Selasa, 16 Jumadil Awwal 1446 H / 13 April 2010 11:34 wib
2.733 views
Waka BIN Jadi Wakil Ketua Umum PBNU
Pengamat menilai, masuknya orang BIN sebagai Wakil Ketua Umum PBNU sangat rawan bagi organisasi tersebut
Hidayatullah.com--Sidang komisi organisasasi Muktamar ke-32 akhirnya menyepakati kepengurusan PBNU periode 2010–2015. Beberapa nama baru masuk dalam jajaran Ketua Tanfidziyah, antara lain Hasyim Wahid (Gus Im), Maidir Harun, Prof Maksum Mahfud, Hanif Saha Ghofur, Imam Azis, Hilmi Muhammadiyah, Arvin Hakim, Marsudi Syuhud, dan Kacung Marijan. Hanya Abbas Mu’in, ketua lama yang masih menjabat pada periode ini.
Sementara dua calon Ketua Umum PBNU dalam Muktamar di Makassar lalu KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) dan H Ahmad Bagja berada di jajaran a’wan PBNU. Calon lainnya KH Masdar Farid Mas’udi berada di jajaran rais syuriyah.
Untuk Sekjen PBNU periode kali ini dipercayakan pada H Iqbal Sulam, didampingi beberapa wakil yakni Enceng Shobirin, Hilmy Ali Yafie, Abdul Mun'im DZ, Aji Hermawan, Affandi Muchtar, Syahrizal Syarif, dan Hamid Bula.
Di jajaran bendahara ada Bina Suhendra sebagai bendahara umum didampingi beberapa bendahara lainnya Zainal Abidin, Mustolihin Majid, Raja Sapta Ervian, dan Hamid Wahid Zaini.
BIN
Yang menarik, dalam susunan kepengurusan baru PBNU periode 2010–2015 ini , muncul nama Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (Waka BIN) As’ad Said Ali sebagai Wakil Ketua Umum (Waketum) PBNU. Wakil Ketua Umum lain yang mendampingi KH Said Aqil Siradj adalah Slamet Effendi Yusuf. Demikian hasil rapat tim formatur yang diadakan di kediaman Rais Am KH Sahal Mahfud, Pondok Pesantren Maslakul Huda, Kajen Pati, Senin (12/4).
Pengamat politik NU, Imdadun Rahmat dikutip Koran Sindo menilai, masuknya As’ad Said sebagai Wakil Ketua Umum PBNU sangat rawan bagi PBNU.
Sebab, menurut dia, bukan tidak mungkin, dengan jabatannya sebagai Wakil Kepala BIN,As’ad akan dapat melakukan intervensi terhadap PBNU ke depannya.
”Apa pun itu, As’ad Said Ali adalah Wakil Kepala BIN yang juga representasi pemerintah. Jadi, idealnya,Pak As’ad harus mundur dari Waka BIN jika ingin aktif di NU,” kata Imdad.
Menurut Imdan, jika nantinya As’ad memilih aktif di NU, mau tidak mau harus lebih mementingkan urusan NU ketimbang menjadi kepanjangan tangan pemerintah untuk melakukan intervensi.
”Ini memang serba susah. Yang kita kenal Pak As’ad itu dibesarkan dari keluarga pesantren. Jadi ke-NU-annya tidak perlu diragukan lagi.
Tapi, juga tidak dibenarkan jika nantinya Pak As’ad lebih mengutamakan kepentingan pemerintah,” ujarnya. Mantan tim sukses yang juga salah satu orang kepercayaan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Sulthan Fatoni, mengatakan, penunjukan As’ad Said Ali sebagai Wakil Ketua Umum PBNU diharapkan bisa memperkuat politik kebangsaaan di NU, yakni dengan menitikberatkan membuka jaringan ekonomi dan pendidikan NU, khususnya di pondok pesantren. Selain itu, memperkuat jaringan internasional yang selama ini dinilai sudah membaik.
”Pak As’ad dinilai memiliki kemampuan untuk itu, yaitu bisa memperkuat politik kebangsaan dan jaringan internasional,” kata Sulthan.
As’ad Said kelahiran Kudus, Jawa Tengah, 19 Desember 1949, pernah 'nyantri' di Pondok Pesantren (Ponpes) Krapyak asuhan KH Ali Ma`shum. Mengabdi di dunia intelijen selama 35 tahun.
Selain pernah bertugas secara singkat di berbagai negara di Eropa, Amerika, Afrika, dan Asia, juga pernah bertugas di berbagai negara Timur Tengah. Bahkan dikenal intel yang fasih berbahasa Arab dan sempat bertemu dengan keluarga bin Laden di Timur Tengah. Sejak tahun 2001, ia dipercaya sebagai Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Bahkan termasuk sipil pertama yang pernah menjadi Wakil Kepala BIN. [sind/nu/sk/www.hidayatullah.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!