Jum'at, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 6 November 2009 11:30 wib
7.631 views
Sydney Jones: Waspadai Jihad Baru Melalui Pena
Jakarta (voa-Islam.com) - Pengamat Internasional Crisis Group (ICG) Sydney Jones kembali memberikan stigma miring terhadap upaya-upaya sekelompok orang yang dianggap penebar teror di Indonesia. Sydney yang pernah dituding oleh FUI sebagai intelijen asing yang berupaya mengobok-obok Indonesia, meminta masyarakat untuk waspada terhadap buku-buku yang berisi doktrin-doktrin Jihad yang beredar. Perempuan bule dengan perawakan kurus ini mengatakan,”Sekarang ini di Jawa Tengah ada upaya-upaya penerbitan buku-buku jihad, dengan sebelumnya mendiskusikan isi buku itu antar mereka, untuk kemudian dijual secara luas di masyarakat,” ujarnya dalam diskusi “Perang Global Melawan Terorisme” di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Kamis (5/11).
Dalam diskusi yang diselenggarakan Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci), sebuah forum mahasiswa UIN yang berisi orang-orang liberal, Jones yang dulu sempat diusir oleh Badan Intelijen Negara (BIN) ini mengatakan bahwa upaya-upaya tersebut adalah pola jihad dengan gaya baru. “Jihad baru yang sekarang mereka lakukan lewat pena, yakni dengan buku-buku, penerbitan, media massa. Buku ini dijual di masjid-masjid secara bebas,”tambahnya.
Jones yang sudah sejak puluhan tahun ‘menginteli’ gerakan Islam ini kemudian memberikan contoh sebuah buku yang dianggap sangat berbahaya, yang berjudul “Menabur Jihad,Memuai Teror
Jones yang sudah sejak puluhan tahun ‘menginteli’ gerakan Islam ini kemudian memberikan contoh sebuah buku yang dianggap sangat berbahaya, yang berjudul “Menabur Jihad,Memuai Teror” yang ditulis oleh seorang bernama Ubeid. Buku tersebut, kata Jones, belum beredar secara luas alias masih underground. “Buku itu masih beredar di kalangan mereka. Bahkan banyak yang masih berbentuk foto copy,”terangnya. Jones juga menyebutkan buku lainnya, seperti buku berjudul “Sel Tauhid”yang juga menurutnya sangat berbahaya.
Jones juga merilis pernyataan bahwa orang-orang yang baru pulang dari Afghan, Mindanao, atau negeri-negeri di Timur Tengah bisa saja menjadi sel-sel baru dalam jejaring terorisme. Ia mencontohkan nama Syaifudin Zuhri, tersangka teroris yang ditembak di Ciputat, merupakan alumni sebuah universitas di Pakistan. “Syaifudin Zuhri ini orang baru, sebelumnya tidak diketahui kalau dia jaringannya Noordin Top. Dengan siapa dia ketemu Noordin?” ujarnya.
Untuk meyakinkan peserta diskusi yang hadir, Jones kemudian menyebut lagi sebuah organisasi teroris di Indonesia, yang menurutnya kecil-kecil cabe rawit. Organisasi tersebut, menurut Jones, bernama Jamaah Tauhid wal Jihad yang dipimpin oleh Oman Abdurrahman, orang yang pernah ditangkap dalam kasus bom di Cimanggis.”Organisasi ini seperti cabe rawit, kecil-kecil tapi pedas,” tegasnya.
Selain Jones, diskusi yang disponsori oleh Jaringan Islam Liberal (JIL) dan Yayasan Paramadina ini juga menghadirkan pentolan JIL,Ulil Abshar Abdalla. Ulil yang dalam kesempatan itu tampil narsis karena menyebut dirinya sendiri sebagai Kiai Haji dan ulama, mengatakan bahwa doktrin-doktrin tentang jihad dalam pengertian perang atau jihad ofensif itu sudah ada dalam kitab-kitab klasik, bahkan dalam kitab-kitab yang diajarkan di pesantren-pesantren NU. “Tidak mudah berdebat dengan para jihadis, karena kitab-kitab rujukan mereka sangat otoritatif,” ujar Ulil mengakui.
Beredar kabar, sejak berupaya mencalonkan diri sebagai ketua PB NU pada muktamar mendatang, Ulil berusaha tampil seperti layaknya kiai NU. Agar tak mendapat serangan yang konfrontatif dari para kiai NU yang selama ini mengecam pemikirannya, Ulil juga dikabarkan mengerem untuk tidak mengeluarkan pernyataan yang kontroversial. Sikap ini, tentu mencerminkan dirinya sebagai seorang oportunis sejati
Baru kali ini Ulil mengaku secara jujur, bahwa para jihadis punya rujukan kitab-kitab yang sangat otoritatif dan berlandaskan sumber yang kuat. Namun, tentu saja Ulil tetap tidak setuju dengan apa yang ada dalam isi kitab tersebut, meskipun dia mengakui kitab-kitab itu diajarkan di pesantren-pesantren NU. Beredar kabar, sejak berupaya mencalonkan diri sebagai ketua PB NU pada muktamar mendatang, Ulil berusaha tampil seperti layaknya kiai NU. Agar tak mendapat serangan yang konfrontatif dari para kiai NU yang selama ini mengecam pemikirannya, Ulil juga dikabarkan mengerem untuk tidak mengeluarkan pernyataan yang kontroversial. Sikap ini, tentu mencerminkan dirinya sebagai seorang oportunis sejati. Meski berusaha santun, dalam diskusi itu juga terlontar pernyataan Ulil yang mengatakan,”Naudzu billah min dzalik kalau Abu Bakar Ba’asyir jadi presiden.Nanti dia akan menerapkan jihad ofensif. Mengirim pasukan ke Timor Leste misalnya. Ini berbahaya,” ujarnya berkelakar. Meski berkelakar, pernyataan ini bisa saja dianggap melecehkan. Hati-hati! (arta/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!