Kamis, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 29 September 2011 18:55 wib
11.248 views
Forum Komunikasi eks Afghan: Jihad Akan Selalu Ada Hingga Kiamat
Jakarta (voa-Islam) – Stigmatisasi cap teroris terhadap mujahid asal Indonesia yang berjihad di Afghanistan atau yang dikenal dengan eks Afghan, kerap menjadi incaran aparat intelijen untuk dikaitkan sebagai jaringan aksi berbagai pengemboman yang terjadi di dalam negeri. Stigma itulah yang mendorong para eks Afghan berinisiatif untuk berkumpul, sekaligus mengklarifikasi, bahwa tidak bisa digeneralisir, mujahid eks Afghan menyetujui aksi pengeboman di Tanah Air.
“Bisa jadi, karena kami orang sipil yang belajar tentang peralatan militer di Afghanistan, lalu eks Afghan selalu dijadikan sasaran bidik inteljen. Padahal, apa yang kami pelajari disana, bukan untuk melakukan aksi pengeboman di Indonesia. Mengingat, Indonesia adalah zona damai, bukan zona jihad,” ujar Ahmad Sajuli (Ketua Forum Komunikasi eks Afghan) kepada voa-islam usai konferensi pers dan penandatangan pesan anti kekerasan di atas kain kafan di Park Royal Apartemen, Jakarta, Rabu (29/9) sore.
Namun demikian, para eks Afghan itu tidak menafikan, medan konflik seperti Afghanistan, Palestina dan Filipina Selatan itu adalah zona jihad. Disebut zona jihad, bila umat Islam dalam posisi diserang dan dizalimi, maka jihad menjadi wajib hukumnya bagi kaum muslimin untuk melakukan perlawanan.
“Jangan disalahpahami, mujahid yang berjihad di Afghan adalah sesuatu yang salah. Kita tahu, Afghan itu memang daerah konflik dan terjadi konfrontasi. Afgan dan Filipina adalah zona jihad dan menjadi tujuan kami. Dalam Islam, jihad akan selalu ada hingga Yaumil Qiyamah (hari Kiamat), dan ruh jihad itu akan selamanya tertanam pada diri setiap Muslim,” tukas Sajuli.
Ketika ditanya, apakah konflik Ambon dan Poso, dimana umat Islam dibantai kaum salibis ketika itu termasuk zona jihad? “Jika umat Islam diserang, tentu sudah menjadi zona jihad. Tapi, sebaiknya, kita tabayun dulu,” kata Sajuli.
Diakui Ahmad Sajuli, ia merupakan eks Afghan angkatan kedua yang lulus tahun 1987, dan Nasir Abas jauh di bawahnya. Sajuli berada di Afghan selama tiga tahun. Sepulang dari Afghan, kami membawa diri masing-masing. Tidak ada diantara eks Afghan yang kemudian membuat jaringan-jaringan tertentu.
Saat ini, terdapat 293 eks Afghan dari seluruh angkatan. Namun, belum semuanya bergabung dalam Forum Komunikasi Eks Afghan. Saat ditanya, apakah eks Afghan akan mengajak bergabung mujahid eks Ambon dan Poso dan Filipina, Sajuli mengatakan, ia akan mengusakannnya.
“Kami ingin mulai dari yang kecil dulu. Yang jelas, forum komunikasi ini murni dari kami. Forum ini tidak dikendalikan oleh siapapun, termasuk dari intelijen,”imbuh Sajuli yang memasuki ke Afghan melalui link NII (Negara Islam Indonesia) pimpinan Abdullah Sungkar.
Tak dipungkiri, diantara eks Afghan, kata Ahmad Sajuli, ada kawan-kawan yang jumlahnya sedikit, terpengaruh oleh fatwa Pimpinan Al Qaeda Usamah bin Ladin. Diantaranya adalah Mukhlas dan Imam Samudra. Seperti diketahui, bunyi fatwa Usamah bin Ladin itu adalah: “Bunuhlah tentara Amerika maupun orang sipil dimanapun berada.”
“Bagi kami, fatwa Usamah bin Laden tidak tepat untuk dibawa ke Indonesia. Karena itu, tidak semua eks Afghan mengikuti fatwa tersebut, hanya segelintir saja. Di Afghan memang banyak faksi, tapi kita tetap satu, perbedaan itu tidak sampai menimbulkan perpecahan,”tandasnya.
Sekembali ke Tanah Air, para eks Afghan belum pernah melakukan pertemuan. Hubungan para eks Afghan boleh dikatakan terputus.Sejak pulang, ia mengaku tidak mengikuti perkembangan apa yang terjadi di Afghnistan. Ia juga tidak tahu ada program al Qaeda. “Para eks Afghan memang tidak semua menjadi pengikut Usamah bin Laden, buktinya fatwa Usamah banyak ditolak oleh eks Afghan,” jelas Sajuli.
Yang menarik, Sajuli menilai gugurnya Usamah itu di zona jihad itu layak mendapat predikat mujahid. “Selama seseorang berjihad di zona jihad, maka pantas disebut mujahid. Tentu saja jika medannya tepat sebagai zona jihad. Wallahu’alam,” kata Sajuli.
Indonesia Zona Damai
Ketika menyinggung tentang berbagai aksi pengeboman di Indonesia, dimana masjid dan gereja jadi sasaran, dikatakan Sajuli, tindakan itu sudah jauh dari ajaran Islam, bahkan Rasulullah melarangnya. Kita tahu, bahwa gereja dan masjid adalah tempat ibadah. Melakukan amaliyah jihad di Indonesia dengan melakukan aksi pengeboman, jelas bukan medan yang tepat.
“Islam itu rahmatan lil alamin. Melakukan aksi pengeboman di zona damai, jelas menyimpang dari ajaran Islam. Jihad itu ada tempatnya. Jika panggilan jihad itu sudah waktunya berjihad, tentu kita akan berjihad,” ungkap Sajuli.
Dikatakan Sajuli, kami eks Afghan, sebenarnya tidak suka dengan aksi kekerasan, karena dalam Islam, kekerasan itu dilarang. Itulah sebabnya, kekerasan yang dilakukan tentara Rusia terhadap umat Islam di Afghanistan, memotivasi kami untuk membantu, melakukan perlawanan dan berhadapan langsung dengan tentara Rusia,” ujarnya.
Ketika meyakini, bahwa Indonesia bukan merupakan zona jihad, maka eks Afghan lebih bersikap diam. “Terkecuali, jika seandainya Indonesia diserang oleh kekuatan asing, maka kami adalah orang yang berada di baris terdepan untuk mempertahankan negara ini,” tukasnya. (Desastian)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!