Hidayatullah.com--Sadar atau tidak, perekonomian bangsa Indonesia hingga saat ini masih dalam cengkraman Zionis. Hal tersebut terlihat dari tingkat kesejahteraan yang masih menjadi impian semata bagi sebagian besar rakyat Indoensia. Meski dianugrahi sumber daya alam melimpah, namun justru dinikmati bangsa lain.
Demikian pendapat Ketua ICMI Orwil Jabar, Prof. Dr H. Burhan Arief yang disampaikan dalam diskusi ”Yahudi: Perkembangan dan Model Ekonomi” di Aula Al Ma’soem, Bandung, Sabtu (25/6/2011).
Burhan menambahkan, indikasi tersebut juga terlihat dari semakin besarnya ketergantungan bantuan terhadap asing dan sistem ekonomi yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat Indonesia yang mayoritas muslim. Hal itu juga diperkuat dengan adanya komunitas Yahudi di Indonesia dari berbagai kalangan hingga oknum birokrasi, sehingga “jalur” tersebut semakin memuluskan usaha Zionis di Indonesia, termasuk menguasai ekonomi.
Burhan lantas menceritakan pengalamannya yang pernah berdialog dengan seorang Dirjen yang terang-terangan mengaku keturunan Yahudi. Bahkan tanpa ada rasa bersalah, sang Dirjen terus terang mendukung Yahudi-Israel) yang saat itu tengah menggempur Palestina.
“Atau yang nyata saja, kita bisa lihat betapa banyak yayasan sosial yang didanai atau berafiliasi dengan Zionis yang beroperasi di Indonesia,” terang Burhan, sambil menyebut beberapa yayasan tersebut.
Untuk itu dirinya memberi solusi bahwa jalan keluarnya kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah serta persatuan umat Islam. Karena Zionis rasanya sulit dikalahkan jika hanya mengandalkan akal, termasuk kemajuan teknologi.
Sementara itu di tempat sama, sejarawan Prof. Mansur Suryanegara pun mengamini pendapat Burhan. Menurut Mansur, kelompok Yahudi lebih dulu eksis jauh sebelum Indonesia merdeka. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pergerakan yang ada saat itu, yang jelas nyata berkiblat pada Yahudi. “Bahkan hingga penyusunan UUD 1945 dan penetapan dasar negara (Pancasila) tidak lepas dari campur tangan lobi Yahudi di Indonesia,” ungkap Mansur sambil menyebut beberapa tokoh kemerdekaan.
Sementara dari segi ekonomi, Mansur memberi contoh, sistem kapitalis dan liberal yang dianut hingga saat ini menunjukan Indonesia masih di bawah kepentingan asing (yahudi). Sehingga semboyan keadilan dan kesejahteraan hanya menjadi slogan penguasa saja.
Senada dengan Burhan, Mansur pun menyarankan agar umat Islam menggalakan koperasi syariah (baitulmaal wa tamwil) sebagai sentra kegiatan ekonomi umat, sehingga cara ini diharapkan mampu menghidupkan ekonomi umat dengan terbebas dari sistem riba.
“Jangan belanja di mal-mal itu, karena itu sama dengan menyumbang dana buat mereka (Zionis) dan mematikan toko atau warung tetangga kita,” ajaknya. Yang menarik dalam diskusi tersebut juga ditunjukan beberapa buku tentang gerakan Zionis di Indonesia, termasuk buku, ”SBY Antek Yahudi Amerika?” karangan Eggi Sudjana. Rencananya buku tersebut akan dibedah pekan depan dengan mendatangkan penulisnya.*
Rep: Ngadiman Djojonegoro