Jum'at, 4 Jumadil Awwal 1446 H / 12 Februari 2010 13:30 wib
6.292 views
Pengalaman Gadis Muslim AS Berhijab
Hidayatullah.com--Sara Uddin tersenyum sambil memperbaiki hijab hitamnya setelah menunaikan shalat Jumat bersama sejumlah Muslim laki-laki dan perempuan.
Keluar dari ruangan, ia telah bersiap diri menghadapi aneka pertanyaan, tatapan, bahkan anggapan negatif tenang sehelai kain yang menutupi kepalanya.
"Saya ingin mengalahkan semua stereotipe dengan hijab ini, dan cara satu-satunya adalah dengan membicarakannya," ujar Sara kepada IslamOnline.
Sara, gadis berusia 22 tahun, telah mengenakan hijab selama hampir 4 tahun.
"Pertama kali saya mengenakannya ketika duduk di SMA di San Diego, California. Rasanya menyenangkan. Tempat itu sangat beragam dan orang-orang menampakkan budaya dan kepercayaan yang berbeda-beda," katanya mengenang.
"Namun ketika saya kembali ke Washington, saya mendapati sejumlah tatapan (sinis) dari komunitas non-Muslim. Saya paham, mungkin situasinya berbeda."
Sara mengatakan, meskipun ia tidak menerima serangan nyata karena jilbabnya, namun pandangan negatif sering diterimanya.
"Menurut saya bagus jika saya dikomentari, karena itu berarti kesempatan untuk menunjukkan siapa saya, dan mengapa saya melakukannya (berhijab)."
Dalam Islam hijab adalah sebuah kewajiban, bukan sebuah simbol relijius yang menandakan afiliasi seseorang terhadap suatu aliran.
"Saya orang Amerika, saya dilahirkan di sini dan memiliki teman-teman di sini," kata gadis yang bekerja di bank itu penuh percaya diri.
"Dan saya adalah seorang Muslim. Ini (hijab) adalah bagian dari aturan Islam, dan saya berpegang teguh padanya."
Meskipun tidak ada data resmi, diperkirakan ada 7-8 juta Muslim yang menetap di Amerika Serikat.
Bagi Amina Saleh, 24 tahun, hijab tidak pernah menjadi halangan untuk meraih cita-citanya.
"Sekarang saya bekerja di bidang kesehatan masyarakat, dan saya berjumpa dengan banyak orang setiap harinya. Saya tidak pernah merasa hijab menjadikan saya kurang kompeten di mata mereka."
Amina, yang bermukim di Maryland dengan orangtua dan kedua saudara perempuannya, belum mengenakan hijab ketika pertama kali menjejakkan kakinya di Amerika 13 tahun lalu bersama keluarga.
Ketika usianya memasuki 20 tahun, Amina merasa perlakuan orang terhadapnya tidak banyak berubah.
Berbeda dengan Amina, Jasmin Ullah, meyakini ada banyak stereotipe dalam masyarakat AS terhadap hijab. Dan kadang sulit untuk menghadapinya.
"Ketika Anda memasuki sebuah ruangan, mereka tidak berharap Anda langsung berbicara secara terbuka," kata Jamin yang masih berusia 16 tahun.
"Di dalam pikiran mereka berkata, “tak mungkin ia benar-benar menginginkannya (mengenakan hijab). Mereka pasti berpikir, Anda perempuan penurut yang hanya bisa manut saja, yang tidak memiliki kebebasan untuk berbicara."
Jasmin yang mengenakan hijab sejak usia 11 tahun, yakin ada banyak rintangan--tapi bukan halangan-- bagi perempuan Muslim yang berhijab di Amerika.
"Pasca 9/11 Amerika semakin penuh prasangka daripada sebelumnya," ujar gadis dari Herndon, Virginia Utara itu.
Sara setuju dengan pendapat itu. Adakalanya hijab menjadi penuh tantangan bagi gadis dan wanita Muslim dalam masyarakat mereka.
"Menurut saya, itu menjadi alasan lain mengapa kita harus membicarakan hijab secara terbuka," katanya kukuh.
"Bahkan jika banyak rintangan, saya tetap berpegang teguh," tegasnya.
Jasmin, gadis keturunan Banglades, mengatakan bahwa gadis dan wanita Muslim harus selalu mencari cara untuk mengatasi setiap rintangan dan melakukan apa yang ingin mereka lakukan dalam hidup ini.
"Sebagai contoh saya ingin berenang, dan ternyata itu agak sulit. Namun, hijab saya tidak boleh menjadi halangan. Justru harus memacu saya untuk mencari jalan kreatif, untuk melakukan hal yang saya sukai dengan tetap berhijab."
Jasmin meyakini, resep jitu bagi para gadis yang berhijab adalah harus menjadi dirinya sendiri.
"Jika Anda seorang aktivis politik, jangan takut untuk menyampaikan pandangan-pandangan Anda. Jika Anda seorang atlit, kejarlah prestasi itu. Jika Anda di dalam kelas, maka harus pandai."
"Allah tidak menginginkan kita menyerah atas keadaan." katanya bijak. [di/iol/wwwhiayatullah.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!