Selasa, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 9 Maret 2010 20:35 wib
7.606 views
Sebut NU Amis Seperti Pasar Tradisional, Bupati Sampang Didemo Oreng Madure
SAMPANG (voa-islam.com) – Maksud hati mengkritik warga NU supaya lebih maju dan modern. Tapi pemilihan kata “amis seperti pasar tradisional” dan “berkepala besar” yang disampaikan pada acara Maulid Nabi (23/2/2010), berkonotasi negatif, justru membangunkan macan tidur. Bupati Sampang Noer Tjahja harus dipusingkan dengan gelombang demo warga Nadiyin yang menilai ungkapan itu bukan kritik, tapi pelecehan.
Ratusan mahasiswa Madura yang tergabung dalam Angkatan Muda Nahdlatul Ulama (AMNU) berunjuk rasa di pendopo bupati Sampang, Madura, Jawa Timur, Selasa (9/3). Mereka memprotes pernyataan Bupati Sampang Nur Cahya yang menyebut Nahdlatul Ulama (NU) amis seperti pasar tradisional, besar kepala, haus dengan kekuasaan yang pragmatis.
Dalam orasinya, massa AMNU menilai bupati telah menghina warga NU. Pernyataan Nur Cahya itu telah merendahkan warga NU.
Ketegangan terjadi ketika terjadi saling dorong antara para pengunjuk rasa dengan petugas mewarnai unjuk rasa angkatan muda nahdlatul ulama (AMNU) di depan kantor Pemkab Sampang, Madura, Jawa Timur.
Aksi terjadi, karena petugas dari jajaran Polres Sampang melarang para pengunjuk rasa masuk ke halaman kantor Pemkab, guna bertemu secara langsung dengan Bupati Sampang, Noer Tjahja.
"Kami hanya ingin bertemu secara langsung dengan bupati, tolong jangan halangi kami," kata Korlab aksi, Riskie.
Saling dorong di pintu masuk kantor Pemkab ini berlangsung sekitar sepuluh menit. Para demonstran akhirnya mengalah, karena tetap tidak berhasil menembus masuk ke halaman kantor pemkab.
Kendatipun demikian, mereka terus menggelar orasi secara bergantian di depan kantor pemkab sambil menunggu kedatangan Bupati Sampang Noer Tjahja. Dalam orasinya, para demonstran menuntut Bupati Sampang Noer Tjahja minta maaf kepada warga NU atas pernyataannya yang dinilai melecehkan wahga NU dalam sebuah pertemuan, beberapa waktu. Mahasiswa berjanji melakukan demo lebih besar jika Nur Cahya tidak segera meluluskan tuntutan mereka.
Bupati Sampang Noer Tjahja tidak menemui para pendemo, karena pada saat yang sama, memimpin kegiatan serah terima sejumlah pejabat di lingkungan Pemkab Sampang.
Sebelumnya, aksi protes dilakukan para anggota Ikatan Pemuda Nadhlatul Ulama (IPNU) dengan menyebarkan selebaran di perempatan Jalan Trunojoyo dan di depan lokasi Pasar Srimangunan, Kamis (4/3/2010).
IPNU meminta Noer Tjahja meminta maaf secara terbuka kepada institusi NU atas pelecehan tersebut dan meminta NU segera mengambil sikap tegas terhadap Noer yang dianggap melecehkan institusi NU.
Ketua PAC IPNU Sampang, Junaidi mengatakan, Noer Tjahja pernah menyebut NU dengan istilah ‘amis’ dan ‘berkepala besar’. Kata ‘amis’ dilontarkan Noer ketika berada di ponpes pimpinan KH Syafiudin Abdul Bari di Desa Gersempal, Kecamatan Omben, sedangkan kata ‘berkepala besar’ dilontarkan dalam acara Maulud Nabi, 23 Februari 2010, yang antara lain dihadiri juga tokoh PBNU, Said Agil Siradj.
Sebutan Amis Seperti Pasar Tradisional Bukan untuk Melecehkan, Tapi Kritik Membangun
Noer Tjahja yang dikonfirmasi wartawan, berkilah bahwa dirinya menyebut NU berkepala besar, itu dalam rangka memberi dorongan terhadap NU, dan dia bermaksud menitipkan pesan itu kepada Said Agil Siradj.
"Saya bilang, saat itu jika NU diibaratkan pasar, masih pasar tradisional. Pasar tradisional bagaimana? Amis kan. Saya sudah menjelaskan masalah itu kepada kiai-kiai saat pengajian di Omben. Saya katakan bahwa sudah saatnya NU menjadi lebih modern," terangnya.
Tentang besar kepala, Noer mengaku mengatakan hal tersebut di depan tokoh NU Said Agil Sirajd.
"Saat itu saya bilang di depan beliau (Said Agil Sirajd, Red) dan tidak ada masalah kok. Dia malah berterima kasih atas kritik tersebut. Saya juga minta maaf jika kritik itu lancang," jelasnya.
Menurut Noer Tjahja, kata besar kepala ada dalam konteks NU yang besar karena menjadi salah satu pelopor terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun, setelah itu tidak dilanjutkan dengan prestasi-prestasi lainnya. "Sama yang sekarang ini, tidak dilanjutkan prestasi NU itu. Hanya saat dipimpin Gus Dur NU kembali lahir untuk kedua kalinya," ujarnya.
Noer menilai kritik yang disampaikan saat itu untuk mendukung supaya NU bisa lebih besar lagi dan berprestasi. "Saya ingin pemimpin di NU bisa membawa NU ke depan seperti itu. Siapa pun," tegasnya.
Noer mengaku tidak ada niat sedikit pun melecehkan NU. Dia juga meminta agar rekaman ucapannya tidak dilihat sepotong-sepotong, sehingga bisa salah menafsirkannya.
Terkait tuntutan permintaan maaf, Noer langsung tegas menyatakan minta maaf jika kritik yang dia lontarkan salah. "Kalau bagi mereka (IPNU, Red) saya salah saya minta maaf. Tapi, sesungguhnya saya tidak bersalah kalau mendorong NU supaya lebih besar lagi ke depan," ungkapnya. [taz/dari berbagai sumber]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!