Jum'at, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 1 Oktober 2010 14:00 wib
7.197 views
Berbau Persenggamaan Tak Wajar, FPI Polisikan Q! Film Festival
Jakarta (voa-islam.com) - Tak menyerah hanya dengan unjuk rasa, Front Pembela Islam (FPI) juga melaporkan pengelola web dan panitia penyelenggara Q! Film Festival ke Polda Metro Jaya.
Film-film yang ditayangkan Q! Film Festival sangat berbau pornograsi. Ada adegan ciuman sesama lelaki dalam film itu. FPI menganggap Q Film Festival melanggar Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Tokoh FPI yang datang ke Mapolda Metro Jaya adalah Ketua DPD FPI DKI Jakarta Habib Salim Alatas didampingi Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Front Pembela Islam (FPI) Urusan Advokasi, Munarman
..."Hari ini, DPD FPI DKI Jakarta Habib Salim Alatas akan melaporkan pengelola web Q! Film Festival dan panitia penyelenggara Q! Film Festival," ujar Munarman...
"Hari ini, DPD FPI DKI Jakarta Habib Salim Alatas akan melaporkan pengelola web Q! Film Festival dan panitia penyelenggara Q! Film Festival," ujar Munarman, Jumat (1/10). Untuk memperkuat laporan, FPI membawa CD yang berisi adegan ciuman sesama lelaki.
Geram Karena Adegam Yang Tidak Wajar
Selain melaporkan konten Q! Film yang menjijikkan , FPI juga mempolisikan Q-munity karena sudah menyimpang.
..."Apa yang disebarkan Q-munity dalam acara Q! Film Festival berbau persenggamaan yang tidak wajar,"...
"Apa yang disebarkan Q-munity dalam acara Q! Film Festival berbau persenggamaan yang tidak wajar," kata koordinator kuasa hukum FPI Munarman, saat tiba di Polda Metro Jaya, Jl. Jend. Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (1/10).
Munarman melaporkan komunitas sesama jenis itu dengan membawa barang bukti berupa rekaman video berdurasi 5-7 menit, yang berisikan cuplikan film-film bertema sesama jenis yang diputar dalam festival film tersebut.
"Di dalam trailernya (cuplikannya) berisi hal yang menyimpang, seperti adegan ciuman antara laki-laki dengan laki-laki, ada adegan bugil, dan adegan bersenggama" jelas dia.
FPI melaporkan komunitas tersebut dengan sangkaan UU ITE dan KUHP. "Kita menuntut sesuai hukum yang berlaku, karena ini perkawinan, ini tidak wajar," tandasnya.
Q Film Tetap Cuek dengan Ancaman FPI
Meskipun demikian hebatnya hujatan dari FPI dan umat Islam pada umumnya, ternyata Jumat (1/10) hari ini Q! Film Festival tetap digelar di CCF, Kineforum dan Goethe Haus. Publikasinya melalui akun twitter QFilmFestival.
CCF akan memutar Kashish 1 pukul 14.30 WIB, Fish Out of Water pukul dan Cilukba (MJ) pukul 19.30 WIB. Demikian mengutip dari akun twitter QFilmFestival, Jumat (1/10).
Sementara di Kineforum, Royston Show tayang pukul 14.15 WIB, Love and Peace pukul 17.30 WIB dan Pink Homemade pukul 19.30 WIB. Sedangkan di GoetheHaus, film To Die Like a Man rencananya diputar pukul 20.00 WIB.
Pemutaran ini sama sekali tak terpengaruhi aksi demo FPI dan mahasiswa. Sejauh ini, pemutaran film Q! Film Festival atau film-film gay dan lesbi tetap berlangsung.
Bahkan, rencananya tetap akan berlangsung di Yogyakarta, Surabaya, Malang, Bali dan Makassar. Mulai 5-17 Oktober 2010.
Festival Penuh Kontroversi
Ajang Q Film ini memang yang kesembilan kalinya ini rencananya memutar 150 film dari lebih 20 negara di dunia, di antaranya, Prancis, Jepang, dan Filipina. Garis besarnya, film-film itu bertemakan persoalan hak kaum homoseksual dan HIV/AIDS.
Festival film ini merupakan mitra resmi dari 'Teddy Award' Festival Film Berlin. Tahun ini dari Jerman akan ditayangkan dua film yaitu Anders als die Anderen, Anders als Du und Ich dan Only Hertha.
Kenyataannya, sebagian masyarakat Indonesia yang beragama Islam menolaknya. Sekalipun sebelumnya, sutradara festival, John Badalu, mengaku tak mengharapkan penolakan dari publik. Mengingat penduduk Indonesia, masih konservatif.
Namun begitu, Juru bicara Kementerian Informasi dan Telekomunikasi Gatot Dewa Broto menegaskan bahwa pemerintah pusat telah memberikan jaminan bahwa festival film gay itu bisa berjalan.
"Kami tidak keberatan selama kontennya tidak menampilkan seks secara eksplisit, tidak terlalu vulgar. Kita setuju, kita dapat mentolerir," ujarnya.
...lukmansardi: "Selama mereka msh punya akal Dan hati mrk tdk Akan melakukan kekerasan,tp kalo dilihat dr kenyataan apakah itu dimiliki oleh mereka?"...
Alasan Gatot berdasar penyelenggaran festival ini telah berlangsung selama bertahun-tahun. Panitia tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, serta mempertimbangkan nuansa etis dan norma di Indonesia.
Dukungan asing pun sudah pasti didapatkan. Seperti, pemutaran film-film tentang gay yang dilakukan tanpa dikenakan biaya di klub-klub swasta dan pusat-pusat kebudayaan asing di enam kota termasuk Jakarta dan Yogyakarta.
Internasional pun mendukung untuk menyediakan payung perlindungan dan legitimasi bahwa unsur-unsur radikal di Indonesia tak akan mengganggu.
"Pendanaan festival film ini berasal dari kelompok-kelompok asing. Kami memutar film di pusat-pusat asing. Kelompok radikal tidak akan berani menyerang kita. Jika mereka melakukannya, ini sama saja menyerang negara asing," ujar Badalu.
Jaminan itu ternyata menimbulkan konflik, tak semulus perkiraan Badalu dan Gatot. Buktinya, Selasa (28/9), FPI berdemo menghentikan ajang festival. Bahkan FPI mengancam akan membakar Goethe Institute jika festival terus digelar dan jumat hari ini (1/10) FPI juga melaporkan mereka ke Polda Metro Jaya.
Sementara itu, Sebelumnya Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik pun menyarankan agar penyelenggara Q Film Festival mengirimkan terlebih dahulu film-film yang berisi tentang gay dan lesbian ke Lembaga Sensor Film (LSF).
"Festival itu pasti ada aturannya. Harusnya pelaksananya mengirimkan dahulu film-filmnya ke LSF. Nah apa yang terjadi (dari penolakan dari FPI) ini kan akibat dari itu," kata Wacik usai acara peresmian Festival Film Indonesia di Jakarta, Selasa (28/9) malam.
Deddy Mizwar lebih berani berbicara terbuka. Ia tak setuju ajang Q! Film Festival atau festival film gay. Alasannya: dosa. Ia tak akan datang, meskipun mendapat undangan.
Meski pria yang dikenal dengan si Nagabonar ini menganggap penyelenggaraan Q! Film Festival merupakan hak penyelenggara, namun di lain pihak sebagai bagian dari masyarakat, FPI juga berhak menolak.
"Kalau ditanya boleh atau tidak (menyelenggarakan Q! Film Festival), ya kita nggak bisa melarang. Tapi kalau FPI mau menolak, itu juga hak mereka"Â ujar Deddy, Rabu (29/9) siang.
Kenyataanya, Deddy memilih untuk menutup diri dari penyelenggaraan festival film itu. "Secara pribadi, kalau diundang saya nggak akan datang,"tuturnya. Kenapa? "Ya, dosalah" jawabnya singkat lantas tertawa.
Berbanding terbalik dan yang lebih menyedihkan adalah Lukman Sardi, aktor pemeran KH. Ahmad Dahlan dalam film "Sang Pencerah" ini justru mendukung festival ini, bahkan mengecam FPI dengan menuliskan kata-kata kasarnya dalam akuntwitternya.
lukmansardi: "Selama mereka msh punya akal Dan hati mrk tdk Akan melakukan kekerasan,tp kalo dilihat dr kenyataan apakah itu dimiliki oleh mereka?"
Berbeda dengan presenter Dik Doang meski berlagak sangar, Menurutnya, tidak semua orang bisa menerima tontonan gay dan lesbian.
"Keburukan buat sendiri saja, kalau kebaikan boleh diceritakan. Kalau dia berada di ruang lingkup sendiri silahkan, untuk kalangan mereka. Tapi tidak semua orang siap," terang Dik Doank, Kamis (30/9). Hemmmm!!!(LieM/dbs)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!