Bangkitnya kekuatan rakyat di Afrika Utara dan Timur Tengah, membuat pemerintah Cina meningkatkan kewaspadaan terhadap komunitas Muslim Uighur. Pemerintah Negeri Tirai Bambu itu menambah jumlah kamera pengintai di kota Urumqi, kota berpenduduk 2,4 juta jiwa dan didominasi oleh komunitas Muslim Uigur.
Tahun 2010, pemerintah Cina sudah memasang sekitar 17.000 kamera pengintai di kota itu dan tahun ini, pemerintah akan menambah puluhan ribu kamera lagi yang akan dipasang di seluruh wilayah Urumqi untuk memantau aktivitas warga kota.
Pemasangan kamera pengintai itu membuat warga kota, terutama komunitas Muslim, tidak leluasa lagi bergerak maupun berbicara. "Seseorang di balik dinding, mungkin sedang mendengarkan kami. Kami harus memikirkan keselamatan kami sendiri," kata Anwar, seorang muslim Uighur berusia 50 tahun.
Selama ini, Muslim Uighur takut bicara secara terbuka soal pemerintah, karena resikonya, mereka akan "hilang" dan pulang hanya tinggal nama.
Cina juga punya sejarah berdarah dalam menghadapi aksi protes rakyatnya. Dalam peristiwa "Lapangan Tiananmen" tahun 1989 lalu, Cina mengerahkan kekuatan militernya untuk membubarkan aksi protes yang menuntut reformasi di Cina. Sejumlah pengamat politik di Barat, menyamakan apa yang terjadi Lapangan Tahrir, Mesir dengan peristiwa "Tianananmen" itu, dan membuat pemerintah Cina meningkatkan kewaspadaannya agar gejolak yang saat ini terjadi di negara-negara Afrika Utara dan dunia Arab, tidak merembet ke Cina.
Pemerintah Cina memberikan perhatian khusus pada wilayah Urumqi. Selama bertahun-tahun pemerintah Cina menerapkan kebijakan ketat dan keras terhadap penduduk Muslim kota itu, dan Cina beranggapan situasi ini bisa memicu perlawanan massa yang terinspirasi dari perlawanan rakyat di Mesir, Tunisia, atau Libya yang sekarang sedang memanas.
Tahun 2009 lalu, kota Urumqi juga bergejolak oleh pertikaian etnis antara etnis Uighurs dan etnis Han. Etnis Han merupakan etnis mayoritas di Cina. Sekitar 200 orang tewas dalam pertikain itu, dan pemerintah Cina memberlakukan operasi penangkapan dan operasi mata-mata terhadap komunitas Muslim Uighur.
Selain memasang ribuan kamera tambahan, pemerintah Cina juga meningkatkan patroli keamanan di Urumqi. Setiap hari, lima anggota polisi dilengkapi dengan tameng, pistol dan pentungan, berkeliling kota. Sambungan telepon, sms, dan aktivitas internet juga dipantau dengan ketat.
"Diawasi seperti ini, membuat kami sangat khawatir. Kamera ada di mana-mana. Jika kami bicara, kami akan ditangkap," kata Abdulrahman, 37, seorang muslim Uighur yang bekerja sebagai sopir. (ln/mx/WW)