Selasa, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 10 Agutus 2010 10:00 wib
7.439 views
Rakyat Merasa Bosan Mendengar SBY Sering Mengeluh Diancam Teroris
Jakarta (voa-islam.com) - Pernyataan Presiden SBY bahwa dirinya menjadi sasaran teroris merupakan sikap yang berlebihan. Pengakuan itu justru akan membuat SBY blunder.
"Pengakuan itu akan membuat SBY blunder, terlebih jika ternyata kenyataannya tidak ada," kata pengamat politik Reform Institute Yudi Latif di Jakarta, Selasa (10/8).
Ia menuturkan, SBY sudah 2 kali mengutarakan ancaman teroris. Seharusnya, SBY bisa menahan untuk tidak mengatakan hal itu kepada rakyat.
...Kalau terlalu sering mengungkapkan, nanti khawatir jika memang kejadian, rakyat menganggap itu hal biasa-biasa saja," papar Yudi...
"Yang namanya ancaman kepada presiden itu kan tiap saat, sudah pasti ada. Kalau terlalu sering mengungkapkan, nanti khawatir jika memang kejadian, rakyat menganggap itu hal biasa-biasa saja," papar Yudi.
Terkait apakah strategi SBY masih jitu untuk menarik simpati publik, Yudi menyangsikannya. Sebaliknya, rakyat lama kelamaan akan bosan, dan menganggap ancaman teror tak punya urgensi apapun.
Sebelumnya, untuk yang kedua kalinya, Presiden SBY mengatakan bahwa ia mendapat laporan bahwa akan menjadi target teroris berikutnya.
Usai menyatakan itu, keesokannya Densus 88 menangkap Abu Bakar Baasyir yang diduga cikal bakal jaringan teroris Indonesia, termasuk skenario sasaran kepada presiden.
Jangan 'Lebay', Kasih Solusi Dong!!
Presiden sebagai pemimpin negara dinilai tidak boleh hanya sekedar curhat bahwa dirinya mendapatkan ancaman teror. Tapi harus juga memberikan solusi.
..."Harapan kita pemimpin tidak sekedar curhat tapi ada fakta berbasis solusi. Pemimpin tidak curhat tapi membuat kebijakan atau menghalangi sesuatu yang destruktif,"...
"Harapan kita pemimpin tidak sekedar curhat tapi ada fakta berbasis solusi. Pemimpin tidak curhat tapi membuat kebijakan atau menghalangi sesuatu yang destruktif," kata Anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (10/8).
Dia berharap pernyataan Presiden SBY soal teror jangan hanya dianggap sebagai curhatan. tetapi juga dimaknai sebagai warning. Karena kalau curhat Presiden seperti itu, mirip orang biasa yang tidak mempunyai kewenangan apapun. Padahal kepolisian dan BIN ada di bawah Presiden.
"Tapi dalam era demokrasi perintah Presiden adalah basis hukum," kata dia. Hidayat juga menilai curhatan Presiden tentang terorisme dengan penangkapan pemimpin pondok pesantren Al-Mukmin Abu Bakar Baasyir tidak terkait langsung. Tidak benar kalau itu dijadikan alasan penangkapan oleh Kepolisian.
"Karena ada perintah Presiden yang tidak dijalankan seperti rekening gendut yang belum selesai," imbuhnya. (Ibnudzar/inh)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!