Anggota kelompok militan yang terkait dengan al-Qaidah berada di antara ribuan tahanan yang berhasil melarikan diri dari penjara Mesir bulan lalu selama terjadinya kekacauan yang dipicu oleh pemberontakan rakyat menentang presiden, kata wakil presiden Omar Suleiman.
Omar Suleiman mengatakan tahanan yang berhasil melarikan diri termasuk anggota dari "organisasi Jihadis" yang tidak meninggalkan ideologi kekerasan mereka atau setuju untuk menghentikan kekerasan, kantor berita pemerintah melaporkan. Dia berbicara selama pertemuan dengan wartawan Mesir pada hari Selasa kemarin (8/2).
Suleiman mengatakan dinas intelijen Mesir yang pernah ia pimpin selama bertahun-tahun telah menempatkan "banyak upaya" dalam mengamankan ekstradisi para militan Mesir dari luar negeri yang terkait dengan kepemimpinan eksternal, khususnya al-Qaidah.
Yang melarikan diri termasuk tahanan yang tidak menyetujui inisiatif untuk menghentikan kekerasan dan masih yakin bahwa masyarakat Mesir merupakan masyarakar tak bertuhan dan ini merupakan ancaman besar", katanya. "Kami membutuhkan banyak upaya untuk mendapatkan mereka kembali (ke penjara)," katanya menegaskan.
Suleiman tampaknya merujuk pada gencatan senjata yang dinyatakan oleh Al-Jamaah Islamiyah pada tahun 1997, sebuah kelompok yang membantai 58 turis di Luxor, Mesir selatan.
Negara ini telah menjadi tempat berkembang biak bagi kelompok Islam 'militan'. Ayman al-Zawahari, wakil pemimpin al-Qaidah, adalah warga Mesir. Mohammed Atta, pemimpin kelompok yang melakukan serangan 11 September, juga warga Mesir.
Pasukan keamanan Mesir banyak berperang melawan kelompok jihadis selama era 1990-an.
Pada hari-hari setelah letusan pemberontakan Mesir pada 25 Januari lalu, polisi Mesir sebagian besar menghilang dari jalanan, meninggalkan kekosongan yang akhirnya diisi oleh penjarahan dan tindakan main hakim sendiri.
Suleiman telah berjanji untuk melakukan penyelidikan. Warga Mesir sendiri banyak yang percaya ada konspirasi untuk membuat kekacauan di negara mereka.(fq/aby)