Senin, 4 Jumadil Awwal 1446 H / 15 Maret 2010 11:17 wib
3.637 views
Noam Chomsky: Iran Gila Jika Tidak Kembangkan Nuklir
Wajar Iran mengembangkan penangkis nuklir, karena negara itu kerap mendapat ancaman dari AS dan Israel yang memiliki senjata nuklir
Hidayatullah.com--Noam Chomsky mengkritik sikap munafik Amerika Serikat dalam masalah nuklir. Bahkan seorang yang paling konservatif pun bisa setuju dengan pendapat Chomsky, paling tidak dalam satu hal, yaitu tidak ada seorang pun dalam pikirannya yang benar, ingin agar Iran mengembangkan senjata nuklir. Namun menurut Chomsky, proliferasi nuklir membutuhkan tindakan timbal-balik dan bukannya kecaman internasional.
Reputasi Chomsky sebagai seorang penulis buku yang mumpuni dalam masalah linguistik, filsafat, sains kognitif, ilmu politik dan media, mungkin akan dipandang sebagaian orang berangkat dari argumen teoritis yang hanya bisa dipahami oleh segelintir orang saja. Namun dalam masalah hubungan internasional ia mengambil cara berpikir pragmatis. Kesimpulannya adalah, pengembangan senjata nuklir Iran untuk keamanan negaranya tidak perlu ditakutkan, karena Iran mendapatkan ancaman secara sistematis dari Amerika Serikat dan Israel.
Berbicara di Harvard's Memorial Church Sabtu 6/3, Chomsky mengkritik kebijakan luar negeri 91 Obama dan menjelaskan alasan historis mengapa Iran memandang perlu untuk mengembangkan senjata nuklir.
"Jika mereka tidak mengembangkan senjata penangkis nuklir, mereka gila," kata Chomsky seperti dikutip The Harvard Law Record (12/3).
Hal yang menjadi masalah sebenarnya menurut Chomsky adalah sikap menyimpang dan munafik dari AS, yang terus menerus mengancam Iran dengan sanksi militer jika tidak sejalan dengan kehendak PBB.
"Sikap bermusuhan Amerika Serikat dan kliennya, Israel, adalah alasan utama keputusan Iran apakah akan mengembangkan senjata penangkis nuklir atau tidak."
Dalam pandangan Chomsky, Resolusi DK PBB 1887 yang sangat didukung AS, menyerukan kepada seluruh bangsa agar berpartisipasi secara damai dalam gerakan internasional nonproliferasi nuklir. Resolusi itu mendukung negara-negara di dunia mengembangkan teknologi nuklir untuk kepentingan rakyat, dengan menekankan perlunya memberikan akses pemeriksaan kepada IAEA.
Menurutnya, pencantuman kata aksi damai dalam resolusi PBB itu, terutama ditujukan kepada Amerika Serikat dan ancamannya yang tersembunyi yaitu, "Kita harus menjaga semua pilihan terbuka."
Bahkan meskipun kapal selam nuklir dengan rudal-rudal AS ditempatkan dalam jarak yang bisa menjangkau Iran, Chomsky tidak melihat adanya kemungkinan Iran akan menggunakan senjata nuklir di masa datang untuk tujuang ofensif.
Namun ia mengingatkan, "Ancaman-ancaman yang ada, mempengaruhi Iran untuk mengembangkan penangkis nuklir."
Meningkatnya ketengangan antara AS dan Iran menurut Chomsky tidak masuk akal. Mengingat Iran memiliki hak untuk mengembangkan teknologi nuklir untuk kepentingan sipil (karena Iran ikut menandatangani kesepakatan nonproliferasi nuklir).
Ia melihat adanya 'Kekaisara Amerika' dalam kecaman pemerintah atas Iran yang dianggap tidak mengikuti permintan masyarakat internasional. Karena menurut Chomsky, istilah 'masyarakat internasional' yang digunakan dalam retorika semacam itu maksudnya adalah tidak lebih dari pendapat Washington dan sekutunya.
Coba lihat sejarah posisi munafik AS dalam hubungannya dengan tiga negara yang tidak ikut menandatangai kesepakatan nonproliferasi nuklir, yaitu Israel, India dan Pakistan. Ketiga negara itu, kata Chomsky, semuanya mendapatkan teknologi nuklir dari AS, sementara mereka melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Tapi sayangnya, kebanyakan rakyat AS tidak mengetahui hal ini karena bias pro-pemerintah yang dilakukan media massa.
Intinya, ia yakin Obama meneruskan kebijakan perang Bush. Dan untungnya, kata Chomsky, kita hidup pada masa di mana gerakan anti-perang lebih kuat dibanding tahun 1960an. [di/hvlr/www.hidayatullah.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!