Ahad, 9 Jumadil Akhir 1447 H / 30 November 2025 20:31 wib
121 views
Tersenyum dan Berwajah Ramah di Hadapan Suami
Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah ﷺ dan para sahabatnya.
Di antara sebab terbesar untuk merebut hati seseorang adalah bersikap ramah dan bertutur kata dengan lemah lembut. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian orang shaleh: “Kebaikan itu sebenarnya sesuatu yang mudah: wajah yang ceria dan ucapan yang lembut.”
Karenanya, bagi kamu, seorang istri, biasakanlah kebaikan ini kepada suamimu—meskipun pada awalnya harus dipaksakan—hingga akhirnya menjadi akhlakmu dan kebiasanmu. Dengan begitu, engkau akan mampu memenangkan hatinya dan menumbuhkan mawaddah (kecintaan) serta rahmah (kasih sayang) di dalam dirinya terhadapmu.
Sesungguhnya salah satu tujuan terbesar dari pernikahan dalam syariat Allah Yang Maha Suci adalah agar mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang) mendominasi hubungan suami dan istri. Di atas fondasi inilah kehidupan rumah tangga seharusnya dibangun sehingga tercapai sakinah; yaitu ketentraman, ketenangan, dan kenyaman.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian pasangan dari jenis kalian sendiri, agar kalian mendapatkan ketenteraman padanya, dan Dia menjadikan di antara kalian mawaddah dan rahmah.” (QS. Ar-Rūm: 21)
Al-Hafizh Ibn Katsir rahimahullah berkata:
المودة هي : المحبة ، والرحمة هي : الرأفة ، فإن الرجل يمسك المرأة إما لمحبته لها ، أو لرحمة بها بأن يكون لها منه ولد
“Mawaddah adalah cinta, sedangkan rahmah adalah belas kasih. Seorang laki-laki mempertahankan istrinya—entah karena ia mencintainya, atau karena ia berbelas kasih kepadanya, seperti ketika istrinya memiliki anak darinya.”
Mawadah adalah rasa cinta kepada pasangan dan merindukannya. Biasanya melibatkan hubungan saling memberi dan menerima antara dua pihak. Masing-masing memberikan kebaikan kepada pasangannya dan mendapatkan kebaikan pula—ada unsur aksi dan reaksi-.
Sementara rahmah, adalah kelembutan hati yang mendorong seseorang untuk berbuat baik dan berbelas kasih kepada pihak lain; termasuk juga sikap memaafkan dan memberi kebaikan yang luas, tanpa harus mengharapkan imbal balik.
Penerapan “rahmah” ini bisa berupa pemberian dari satu pihak saja, tanpa menunggu balasan. Seperti kasih sayang seorang ayah kepada anaknya, atau suami yang memperhatikan istrinya ketika sakit atau dalam keadaan lemah.
Pada awal pernikahan, mawaddah biasanya sangat kuat. Ketika terasa melemah atau ketika pemberian timbal balik sulit dilakukan, maka rahmah hadir untuk menyempurnakannya dan menjaga hubungan tetap kokoh di masa-masa sulit.
Rahmah ini memastikan hubungan tetap bertahan meskipun mawaddah sedang tidak terasa, atau ketika saling memberi menjadi sulit. Rahmah-lah yang mendorong seorang suami mempertahankan istrinya—baik karena cinta maupun karena belas kasih. Inilah yang membuat kehidupan rumah tangga mampu berlanjut.
Dari sini, pasangan suami istri harus berusaha menghadirkan mawaddah dengan bersikap baik kepada pasangan. Cara paling mudah adalah dengan bersikap ramah, penuh senyum akrab dan lemah lembut dalam bertutur kepada pasangan.
Jika pun dalam satu situasi, kurang puas terhadap pasangan, maka hadirkan sifat rahmah untuk tetap bersikap baik dan peduli kepada pasangannya. Atau saat salah satunya memiki udzur melayani, maka sifat rahmah akan menjaga hubungan baik suami istri.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membimbing kita dengan mengarungi rumah tangga dan memberikan kepada kita sakinan sehingga kita memperoleh kebahagiaan utuh dalam rumah kita. Baiti jannati; rumahku adalah surgaku. Amiin. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!
