Selasa, 25 Sya'ban 1446 H / 7 September 2010 15:47 wib
1.534 views
12 Persen Yahudi-Amerika berusia Lanjut adalah Ortodoks
Brandeis Studi memperdebatkan persepsi jika AS kecewa terhadap Israel. Studi juga menemukan semakin ‘pecahnya” hubungan AS-Israel
Hidayatullah.com--Pengarang sebuah buku baru mengenai Yahudi-Amerika berpendapat jika komunitas ini lebih lekat pada Israel daripada pendapat yang dipaparkan para pakar. Berdasarkan survey yang diadakan akibat tragedy flotilla, studi ini menemukan “keseluruhan stabilitas dalam hubungan dekatnya Yahudi-Amerika pada Israel lebih dari seperempat abad.” Bahkan beberapa sosiologis Yahudi membalas jika penelitian ini jelas-jelas menunjukkan kekecewaan kaum muda Yahudi-Amerika atas Negara Yahudi.
Menurut studi baru, 63 persen responden merasa “sangat” atau “banyak” terhubung dengan Israel. Tiga perempat dari mereka mengatakan peduli akan Israel “sebagai bagian dari identitas Yahudi mereka”. Responden di bawah usia 45 tahun “merasa sedikit terhubung dengan Israel,” mereka “menganggap Israel penting sebagai identitas Yahudi mereka.”
Pengarang buku ini berpendapat Yahudi muda “sedikit banyak ikut dalam survey terbaru, tetapi tidak secara konsisten”. menurut buku yang berjudul "Still Connected: American Jewish Attitudes about Israel" – yang diluncurkan minggu lalu Oleh Cohen Center milik Brandeis University untuk Studi Yahudi Modern.
Si pengarang buku Theodore Sasson, Benjamin Phillips, Charles Kadushin dan Leonard Saxe – menjelaskan ketika pendekatan terhadap Israel sangat rendah diantara kelompok usia muda, hal ini dapat dihubungakan dengan satu dari dua fenomena. “Beberapa peneliti,” mereka menulis, “menghubungkan dengan kecendrungan akan meningkatnya jarak waktu sementara akan kesuksesan dari Holocaust, penemuan Negara, dan Perang Enam hari.
“Bagaimanapun, para peneliti berpendapat “penjelasan alternatif yang memandang pendekatan sebagai peningkatan kehidupan.”
Para peneliti kemudian menyarankan “kebutuhan akan pertimbangan ulang mengenai cerita popular akan menurunnya kedekatan Yahudi Amerika dengan Israel.
”Sementara situasi memunculkan "volatile," prediksi akan pecahnya hubungan Yahudi Amerika dan Israel” tidak ditemukan berdasarkan opini terbaru dari Yahudi Amerika,” hasil kesimpulan mereka. Mereka juga mensurvei secara tajam sebuah essay oleh Peter Beinart dalam New York Review of Books yang memicu perdebatan terbaru mengenai semakin meningkatnya perpecahan yang dirasakan antara Yahudi Amerika dan Israel.
Beinart yang menyatakan jika anak-anak sekuler Zionis tidak lama mendukung Israel dalam dekade pertama mengikuti kedekatan orangtua mereka pada Negara.
“Malah”, ia menulis, “mereka lebih menyadari akan tingkatan tindakan kejam liberal Israel daripada yang disadari orangtua mereka, dan sedikit berharap untuk memberi Israel pembebasan karena perjuangan mereka terlihat berbahaya.”
Beinart bercerita pada Anglo File minggu ini jika ketika masih ada Yahudi Amerika yang dekat dengan Israel, dia meyakini jika hal ini berlaku pada Yahudi Non Ortodoks, yang selalu menurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya..
Pengarang buku mengatakan “percaya jika anak muda akan lebih dekat ketika ia mulai tua. Saya rasa ini adalah kesimpulan yang meragukan. Walaupun studi menunjukkan jika orang Yahudi antara usia 30 dan 40 kurang dekat dengan Israel dibandingkan ketika di usia 18 dan 29, yang menyarankan jika orang-orang yang menuju usia menengah tidak lebih terhubung dengan Israel.”
Beinart menekankan essay-nya fokus akan Yahudi Non-Ortodoks. “Lebih banyak generasi muda Yahudi Ortodoks daripada generasi tuanya- 12 persen dari Yahudi Amerika berusia lebih dari 60 adalah Ortodoks, tetapi 34 persen antara 18-24 tahun adalah [Ortodoks].”
Studi Brandeis ini tidak memilah hasil temuannya ke dalam kategori afliasi keagamaan, ia megatakan, menambak kelompok yang tertutup pada kelompok yahudi muda Non-Ortodoks akan menunjukkan kerenggangan dalam kelompok dalam kapasitas kedekatan dengan Israel dalam lingkup lebih besar.
Steven M. Cohen, seorang sosiologis ternama dari kelompok Yahudi Amerika yang tinggal di Amerika dan Israel, juga mengatakan jika “Yahudi liberal dan Yahudi muda lebih terasingkan dalam mendukung Israel.” Pengarang dari studi Brandeis mengatakan “benar untuk rata-ratanya, tapi tidak benar untuk jumlah perkembangan yang tidak dekat,” ia mengatakan pada Anglo File.
“Sangat memungkinkan jika kita melihat, seperti apa yang saya sarankan beberapa tahun lalu, dongeng mengenai dua Yahudi, di mana salah satu bagian Yahudi- kemudian menikah- menjadi lebih Yahudi dan bagian lainnya menjadi kurang Yahudi, oleh karena itu rata-ratanya sama tetapi jumlah yang terpisah meningkat.”
Chaim Waxman, yang mengajar sosiologi di Rutgers sebelum pindah ke Yerusalem, mengatakan jika deskripsi Beinart adalah akurat, tetapi ia tidak setuju dengan analisinya.
“Saya rasa benar terdapat jarak tetapi tidak terbatas jarak dengan Israel, dan saya tidak merasa jarak ini merupakan hasil akibat darimiliter dan kebijakan Israel, seperti yang Beinart katakan ”Waxman mengatakan pada Anglo File. “Jarak ini berasal dari kelompok Yahudi dan kelompok yahudi kolektif secara umum, dan ini tidak terbatas hanya pada Israel.”
Contoh dari jarak dapat dilihat di beberapa area lain yang tidak berhubungan dengan negara Yahudi, seperti rasa tanggung jawab yang lebih rendah terhadap semua Yahudi di seluruh bagian dunia dan kemunduran filantropi Yahudi Amerika, Waxman mengatakan “Jika terdapat kemunduran pendekatan terhadap Israel secara empirik adalah benar.” [Raphael Ahren/hrz/cam/hidayatullah.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!