Senin, 4 Jumadil Awwal 1446 H / 1 Maret 2010 06:09 wib
3.258 views
Krisis Air Ancam Kehidupan Rakyat Gaza
Hidayatullah.com-- Hasan Abu ‘Athiyyah, asisten pembantu pada Kementerian Pertanian, yang juga penanggung jawab Urusan Sumber Daya Alam, menegaskan bahwa hujan yang turun tahun ini tidak memberikan lebih dari 48% saja dari kebutuhan air setiap tahunnya.
Abu ‘Athiyyah, dalam sebuah wawancara dengan koresponden Alaqsa Voice, menekankan ancaman serius akibat terus-menerusnya penjajahan Zionis, terhadap sediaan air tanah di Gaza, yang semakin hari semakin bertambah kadar garamnya, sehingga sangat merugikan sektor pertanian.
Abu ‘Athiyyah mengatakan bahwa tembok baja Mesir yang masih saja diteruskan pembangunannya oleh pemerintah Mesir di perbatasan negara itu dengan Jalur Gaza, sangat mengancam tanah Jalur Gaza di wilayah sepanjang tembok baja tersebut, karena dibangunnya tembok itu menambah kadar garam pada tanah dan sediaan air tanahnya.
Berikut petikan wawancara antara Abu ‘Atiyyah dan Alaqsa Voice.
Bagaimana kekurangan air sangat berpengaruh pada sektor pertanian di Gaza dan seluruh aspek kehidupan keseharian rakyat Gaza?
Rakyat Palestina di Jalur Gaza terancam petaka besar. Penduduk wilayah itu sangat tergantung pada sediaan air tanah, dan membutuhkan setidaknya 160 juta meter kubik air setiap tahunnya, yang separuhnya, 80 juta meter kubik, adalah untuk keperluan pertanian, sedang selebihnya untuk konsumsi masyarakat sehari-hari.
50-60 meter kubik berasal dari curah hujan, yang kemudian diserap tanah, untuk kemudian menjadi sediaan sumber air tanah di bagian timur Jalur Gaza dan irigasi. Namun, itu tidak dapat memenuhi kebutuhan air untuk pemakaian rumah tangga sehari-hari.
Tencatat curah hujan dalam beberapa tahun terakhir ini sangat kurang dari apa yang dibutuhkan. Pada tahun 2008 dan 2009, curah hujan yang turun hanya 83,5 % dari biasanya. Hal ini terlihat dari sediaan air tanah yang hanya 26% dari biasanya. Sementara tahun ini, curah hujan hanya 48% dari angka curah hujan pertahun.
Masalahnya adalah, hal itu berdampak pada menurunnya kualitas air dan bertambahnya kadar garamnya. Sekarang ini, hanya 5-10 % saja air yang tawar, selebihnya asin. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan mengganggu sektor pertanian.
Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan bertambahnya kadar garam?
Meningkatnya aktivitas pemompaan air sumur, yang tidak lagi seimbang dengan banyaknya air hujan yang diserap tanah; adanya blokade air pada wilayah-wilayah perbatasan, di mana musuh (Zionis-pen) menggali sumur-sumur di perbatasan timur dan utara Gaza, guna menghalangi terserapnya air bagi sediaan air tanah di Gaza; perampasan dan larangan penggunaan sumber mata air, seperti mata air Wadi Gaza, yang mengandung 20-30 meter kubik air yang berasal dari Jalur Hijau, penjajah Israel yang mau membukanya bagi rakyat Palestina.
Sebab lainnya adalah masuknya air laut ke kantong-kantong sediaan air tanah. Sejumlah sumur bahkan kadar garam airnya mencapai angka yang sangat tinggi, karena masuknya air laut, termasuk masuknya air asin dari wilayah Mesir ke kantong-kantong sediaan air tanah di Gaza, melalui kota Rafah.
Terjadi peningkatan konsentrasi nitrat dalam sumur-sumur air minum sampai 90%, angka yang melebihi batas standar internasional yang ditetapkan WHO. (av/www.sahabatalaqsha.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!