Rabu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 15 Desember 2010 10:21 wib
18.844 views
Deklarasi Front Pemuda Muslim Maluku: Siap Hadang RMS
JAKARTA (voa-islam.com) - Front Pemuda Muslim Maluku (FPM) dideklarasikan untuk menghapus stigma Maluku yang identik dengan Kristen. Mereka siap berhadapan dengan perusuh RMS.
Stigma yang melekat pada masyarakat Maluku iadalah dentik dengan Kristen. Ternyata, anggapan demikian tidak benar. Bicara kuantitas, Islam adalah agama yang banyak dipeluk masyarakat Maluku. Sekitar 63 persen dari total masyarakat Maluku yang ada di Indonesia. Hanya saja, masyarakat Muslim baru menang secara kuantitas, kalah dalam hal kualitas, ketimbang saudara-saudara non-Muslim Maluku.
Lemahnya SDM masyarakat Muslim Maluku itulah yang melatarbelakangi dideklarasikannya Front Pemuda Muslim Maluku (FPMM) di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (14/12/2010). Sekitar 3000 masyarakat Muslim se-Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) hadir dalam deklarasi tersebut. Turut hadir, tokoh ulama, tokoh adat, Gubernur, Bupati se-Maluku dan sejumlah pimpinan organisasi pemuda dan kemasyarakatan.
Nuansa Islam nampak mewarnai prosesi penyambutan Ketua Umum FPMM itu. Iringan hadrah (sejenis rebana) disertai shalawat, dan tarian laki-laki berpeci putih kian menambah marak suasana.
Dalam sambutannya, Ketua FPMM Umar ”Key” Ohoitenan menegaskan, bahwa organisasi ini bukan organisasi preman. Tapi merupakan wadah masyarakat maluku untuk membangun pribadi yang berakhlakul karimah, bertanggungjawab, dan menjaga keutuhan bangsa. ”Dibutuhkan kesadaran untuk menatap masa depan menjadi lebih baik. Karenanya, diperlukan komunikasi dan kerjasama dengan berbagai pihak, tanpa membedakan suku, agama dan golongan tertentu.”
Mengutip Presiden Soekarno, bahwa Maluku menjadi penting sebagai bagian dari terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). ”Hal itulah yang mendorong kami untuk berkomitmen memajukan daerah, dan bangsa ini umumnya. Kami mengakui, arus globalisasi tak bisa dihindari. Kami menyadari betul, dalam hidup bermasyarakat, tidak terlepas dari masalah. Karifan lokal, seperti semangat kekeluargaan dan budaya gotong-royong inilah yang mendorong kami untuk menyelesaikan setiap persoalan.
....FPMM merupakan wadah konsolidasi dan pemersatu bagi pemuda-pemuda Muslim jazirah Maluku, dari Halmera hingga Tenggara Jauh.....
Hilangkan Stigmatisasi
Sementara itu Sekretaris FPMM Fitrijansyah Toi Sutta kepada Voa-Islam disela-sela acara mengatakan, FPMM merupakan wadah konsolidasi dan pemersatu bagi pemuda-pemuda Muslim jazirah Maluku, dari Halmera hingga Tenggara Jauh. Jika dikalkulasi, jumlah Muslim Maluku di wilayah Dejabotabek secara keseluruhan, bisa mencapai 30.000 jiwa. Di Depok, misalnya, FPMM mencatat ada sekitar lebih dari 2.000 Muslim Maluku.
FPMM sendiri telah memosisikan dirinya sebagai ormas Islam yang independen, mengingat ideologi organisasi yang diusungnya berasaskan Islam, meski belum sampai menuju perberlakuan Syariat Islam. Syarat untuk bisa bergabung dalam organisasi ini pun harus yang beragama Islam.
Diakuinya, stigmatisasi ”Kristen” telah melekat pada masyarakat Maluku, sehingga mendorong Pemuda Muslim membentuk FPMM, agar punya warna tersendiri, tanpa ada maksud untuk memisahkan diri dari saudara-saudara Maluku yang Kristen. ”Kami berusaha agar kita lebih masyarakat Muslim Maluku lebih dikenal. Jika sudah dikenal, pada akhirnya stigmatisasi masyarakat Indonesia itu bisa luntur,” kata Sekretaris FPMM itu.
Menurut Fitriansyah, mulanya kami hanyalah sebuah kerumunan yang hidup berkelompok-kelompok, tanpa arah dan tujuan. Melalui wadah ini, kami disatukan dan punya misi untuk mengivestasikan SDM pemuda-pemuda Muslim Maluku menjadi sumber daya yang potensial, bertanggungjawab, profesional, dan bisa berkompetisi dengan pemuda-pemuda Muslim lain yang ada di Indonesia pada umumnya.
Sebelum FPMM berdiri, sebetulnya sudah ada organisasi masyarakat Maluku, diantaranya Pemuda Maluku Indonesia Bersatu (PMIB). Namun, FPMM ini, lanjut Fitriansyah, sebenarnya adalah metamorfosis dari PMIB. Kebetulan anggotanya mengkonsolidasikan diri ke FPMM. ”Kami berupaya untuk bisa mewadahi semuanya. Jika, ada pertikaian kecil, kami akan menjadi mediator untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di tengah masyarakat,” ujarnya.
Ketika disinggung soal premanisme, Fitriansyah menolak jika anggota FPMM sebagai preman. ”Jangan sebut saudara-saudara saya preman. FPMM lahir dari semua kalangan, mulai dari akademisi, intelektual, ulama, tokoh masyarakat, hingga pemerintahan. Itulah sebabnya kami berkumpul untuk menghilangkan stigma itu yang melekat pada masyarakat Maluku. Kami tegaskan, tidak ada premanisme di organisasi ini. Di sini adalah saudara-saudara Muslim yang sedang mengkonsolidasikan diri untuk selalu memperbaiki diri dan berakhlakhluk karimah,” kilah laki-laki berkulit coklat ini.
....Siapapun yang coba-coba merongrong dan memecah-belah NKRI, kami akan berada di barisan terdepan. Bahkan kami siap berhadapan dengan Republik Maluku Selatan (RMS)....
FPMM bertekad akan membangun SDM yang intelektual, profesional dan berakhlakul karimah. ”Di organisasi, ada bidang kerohanian dan majelis zikir yang mengarahkan pemuda agar tidak salah jalan. Itu saja dulu. Ke depan, FPMM berharap pemuda Muslim Maluku bisa berkompetisi di segala bidang. Insya Alloh, kami akan menjawab tantangan zaman dengan profesionalitas dan kemampuan yang dimiliki, tanpa merasa didiskriminasi. Karena organisasi ini bersifat independen, maka semua anggota FPMM harus melepas baju politiknya. Di sini akan terlihat cair, dan tidak ada intervensi dari siapapun.”
Dari namanya yang menggunakan kata Front, maka FPMM berkomitmen untuk selalu menjaga keutuhan NKRI. “Siapapun yang coba-coba merongrong dan memecah-belah NKRI, kami akan berada di barisan terdepan. Bahkan kami siap berhadapan dengan Republik Maluku Selatan (RMS),” jelas Fitriansyah bersemangat. [Desastian]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!