Sabtu, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 13 November 2010 12:50 wib
8.616 views
PTDI Tagih Janji Pemda Tutup Masjid Ahmadiyah, Polisi Siaga
Jakarta (voa-islam.com) -Ketua Keamanan Nasional Ahmadiyah Deden Sujana berharap tidak terjadi konflik antara pihaknya dengan Perguruan Tinggi Dakwah Islam. Perguruan tinggi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, ini mengancam akan menutup paksa Mesjid Nuruddin, Kebon Bawang, Tanjung Priok, yang merupakan cabang Jakarta Utara dari Jamaah Ahmadiyah Indonesia.
"Jangan sampai ada konflik, untuk pengamanan, kami percayakan pada polisi," katanya kepada wartawan saat ditemui di Mesjid Nuruddin, siang ini.
Sesuai yang kabar yang diberi PTDI, Deden mengemukakan pihak perguruan tinggi tersebut akan datang ke Mesjid Nuruddin, sehabis solat Jumat siang ini. Polisi sudah tampak berjaga di sekitar lokasi sejak pukul 13.00. "Ada 95 anggota polisi yang bersiaga," ujar Kepala Kepolisian Sektor Tanjung Priok Komisaris Polisi Budhi Herdi Susianto saat dijumpai di tempat yang sama.
Sekitar 3 satuan setingkat peleton (SST) dari Polres Jakarta Utara dan Polsek Tanjung Priok bersiaga di sekitar lingkungan tempat ibadah Ahmadiyah, Nurudin. Tempat ibadah Ahmadiyah ini berlokasi di Jalan Kebon Bawang X RT 9 RW 1, Kelurahan Kebon Bawang, Kecamatan Tanjung Priok, Jakut.
..."Kami percaya sepenuhnya pada pengamanan polisi, tapi kami juga sudah stand-by di cabang masing-masing," katanya mengancam...
"Jadi atau tidak jadi demo, kami tetap siap siaga di sini, mengamankan situasi," tambah, Kompol Budhi Herdi Susianto, kepada wartawan di lokasi, Jumat (12/11).
Mereka, sambung Kompol Budhi, disiagakan karena diduga masa dari Perguruan Tinggi Dakwah Islam (PTDI) Tanjung Priok akan kembali datang menagih janji pemda setempat untuk menutup tempat ibadah Ahmadiyah. Pada Jumat (5/11) kemarin, puluhan orang dari Perguruan Tinggi Dakwah Islam Tanjung Priok menuntut dibubarkannya Ahmadiyah.
Dalam demonstrasinya, mereka membawa sejumlah spanduk bertuliskan Pembubaran Ahmadiyah. Selain itu, mereka juga menuntut tempat ibadah Ahmadiyah dijadikan sebagai mushala umum. Sementara pada Rabu (10/11), dilakukan dialog antara pihak kecamatan Tanjung Priok, kelurahan Kebon Bawang, Sekretariat Majelis Ulama Indonesia dan pengurus tempat ibadah Ahmadiyah.
Ahmadiyah Jabodetabek Siap Backing
Menurut Deden, jika polisi tidak sanggup menghalau kekerasan yang mungkin dilakukan PTDI, jemaah Ahmadiyah se-Jabodetabek sudah bersiap menghalau. "Kami percaya sepenuhnya pada pengamanan polisi, tapi kami juga sudah stand-by di cabang masing-masing," katanya mengancam. Di Mesjid Nuruddin juga sudah hadir 60 orang jemaah Ahmadiyah.
Kalau terjadi kerusuhan, disebutkan Deden, dua ribuan jemaah Ahmadiyah akan tiba di Mesjid Nuruddin dalam waktu satu jam. "Tapi jangan terjadi, karena kami menghindari konflik horizontal," ujarnya.
Pekan lalu, puluhan orang dari PTDI mendatangi Mesjid Nuruddin untuk menyegel paksa mesjid ini. Penyegelan memang belum terjadi, namun PTDI mengatakan akan datang sepekan kemudian untuk melihat apakah mesjid ini sudah ditutup.
PTDI menuntut mesjid yang memiliki sekitar 200 jemaah Ahmadiyah itu untuk dijadikan mesjid umum. "Padahal mesjid ini memang selalu terbuka untuk umum," kata Deden. Ia menyebutkan semua pemeluk agama Islam boleh beribadah di mesjid tersebut, tak khusus untuk jemaah Ahmadiyah.
Selain itu, PTDI juga mengkehendaki agar imam, pengurus, dan pengelola mesjid ditunjuk oleh Majelis Ulama Indonesia. "Mesjid ini didirikan oleh Haji Anshar dengan uang sendiri, dihibahkan untuk organisasi Ahmadiyah, kok asetnya direbut?" ujar Deden.
Rabu lalu, pengurus mesjid sudah berdialog dengan PTDI beserta Sekretariat MUI Jakarta Utara, pihak Kelurahan Kebon Bawang, dan Kecamatan Tanjung Priok. "Dalam pertemuan itu, pihak PTDI mengancam akan menyerang mesjid," kata Deden.
Menurutnya, pertemuan tersebut menghasilkan persetujuan tertulis antara PTDI, MUI, Kelurahan, dan Kecamatan untuk menutup paksa Mesjid Nuruddin. "Ini lucu, satu perguruan tinggi bisa mengultimatum pejabat, lalu diladeni,"kilahnya.
Ia juga mengutarakan keheranan atas tuntutan PTDI tersebut. "Mesjid ini sudah 26 tahun berdiri, adem-ayem saja, tidak pernah ada konflik dengan siapapun termasuk warga," katanya. (Ibnudzar/dbs)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!