnya.

Secara sederhana, salafi berarti orang-orang di zaman sekarang yang mengikuti generasi Salaf. Jadi, Salaf yang dimaksud adalah tiga generasi islam permulaan (generasi Rasulullah saw dan para sahabat ra, generasi Tabi’in dan gerenasi Tabi’ut Tabi’in) itulah yang kerap disebut As-Salafus Shalih, yaitu para pendahulu umat Islam yang shalih. Istilah Salafi merujuk pada pengertian, seseorang yang mengikuti ajaran Salafus Shalih ra. Adapun bentuk jamak (plural) dari Salafi ialah Salafiyun atau Salafiyin.

Menurut Am Waskito, “Kalau mau jujur, sebenarnya mayoritas umat saat ini, mereka berpaham Salafi. Artinya, mereka yang mengikuti jejak Salafus Shalih, yaitu Rasulullah, para sahabat, para tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Mereka mengikuti ajaran yang ditinggalkan oleh generasi terbaik dalam sejarah Islam itu.”

Namun, sayang, ada sebagian orang yang ingin memonopoli dengan mengklaim dirinya sebagai pewaris tunggal kebesaran Salafus Shalih. Dengan kata lain, tidak ada yang berhak mengklaim nama Salaf (salafi), selain diri mereka sendiri. Ada sebagian  orang yang mengklaim dan membangga-banggakan dirinya Salafi, tetapi hari-harinya disibukkan untuk menjelek-jelekkan kelompok lain. Akibatnya, diantara mereka sendiri terlibat perselisihan tajam,ada yang berpisah jalan, terbelah,hingga menebar kebencian.

“Sebagian kalangan yang mengaku diri sebagai Salafi sejati, tapi memaksa orang lain mengikuti pendapat mereka dalam masalah-masalah yang sebetulnya bersifat ijtihadiyah atau khilafiyah (dalam hal fiqih). Kemudian yang berbeda pendapat dengannya, akan diperlakukan secara tidak adil, bahkan dianggap musuh yang harus diwaspadai. Sebagai contoh, persoalan isbal (celana di atas mata kaki) yang sebetulnya persoalan khilafiyah diperdebatkan seolah permasalahan besar, “ ungkap Ustadz Abduh Zulfidah Akaha, penulis buku “Belajar dari Akhlak Ustadz Salafi”.

AM Waskito dan Abu Abdirrahman Al Thalibi (dalam buku yang ditulisnya) menyebut salafi yang hobi menghujat kelompok Islam lain dengan sebutan Salafi Ekstrem. Adapun Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi menyebutnya dengan Salafi Murji’ah.

Istilah Salafi yang Diperselisihkan

Menurut Abu Abdirrahman Al Thalibi (penulis buku Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak), secara bahasa, kalimat “Ana Salafi! Adalah kalimat yang rancu. Jika diterjemahkan ia memiliki arti, “Aku ini Salafi! Salaf artinya dahulu, telah lalu, atau orang jaman dulu. Salafi berarti orang jaman dulu. Tidak mungkin orang yang hidup di jaman sekarang mengatakan, “Aku ini orang jaman dahulu.

Kalimat Ana Salafi! Jika dikaitkan dengan As-Salafus Shalih, mengandung makna kesombongan. Disana seseorang atau sebagian orang merasa diri telah menjadi pengikut terbaik Salafus Shalih. Harus disadari bahwa Salafus Shalih adalah nenek moyang seluruh umat Islam, bukan hanya milik golongan tertentu.

“Saya tidak risau jika tidak disebut sebagai Salafi atau Salafiyun. Menurut saya, sebutan itu tidak penting, tetapi lebih utama adalah pengamalan. Bahkan orang-orang di sekitar, menganggap saya sebagai Salafi, tanpa saya memaksakan sebutan itu kepada mereka,” tulis Thalibi.

Suatu hari Al Thalibi membaca pembahasan tentang istilah Salafi. Syaikh Al Albani mengemukakan sebuah hadits shahih, bahwa Nabi saw berkata kepada Fatimah ra, “Sebaik-baik Salaf bagimu (wahai Fatimah) adalah aku (Nabi sendiri). (HR Muslim).

Setelah membaca dalil ini, Al Thalibi merasa yakin Syaikh Albani telah menemukan dalil qath’i (jelas dan tegas) yang telah membuktikan bahwa penggunaan istilah Salafi itu sesuai syariat Islam. Hingga ketika menulis buku DSDB, ia masih menerima sebutan Salafi.

Dalam sebuah catatan kaki, Al Thalibi mengatakan, namun demikian, baik Fathimah maupun para sahabat, tidak ada satupun yang mengatakan kepada keluarganya atau orang-orang yang akan mereka tinggalkan, bahwa mereka adalah salaf bagi yang akan ditinggalkan. Bahkan, tidak ada satu hadits pun yang menyebutkan bahwa para sahabat menyebut diri mereka sebagai salaf ataupun Salafi.

Sekalipun penamaan “salafi” ini benar menurut kaidah bahasa, tapi mengklaim bahwa ini adalah sunnah, adalah sesuatu yang perlu dipertanyakan. Sebabm secara tidak langsung hal ini sama saja dengan mendeskreditkan para sahabat yang tidak menyebut diri mereka sebagai salaf ataupun salafi. Padahal mereka adalah orang-orang terbaik umat ini.

Setelah menulis buku DSDB 2: Menjawab Tuduhan (MT), Al Thalibi sudah tidak lagi memakai istilah Salafi, tapi memilih istilah Ahlus Sunnah Wal Jamaah (atau Ahlu Sunnah). Sepengetahuannya, istilah terakhir ini lebih memiliki dasar Syar’i daripada istilah Salafi. Namun, untuk istilah Salafiyah dengan pengertian ajaran Salafus Shalih, bukan sebutan bagi seseorang atau sekelompok orang dijaman sekarang,  ia masih menerimanya.

Salafi Hakiki adalah yang seperti dgambarkan oleh Rasulullah saw: “…bersikap tegas kepada orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang dengan sesama mereka (sesama mukmin)…” (QS AL-Fath: 29).

Bila mengurai beberapa ayat Al-Qur’an tentang sifat-sifat para sahabat ra, maka dalam diri para Salafus Shalih memiliki sifat-sifat mulia berikut ini:

  1. Berakidah lurus, beribadah kepada Allah, dengan tidak menjadikan bagi-Nya sekutu dalam bentuk apapun.
  2. Mengimami Rasulullah Saw, membenarkan ajarannya, memuliakan Syari’atnya, membela kemuliannya, serta berjalan di atas cahaya petunjuknya.
  3. Sebagai konsekuensi tauhid ialah munculnya Al Wala’ Wal Bara’, yaitu menetapkan Wala’ (Kesetiaan) kepada orang-orang yang beriman, dan menetapkan Bara’ (anti kesetiaan) kepada orang-orang kafir.
  4. Mengerjakan shalat (berjamaah bagi laki-laki dewasa), menunaikan zakat, menginfakkan sebagian rezeki disaat lapang maupun sempit.
  5. Sikap itsar, yang mendahulukan saudara mukmin, meskipun diri sendiri kukurangan dan membutuhkan.
  6. Hidupnya bermanfaat bagi orang lain, ibarat pohon korma yang sellau mengeluarkan buah di setiap musim.
  7. Senantiasa menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah dari perbuatan buruk (menunaikan amar makruf nahi munkar).
  8. Berakhlak mulia, menjauhi kesia-siaan, memelihara kehormatan diri, menunai amanah dan jani-janji. Menahan amarah, memaafkan manusia, serta tidak melayanu perkataan orang-orang jahil.
  9. Senantiasa berdzikir mengingat Allah di pagi dan petang, tidak lalain dari dzikir karena kesibukan perdagangan, jual beli, pekerjaan dll.
  10. Menunaikan hak-hak persausaraan (ukhuwah), tidak menghina, tidak mencela, tidak memanggil dengan gelaran buruk, menghindari prasangka buruk, tajassus (mencari-cari kesalahan), dan ghibah (bergunjing).
  11. Hatinya lembut untuk senantiasa bertaubat, memohon ampun atas dosa-dosa, dan lekas berhenti dari perbuatan keji.
  12. Berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa, serta tidak melemah atau lesu menghadapi segala resiko jihad di jalan Allah.  Desastian

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Berita Dakwah Indonesia lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X