Di Akhir Desember Harus Semakin Khawatir Bencana, Kenapa?Kamis, 26 Dec 2024 12:03 |
|
Feminisme dan Delusi Kesetaraan GenderRabu, 25 Dec 2024 20:55 |
Jakarta (voa-islam) - Puluhan pengemis terlihat di setiap pintu masuk Masjid Istiqlal, Sabtu (29/8) dini hari. Mereka, yang terdiri atas orang buta, wanita-wanita tua, dan anak-anak kecil, menggelar koran dan bekas kardus untuk tidur di teras-teras dan selasar masjid terbesar di Asia Tenggara itu.
Saat azan Shubuh berkumandang, mereka mulai bangun dan melancarkan aksinya. Mereka menunggu datangnya para jamaah Shalat Shubuh dan mulai mencegat setiap orang yang hendak masuk melalui pintu-pintu masuk masjid.
Hira, seorang pengemis wanita yang dijumpai Republika di teras pintu Al Fattah, mengaku telah mengemis di masjid tersebut sejak awal Ramadhan tahun ini. Menurutnya, Ramadhan memang selalu menjadi berkah bagi dia dan dua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). ''Lumayanlah, untuk penghasilan bagi pengangguran seperti saya,'' kata wanita yang tinggal di pinggir rel Stasiun Senen, Jakarta Pusat.
Hal serupa dilakukan Epa, pengemis wanita yang berusia lebih muda. Sambil menggendong putri semata wayangnya, ia telah berhari-hari berkeliaran di sekitar Istiqlal. Epa mengaku, selain mendapatkan uang cukup, juga memperoleh makanan di masjid tersebut. Masjid memang selalu menyediakan makanan untuk sahur dan buka puasa. ''Kadang-kadang kami juga diberi uang banyak oleh jamaah dari India dan Arab,'' ujarnya.
Aliudin, petugas pengatur pintu keluar di Masjid Istiqlal, mengatakan, para pengemis sejak hari pertama Ramadlan memang membeludak dan datang dari segala penjuru Jakarta. Mereka biasanya datang menjelang Maghrib dan pulang setelah Shubuh. Awalnya, para petugas keamanan berusaha mengusir mereka. Namun, saking banyaknya, mereka akhirnya terpaksa dibiarkan. ''Lagipula kalau sudah diusir, seringkali mereka kembali lagi,'' kata Aliudin.
Fenomena umum
Fenomena ini hampir terjadi di semua wilayah di Jakarta. Tidak hanya di masjid-masjid, di perempatan-perempatan jalan juga banyak ditemui para pengemis yang menunggu pemberian makanan ataupun uang dari para pengguna jalan.
Ditanya pendapatnya mengenai hal ini, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Ma'ruf Amin, mengatakan, perilaku mengemis dilarang jika dengan tujuan memanfaatkan momen Ramadlan. ''Jika mereka adalah orang-orang yang memanfaatkan momen untuk mengeruk keuntungan, perbuatan mereka itu dilarang agama. Begitu juga, jika mengemis di tempat-tempat yang mengganggu lingkungan, seperti di perempatan-perempatan jalan atau jembatan penyeberangan,'' katanya.
Ia mengimbau bahwa penertiban terhadap pengemis harus dilakukan untuk menjaga ketertiban. Akan tetapi, MUI tidak mengharamkan mengemis seperti yang diberitakan selama ini. ''Harus dilihat konteksnya. Sebuah hadis melarang untuk meminta-minta kecuali jika dalam keadaan sangat terpaksa. Yang bersangkutan membutuhkannya untuk menafkahi keluarga dan dalam kondisi tidak memiliki pekerjaan atau memiliki utang,'' katanya. ''Oleh karena itu, perbuatan meminta-minta harus dikaji secara mendalam bagaimana latar belakang sosial ekonominya,'' imbuh KH Ma'ruf.
Peran negara
Sementara itu, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nasir, memandang fenomena membeludaknya pengemis di bulan Ramadlan adalah cermin buruknya mental orang-orang miskin. ''Oleh karena itu, lembaga-lembaga negara serta lembaga-lembaga keagamaan wajib merasa terpanggil untuk menciptakan spirit bagi orang-orang ini,'' katanya.
Yang pertama yang harus diciptakan, kata dia, adalah etos kerja. ''Karena hasil dari bekerja, bagaimanapun, lebih mulia daripada hasil dari meminta-minta,'' katanya. Kedua, adalah etos untuk tidak memanfaatkan aji mumpung. Hal ini tidak hanya berlaku bagi para pengemis, namun juga semua orang. ''Misalnya, dalam bulan Ramadlan, dari yang tadinya tidak mengemis sekarang malah menjadi mengemis. Ini harus dihindari,'' katanya.
Namun, ia juga tidak sepakat terhadap pernyataan bahwa mengemis sebagai perbuatan yang diharamkan. ''Sebaiknya jangan meletakkan masalah mengemis ini sebagai masalah teologis semata, namun juga sebagai masalah kebijakan negara. Sehingga, terdapat penyelesaian masalah secara komprehensif,'' katanya.
Negara, kata Haedar, seperti tertera dalam UUD 1945 memiliki peran untuk memelihara fakir miskin dan anak-anak telantar. ''Dalam masa sekarang ini, hak-hak orang miskin seperti terenggut oleh orang-orang yang berkecukupan. Oleh karena itu, menjadi tugas negara dan para pejabat publik untuk memecahkan masalah ini melalui kebijakan negara,'' katanya.
Bulan Ramadlan, kata Haedar, harus dijadikan oleh setiap Muslim sebagai bulan muhasabah, bulan introspeksi diri. ''Kita harus mengadaptasikan nilai-nilai puasa kita dalam menghadapi persoalan kemanusiaan, seperti fenomena pengemis ini,'' katanya menandaskan. (PurWD/rpb)
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com
Di Akhir Desember Harus Semakin Khawatir Bencana, Kenapa?Kamis, 26 Dec 2024 12:03 |
|
Feminisme dan Delusi Kesetaraan GenderRabu, 25 Dec 2024 20:55 |