Rabu, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 22 Juni 2011 09:29 wib
7.373 views
FUI Sumatera Utara Sowan ke MUI Pusat, Laporkan Masjid yang Lenyap
Jakarta (voa-islam) – Kemarin siang, Senin (21 Juni 2011), Aliansi Ormas Islam Sumatera Utara bersilaturahim dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat di Jl. Proklamasi No. 51, Menteng, Jakarta-Pusat. Kedatangan mereka diterima oleh Ketua MUI KH. Mar’uf. Amin, KH. Tengku Zulkarnaen, KH. Cholil Ridwan dan beberapa pengurus MUI lainnya.
Dalam pertemuan singkat tersebut, Aliansi Ormas Islam Sumatera Utara menyampaikan laporannya, terkait penodaan beberapa masjid di Medan belakangan ini. Seperti diungkapkan Ustadz Heriansyah, salah seorang Ketua Forum Umat Islam Sumatera Utara (FUISU), pada bulan September 2010 di Kabupaten Langkat, sebuah masjid diacak-acak oleh seseorang tak dikenal.
“Al Qur’an dilempar dari raknya, masjid disiram dengan tuak, sound system diacak-acak. Saat ditangkap, polisi memberitahukan, bahwa pelakunya, adalah orang gila, yakni seorang remaja muslim depresi yang sebelumnya pernah dipasung,”jelasnya.
Penodaan masjid berikutnya adalah Masjid Fisabilillah yang berdiri sejak tahun 1880-an. Masjid tersebut dibakar pada bulan September 2010 sebanyak tiga kali. Dua kali bisa diselamatkan, namun ketiga kalinya, masjid sudah rata dengan tanah. Atas insiden ini, lagi-lagi, pihak polisi (Kapolda) menjelaskan, pelaku pembakaran masjid dilakukan oleh umat Islam sendiri. Menurut polisi, diduga terjadi perebutan posisi nadzir dari pengurus masjid.
“Saat kami temui, pengurus masjid itu menangis karena merasa tertutuh dan harus kehilangan masjid. Yang disesalkan lagi, pihak Kapolda yang dipimpin Ograseno menyatakan, mencari pelakunya seperti mencari jarum di dalam jerami. Meski masjid sudah dibangun kembali, tapi pelakunya hingga kini belum ditangkap,” kata Ustadz Heriansyah.
Kemudian, pada bulan Maret 2011 di Kabupaten Asahan, di malam yang sama, dengan selisih waktu 45 menit, dan hanya berjarak 3 km, dua buah masjid terbakar. Esok harinya, Polres memberitahukan, kedua masjid itu terbakar dengan alasan yang sama: kosleting listrik. Pihak FUI SU tidak percaya begitu saja dengan keterangan polisi.
“Kami berinisiatif membentuk tim investigasi dan melakukan pengamatan secara mendalam di lokasi kejadian. Kemudian, kami berani mengambil kesimpulan, besar kemungkinan masjid dibakar. Dalam temuannya, tim investigasi mendapatkan sejumlah kejanggalan di tempat masjid yang terbakar, diantaranya: ketika api menyala, listrik masih hidup, seharusnya padam dulu. Mesti tertangkap, anehnya, polisi lagi-lagi bilang, bahwa pelakunya ada seorang pemuda muslim pecandu narkoba,” kata Heriansyah.
Selanjutnya, pada 10 Mei 2007, Masjid Thoyyibah di Jl. Multatuli yang berusia 50 tahun itu, kembali dirobohkan secara paksa untuk kepentingan kaum kapitalis atau pengembang yang akan dijadikan rumah mewah. Masjid yang dirobohkan itu mendapat pengawalan dari aparat Brimob.
Beberapa minggu kemudian, pihak FUI SU memasuki area masjid untuk kembali meletakkan batu pertama secara simbolis. Tapi, oleh aparat polisi, justru dituding telah melanggar hukum. Ketua FUI SU Ustadz Sudirman Timsar Zubil sempat ditahan hampir 24 jam di kantor Mapolresta. Tapi, anehnya, yang membongkar masjid malah tidak ditindak. Tapi justru dilindungi aparat.
Kemudian, pada 11 April 2011, Masjid Raudhatul Islam di Jl. Yos Sudarso, lagi-lagi mengalami nasib yang sama: dirobohkan untuk kepentingan kaum kapitalis. Padahal, masjid ini punya sertifikat wakaf. Ketika ditanya, kenapa masjid dibongkar? Lalu jawabnya, warga mendapat kompensasi, satu KK mendapat Rp.1 juta. Hingga saat ini, masih dilaksakan shalat Jumat, meski tidak lagi beratap.
Tak lama kemudian, Masjid al Ikhlas di Jl. Timoor, kembali dibongkar aparat. Meski dibongkar, jamaah masih melakukan shalat Jumat berjamaah di jalan beraspal. Pernah, sebelum dilaksanakan shalat Jumat, pada pagi harinya, ada 4 orang berbadan tegap mengenakan helm, lalu menebar kotoran manusia dan sapi ke jalan, tempat akan dilaksanakan shalat Jum’at.
FUI SU juga telah mendapat laporan baru. Tak lama lagi akan ada beberapa masjid yang akan dilenyapkan, diantaranya, Masjid Ar Rahman di Jl. Pelita II, yang sudah diisolir oleh pihak pengembang, tinggal dirobohkan saja. Juga ada Masjid Nurul Hidayah yang berlokasi di Jl. Panci. Pihak pengembang mengatakan, sudah ada masjid pengganti yang lebih bagus. Masjid lainnya yang hilang adalah masjid di Jl. Lampung, Masjid Jendral Sudirman, Masjid Ar Ridho, dan Masjid di komplek Perumahan Elok.
Menanggapi laporan dari Aliansi Ormas Islam Sumatera Utara, Ketua MUI KH. Ma’ruf Amin berjanji akan mempelajari laporan tersebut untuk segera ditindaklanjuti, terutama yang terkait adanya oknum MUI Kota Medan yang mendukung pembongkaran masjid. “Bisa saja, kami memanggilnya, dan meninjau ulang fatwa yang sangat merugikan umat Islam itu,” kata kiai Maruf Amin. (Desastian)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!