Pasukan keamanan Suriah menghadapi ribuan demonstran yang berbaris menuju pusat ibukota Damaskus dari pinggiran kota Douma, ujar saksi mata.
Haitham al-Maleh, seorang aktivis dan pengacara, mengatakan kepada Al Jazeera pada hari Jumat bahwa pengunjuk rasa yang berada di dekat Abasyeen Square, saat aparat jasa intelijen yang menggunakan beberapa bus, dan dengan "pistol dan tongkat" menyerang pengunjuk rasa. Al-Maleh mengatakan, banyak demonstran yang terluka dibawa dan dilarikan ke rumah sakit.
Sumber-sumber lain mengatakan pasukan keamanan menggunakan gas air mata untuk membubarkan ribuan demonstran.
"Saya melihat sebanyak 15 mukhabarat (polisi rahasia). Mereka masuk ke gang-gang sebelah utara dan mengejar pengunjuk rasa. Mereka berteriak 'Kau germo. Anda penyusup, anda menginginkan kebebasan? Kami akan memberikannya kepada anda'," ujar seorang saksi mengatakan kepada Reuters.
Di tempat lain di ibukota, kekerasan dilaporkan meledak ketika puluhan pria bersenjata berpakaian preman dikelilingi sekitar 250 demonstran berunjuk rasa di depan masjid di distrik Barzeh Salam.
Ribuan demonstran juga berdemonstrasi di kota selatan Daraa. Wartawan Al Jazeera Rula Amin mengatakan pasukan keamanan tidak terlihat di kota itu, dan para pemrotes diizinkan untuk mengadakan demonstrasi.
"Itu adegan yang sama sekali berbeda dari hari Jumat lalu ketika lebih dari 26 orang tewas dalam aksi protes dan bentrokan dengan pasukan keamanan dan pengunjuk rasa di sini. Orang-orang pergi ke jalan-jalan. Mereka keluar jalan-jalan setelah shalat Jumat ... dalam jumlah ribuan. Mereka berbaris membawa cabang zaitun mengatakan 'damai, dan kebebasan '. Beberapa menuntut jatuhnya rezim, yang lain mengatakan mereka hanya ingin reformasi, " ujar wartawan Aljazeera.
"Aksi protes itu berlangsung sehari hari setelah delegasi dari Daraa bertemu dengan Presiden Assad dalam upaya pemerintah untuk menenangkan situasi. Sekarang di Daraa, langkah-langkah ini tampaknya telah sedikit menenangkan situasi. Orang-orang mengatakan presiden berjanji kepada mereka yang sangat spesifik tentang reformasi yang akan diumumkan segera, mungkin pada awal minggu depan. "
Dibagian lainnya, aksi protes juga berlangsung di Baniyas, Latakia, Baida dan Homs, tetapi tidak ada bentrokan yang dilaporkan di kota-kota itu.
Di kota pesisir Baniyas sekitar 1.500 orang menuntut "kebebasan" setelah shalat Jumat, di tengah-tengah protes rakyat, akibat pengepungan tentara yang sangat keras.
Demonstrasi juga dilaporkan berlangsung di kota Deir ez-Zor, di sungai Efrat, dan di Qamishli di timur laut terutama Kurdi.
Beberapa demonstran menyerukan reformasi dan mengakhiri korupsi, sementara yang lain menyerukan perubahan rezim. Haytham Manna, perwakilan Komisi Arab untuk Hak Asasi Manusia, mengatakan bahwa para pengunjuk rasa memiliki tuntutan yang berbeda. "Sangat sulit untuk memiliki satu sikap setelah 48 tahun di bawah hukum darurat", ujarnya kepada Al Jazeera.
"Sebagian besar dari para demonstran berada di jalan-jalan untuk pertama kalinya dalam hidup mereka. Mereka harus membahas perbedaan-perbedaan yang ada untuk mengakhiri rezim yang sudah berkuasa selama 42 tahun itu", ujar mereka kepada Aljazeera.
Sementara itu, Hillary Clinton, menteri luar negeri AS, mendesak Suriah untuk menghentikan tindakan kekerasan yang mengakibatkan banyaknya korban dari para pengunjuk rasa dan menyerukan dibukanya kebebasan dan demokrasi bagi rakyatnya.
"Kami menyerukan kepada pihak berwenang Suriah sekali lagi untuk menahan diri dari kekerasan lebih lanjut terhadap rakyat mereka sendiri," katanya kepada wartawan di Berlin setelah pertemuan NATO. (mh/aljz)