Selasa, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 12 Juli 2011 14:53 wib
5.619 views
Ketika Wartawan Menyuap Polisi Senilai Rp. 1,3 Miliar
London (voa-islam) - News of The World diduga menyuap para polisi untuk mendapatkan informasi eksklusif. Surat kabar Evening Standard melaporkan, sejumlah wartawan dan pejabat senior mengeluarkan lebih dari 100.000 poundsterling (Rp 1,3 miliar) untuk membayar polisi.
Pada Kamis, 7 Juli, James Murdoch, putra Murdoch yang mengurusi sayap bisnis koran di Inggris, mengumumkan penutupan News of the World. Pengumuman itu pun mengagetkan sekitar 200 karyawan koran yang beroplah 2,6 juta eksemplar per minggu itu.
James menyebut alasan penutupan News of the World karena media itu telah dinodai oleh cara kerja yang salah. "Namun hal-hal baik yang sudah dilakukan News of the World ternodai tindakan yang salah. Dan jika tuduhan itu benar, tindakan itu sangat tidak manusiawi dan tidak mendapat tempat pada perusahaan kami," tandas James.
Maksud pernyataan James adalah soal penyadapan telepon seluler (ponsel) milik para narasumber. Isu itu sebenarnya telah berlangsung lama. Selama ini yang diketahui menjadi korban penyadapan adalah para selebritis dan tokoh publik lainnya.
Menyadap 4.000 Korban
Polisi memperkirakan, jumlah total korban penyadapan telepon tersebut 4.000 orang. Skandal ini sebenarnya mulai terungkap sejak tahun 2007. Saat itu seorang wartawan tabloid itu dan seorang detektif swasta ditahan polisi karena terbukti meretas dan menyadap telepon ajudan pribadi Pangeran William untuk membuat cerita eksklusif tentang cedera lutut calon pewaris takhta Kerajaan Inggris itu.
Namun, skandal ini benar-benar meledak sepekan terakhir setelah terungkap bahwa kaki tangan tabloid itu meretas telepon seluler Milly Dowler, gadis cilik berusia 13 tahun yang menjadi korban pembunuhan pada 2002. Saat orangtua dan polisi sibuk mencari keberadaan Dowler, orang-orang yang bekerja untuk tabloid itu justru sengaja menghilangkan beberapa pesan di kotak suara telepon Dowler agar orangtuanya mengira ia masih hidup.
Rakyat makin marah setelah penyadapan yang dilakukan terhadap keluarga para prajurit Inggris yang gugur dalam perang di Irak dan Afganistan terbongkar.
Hari Jumat, polisi juga menangkap Andy Coulson (43), mantan direktur komunikasi PM David Cameron, atas tuduhan korupsi dan turut berkonspirasi dalam penyadapan komunikasi. Selain Coulson, polisi juga menangkap lagi Clive Goodman, mantan editor istana News of the World yang pernah ditahan pada tahun 2007 atas tuduhan menyogok polisi secara ilegal untuk membeli informasi.
Coulson adalah editor News of the World periode 2003-2007. Ia mengundurkan diri setelah skandal yang melibatkan Goodman terbongkar. Ia mengaku tak tahu- menahu soal penyadapan telepon tersebut dan direkrut menjadi pembantu Cameron pada 2010.
Coulson mengundurkan diri dari jabatannya Februari lalu setelah makin terungkap bahwa kasus penyadapan ini ternyata jauh lebih besar daripada yang diduga semula. Cameron, yang mendapat tekanan politik dalam skandal ini, mengaku bertanggung jawab penuh atas perekrutan Coulson. Ia kemudian menegaskan perlunya meninjau kembali regulasi yang mengatur pers di Inggris.
Cameron mengusulkan adanya lembaga pengawas independen yang akan memantau media dalam memilah mana informasi yang masuk dalam ranah pribadi dan mana yang menjadi ranah publik.
Tabloid Spesialis Skandal
Tabloid dengan tiras hampir 2,7 juta eksemplar yang terbit setiap hari Minggu itu memang banyak memuat skandal. Kali ini, skandalnya justru menyangkut tabloid itu sendiri. Paling tidak, menurut catatan polisi, penyadapan dan peretasan terhadap telepon rumah dan telepon genggam sudah terjadi sejak 2002.
Skandal ini menyeret Perdana Menteri (PM) David Cameron karena pernah mempekerjakan mantan editor tabloid ini, Andy Coulson (43), sebagai direktur komunikasi kantor PM sebelum mundur Januari 2011. Di titik singgung inilah diduga kasus penyadapan ini akan meledak jadi isu politik.
Di Inggris, seorang direktur komunikasi disebut juga sebagai spin doctor. Dia adalah orang yang bertanggung jawab atas citra perdana menteri di mata publik karena perpolitikan Inggris sangat tergantung pencitraan media.
Sebagai orang yang merekayasa citra perdana menteri, direktur komunikasi memiliki akses dan kekuasaan besar atas kabinet serta berperan menjinakkan media yang beroposisi. Dengan kata lain, ”spin doctor” adalah aktor yang berperan mempertahankan popularitas, yang merupakan andalan pemerintahan sekarang.
Coulson sendiri diperiksa polisi, Jumat (8/7), dengan tuduhan baru, yakni korupsi. Dia dituduh membayar polisi untuk mendapatkan informasi sensitif serta hasil sadapan telepon genggam. Coulson diduga tahu— bahkan terlibat—dalam penyadapan narasumber atau sumber berita yang diangkat sebagai berita utama. Dia juga disebut mengesahkan pembayaran kepada polisi yang jumlah totalnya mencapai 100.000 poundsterling, atau Rp 1,3 miliar.
Semua ini berlangsung antara tahun 2003-2007 saat Coulson menjadi editor tabloid itu. Terungkapnya sebagian skandal penyadapan membuat Coulson mundur pada 2007.
Cameron ”terpaksa” mengakui bahwa dialah yang bertanggung jawab atas perekrutan Coulson. Dalam bahasa diplomatis, Cameron mengatakan, ”Andy Coulson yang bekerja sebagai direktur komunikasi saya selama empat tahun mengundurkan diri dari News of the World karena hal-hal yang terjadi di sekelilingnya.”
Tidak hanya itu, Cameron juga diduga dekat dengan orang yang diduga terlibat penyadapan, yakni Rebekah Brooks. Brooks adalah bos News International, perusahaan induk yang membawahi News of the World. (Desastian/dsb)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!