Senin, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 27 Juni 2011 02:17 wib
7.213 views
Palestina di Hati Pemuda Indonesia
JAKARTA (voa-islam.com) - Aula Masjid Al Ikhlas, Jati Padang Jakarta Selatan menjadi saksi berkobarnya semangat pemuda Indonesia untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina. Para pemuda yang mayoritas merupakan utusan dari Lembaga Dakwah Kampus (LDK) se-Jawa ini berhimpum menyatu dalam acara seminar Pemuda dengan tema “Satu Cinta Satu Jiwa Untuk Palestina”. Seminar Pemuda ini diselenggarakan oleh Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) yang berlangsung pada hari Ahad (19/6/2011) dari pagi pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian acara ASPAC (Asia Pacific Community Conference for Palestine) yang puncaknya akan berlangsung pada tanggal 29 Juni 2011 di Jakarta Convention Centre.
LDK Jama’ah Shalahuddin UGM sebagai salah satu lembaga yang aktif menggerakkan isu Palestina di tataran LDK Nasional juga turut serta berpasipasi dalam seminar tersebut. Dua kader JS (Jama’ah Shalahuddin) yaitu Arif Nurhayanto (Koor. Tim FSLDK) dan Candra Nunus A. (Tim FSLDK) menjadi delegasi JS dalam kegiatan tersebut. JS juga diundang untuk menyampaikan kegiatan-kegiatan dan profil wajihah Palestina di UGM.
Acara yang dihadiri kurang lebih dua ratus peserta ini dimulai dengan sebuah pemaparan tentang peran pemuda untuk Palestina. Sesi pertama ini langsung disampaikan oleh perwakilan dari Kemenlu Palestina, yaitu Syaikh Ziad Abu Zaid yang juga merupakan warga asli kelahiran Gaza. Kobaran semangat terlihat begitu nyata dirasakan semua yang hadir saat beliau menyampaikan orasinya yang khas seperti pejuang Palestina. Hal ini membuat seluruh ruangan secara bergelombang menggemakan takbir secara serentak. Di awal penyampaian beliau memantik peserta dengan menghadirkan sejarah masa silam islam yang penuh kejayaan. Yang mana hampir semua aktor utama dari kejayaan islam kala itu adalah para pemuda. Nabi Ibrahim menyampaikan islam pada saat masih sangat muda. Begitu pula Muhammad Al Fatih yang memimpin pasukan menaklukkan Konstatinopel saat masih berusia 17 tahun. Syaikh Ziad Abu Zaid juga meminta agar para peserta yang hadir nantinya mau berjuang untuk menyebarkan berita yang sesungguhnya terjadi di Palestina sehingga masyarakat mau berempati dengan apa yang mereka alami.
Selanjutnya sesi seminar yang kedua dimulai pukul 11.00 WIB. Materi yang dibahas yaitu data dan fakta Zionis di Indonesia. Pembicara kali ini berasal dari dalam negeri yaitu H. Ridwan Saidi. Beliau merupakan penulis buku “Fakta dan Data Yahudi di Indonesia Dulu dan Kini”. Ridwan Saidi banyak menyoroti pemerintahan sejak Orde Baru hingga saat ini yang memberikan peluang tumbuh suburnya lembaga atau jaringan Yahudi di Indonesia. Seperti Rotary Club dan Lions Club. Berbeda dengan masa pemerintahan bung Karno yang amat tegas menolak kehadiran Yahudi di Indonesia. Dahulu presiden Soekarno membubarkan seluruh jaringan Yahudi di Indonesia. Namun setelah Orde Baru jaringan-jaringan ini kembali muncul. Beliau juga berpendapat bahwa JIL (jaringan islam liberal) yang ada di Indonesia merupakan organisasi yang disusupi ideologi Zionis Yahudi. Sedangkan di dunia internasional sekarang, Zionis menyusup lewat pemerintahan komunis Cina. Penyampaian dari beliau ini kemudian ditutup dengan sesi tanya jawab. Peserta sangat antusias merespon pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh Ridwan Saidi.
Setelah shalat zuhur acara dimeriahkan dengan penampilan tim nasyid Izzatul Islam (Izzis). Izzis membuka dengan lagu berjudul Gaza. Dalam aksinya Izzis membawakan empat buah lagu untuk menggugah semangat para peserta sekaligus menciptakan nuansa baru di ruang seminar setelah sebelumnya peserta fokus dengan materi yang disampaikan narasumber.
Seusai Izzis melantunkan nasyid, sesi seminar dilanjutkan dengan materi “Palestina Pasca Revolusi Arab” dengan pembicara langsung dari Gaza. Beliau adalah Syaikh Abu Mukmin yang merupakan salah satu juru kunci pemerintahan HAMAS. Beliau merupakan perwakilan dari Kementerian Informasi Palestina. Syaikh Abu menyatakan bahwa pasca terjadinya revolusi di dunia Arab khususnya di Mesir, eksistensi Zionis Yahudi yang menduduki Palestina akan segera berakhir. Pasca revolusi Mesir, merembak tuntutan-tuntutan untuk membebaskan Palestina di kawasan jazirah Arab. Kemudian dari internal pemerintahan Palestina sendiri dua faksi yaitu Hamas dan Fatah saat ini sudah bersatu untuk membahas masa depan Palestina.
Selain itu, lelaki asli kelahiran Gaza ini juga memaparkan tanda-tanda kebangkitan Palestina. Salah satunya adalah tingginya tingkat kelahiran di Palestina utamanya di Gaza. Angka kelahiran bayi di Palestina merupakan tingkat kelahiran bayi tertinggi di dunia. Dengan 300 lebih kelahiran bayi setiap harinya. Beliau juga memaparkan bahwa 23 anggota keluarganya sudah syahid karena ulah Zionis laknatullah. Saat ditanya bagaimana kondisi saat ini di Gaza, beliau mengatakan bahwa hingga detik ini Gaza sangat membutuhkan obat-obatan. Persediaan obat-obatan di sana sangat minim.
Setelah shalat ashar acara dilanjutkan dengan presentasi profil wajihah kepalestinaan di kampus-kampus yang diwakili oleh JS UGM, Salam UI, STAN, UPI dan SEBI kemudian dilanjutkan dengan diskusi pemuda. Dari JS UGM diwakili oleh Arif Nurhayanto yang mempresentasikan profil Forsip Gama (Forum Solidaritas Palestina Universitas Gadjah Mada). Dalam presentasinya dia menjelaskan tentang visi, struktur, kegiatan yang telah dilakukan dan program kerja ke depan. Forsip Gama sendiri berada di bawah naungan LDK Jama’ah Shaluddin yang di ditempatkan di dalam struktur Tim FSLDK yang kini mengampu fungsi BK Isu Dunia Islam FSLDK Indonesia. Kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan antara lain workshop aksi kemanusiaan, kajian, pameran foto, pemutaran film Palestina, Tabligh Akbar serta penggalangan dana secara berkala di UGM dan di Jogja. Dia juga menjelaskan bahwa beberapa bulan ke depan JS UGM akan menggelar kegiatan akbar bertaraf nasional untuk Palestina.
Setelah presentasi kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi dan sharing dengan seluruh peserta yang hadir. Diharapkan nantinya kampus-kampus yang belum ada wajihah Palestina, ke depan mampu untuk mendirikan komnitas-komunitas serupa seperti Space (Salam Palestine Centre) di UI, SSP (SEBI Solidarity for Palestine) di SEBI dan Forsip Gama di UGM sebagai wadah untuk menggalang persatuan demi memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!