“Tugas dai adalah mengarahkan agar kehidupan ini sesuai dengan kehendak Allah Subhanahu Wata’ala. Setiap Muslim itu menjadi da’i. Demikian pula pekerja media,” ujar Shohibul Anwar saat bersilaturrahim dengan kru Kelompok Media Hidayatullah (KMH) di kantor PT Lentera Jaya Abadi, Polonia, Jakarta Timur, Selasa (12/2/2013) siang.
Pada kesempatan itu, Shohibul menyerukan para pegiat media agar berdakwah dengan efektif, baik melalui ceramah maupun tulisan.
Menurutnya, seorang pendakwah harus memberi keteladanan dalam kehidupan sehari-hari. Keteladanan ini dinilai sangat efektif karena menjadi cerminan bagi umat atau pembaca.
“Sebenarnya sama dengan media. Mungkin ketika kita menulis, pembaca tidak tahu penulisnya itu siapa,” ujarnya lagi.
"Di sinilah sesungguhnya kita di media ini tanggung jawabnya lebih berat karena kontrolnya (dari pembaca berita) tidak langsung," lanjutnya.
Berkarya dan Memperbaiki Diri
Shohibul menghimbau, keseharian para wartawan, khususnya yang beragama Islam sebisa mungkin sesuai dengan pesan-pesan kebaikan yang ditulis lewat medianya. Dia menjelaskan, dalam Surat Al-Quran Surat As-Shaf ayat 3 Allah Subhanahu Wata’ala menyatakan kebencian-Nya terhadap orang beriman yang mengatakan sesuatu yang tidak dikerjakannya.
“Walaupun orang tidak melihat kita. Orang akan merasakan apa yang kita tulis, apa yang kita sampaikan. Mungkin orang akan terpesona dengan apa yang kita tulis. Bisa jadi kalau orang itu kecewa, kecewanya akan berlebihan,” terangnya.
Meski demikian, ia meminta para wartawan tidak berdiam diri jika keseharian mereka masih belum mencerminkan layaknya seorang Muslim yang ideal.
“Kalau kita tidak nulis (kebaikan), kita terkena ayat (al-Qur’an tentang larangan) menyembunyikan kebenaran,” pesan Alumnus Pascasarjana IAIN Surabaya ini.
Pilihannya, lanjut dia, pegiat media harus tetap berdakwah lewat karya-karyanya sembari memperbaiki diri.
"Tidak ada pilihan lain," tegasnya.
Wartawan Muslim sama halnya dengan seorang dai. Jika kebenaran yang disampaikan telah diniatkan untuk diamalkan, maka pendakwah tersebut lepas dari ancaman Allah, jelasnya.
“Kita harus hati-hati di sini, apalagi kalau kita membawa nama agama Islam itu. Kalau kita sudah mengurus umat, tidak boleh main-main,” pesannya lagi.
“Saya yakin kalau spirit kita bagus, nulis itu ada rasanya. Bagi kita, ini penting sekali untuk menjaga ruhiyah kita,” tandas Ketua Departemen Dakwah PP Hidayatullah ini.*
Rep: Muh. Abdus Syakur