Hidayatullah.com-Kelompok atheis di Amerika mendesak masyarakat yang ingin menyumbangkan dana bantuan buat Jepang agar menyumbangkan dana mereka kepada yayasan sekuler daripada yayasan yang berlogokan ‘agama’. Hal ini dikemukan presiden dari American Atheist, David Silverman, sebagaimana dikutip Christian Post.
David meyakini jika kelompok tersebut seperti The Salvation Army dan kelompok Katolik lainnya, menggunakan sebagian dari uang yang didonasikan itu untuk menyebarkan Alkitab.
Menanggapi hal ini, Jennifer Byrd, juru bicara The Salvation Army mengatakan bahwa kelompok mereka adalah organisasi pertama yang langsung membantu, organisasi yang ada ketika tsunami datang. Dan sejak musibah itu, mereka sudah membagikan 1.000 makanan dan minuman hangat. Malam musibah itu terjadi, The Salvation Army menyediakan makanan, minuman, dan tempat perlindungan ketika masyarakat Jepang tidak ada tempat tinggal.
Sejauh ini, yayasan tersebut sudah menerima $2.1 juta untuk menolong penduduk Jepang. Uang itu, menurut Byrd, akan digunakan untuk menyediakan makanan hangat terus menerus, tempat perlindungan, dan juga berbagai bahan pokok lain seperti selimut dan diapers bagi anak-anak yang terimbas bencana ini. Ketika ditanya, kekristenan membagikan apa buat mereka, Byrd menjawab para pekerja mendoakan mereka dan berdoa bersama mereka yang memintanya, bukan dipaksakan begitu saja.
Dia juga tidak memperhatikan ada pembagian distribusi Alkitab di Jepang. Di Amerika, The Salvation Army mengaku tidak membagikan Alkitab ketika sedang melaksanakan gerakan sosial. The Salvation Army mempunyai 1.000 staf yang melayani tunawisma dan yang terluka, mereka punya dua rumah sakit dan 80 pusat penyediaan rumah dan rehabilitasi untuk pria, wanita dan lansia di Jepang.
Kasus Aceh
Kekhawatiran kaum Atheis Amerika mirip yang pernah terjadi di Aceh. Pasca bencana tsunami Aceh 26 Desember 2004, menjadi momentum besar bagi kalangan Kristen untuk masuk dengan bendera bantuan kemanusiaan. Sebagaian murni membawa bantuan, sebagian justru terang-terangan menyebarkan misi.
Sebuah organisasi kemanusiaan dari kelompok Kristen Evangelis di Philadelphia, misalnya, melepas tim relawan dan armada kemanusiaan untuk dikirim ke zona krisis di Asia Tenggara.
Kelompok religius asal Amerika ini melaporkan telah menerjunkan 55 agen anggotanya yang berangkat ke lokasi korban tsunami. Mereka terdiri dari tim kemanusiaan Palang Merah, the American Jewish World Service, dan Lutheran World Relief. Meski mengirim relawan, mereka mengaku, bantuan itu tidak mengaitkan misi atau mengajak masuk agama tertentu.
Tetapi sebagaian lainnya, bahkan justru terang-terangan membantu sambil mengajak memeluk agamanya. Beberapa kelompok itu adalah kelompok evangelis seperti Southern Baptists International, Gospel for Asia, (GFA) dan the Christian and Missionary Alliance.
"Bencana ini salah satu kesempatan terbesar Tuhan yang diberikan pada kami untuk berbagi cinta Nya dengan orang-orang," ujar Presiden Gospel for Asia K.P. Yohannan dalam Philadelphia Inquirer kala itu.
Koordinator Southern Baptist, Pat Julian juga mengatakan, tsunami telah menyediakan kesempatan fenomenal bagi para penginjil untuk menyebarkan misi.
Sementara itu, kabar terbaru, bantuan organisasi Kristen, yang dipimpin oleh Franklin Graham, menyewa sebuah pesawat Boeing 747 yang berangkat yang berangkat dari North Carolina pada hari Jumat ini. Pesawat membawa paket bantuan yang meliputi terpal plastik untuk tempat tinggal, selimut dan perlengkapan kebersihan.
"Saat kami masuk ke Jepang, kami masuk ‘atas nama Yesus Name’," kata Graham, sebagamana dikutip Samaritan's Purse. "Doa saya adalah bahwa persediaan ini akan mewujudkan suatu keringanan bagi jumlah penderitaan yang luar biasa."
"Saya ingin orang-orang Jepang untuk mengetahui bahwa Tuhan (Yesus) tidak melupakan mereka, bahwa Tuhan tak peduli untuk mereka dan bahwa ia mencintai mereka," kata anak dari penginjil Billy Graham ini pada siaran CNN hari Jumat.
Mayoritas penduduk Jepang adalah Buddhis atau Shinto, hanya 1,5 persen dari total penduduk nasional mereka yang Kristen. *