Surat kabar Mesir memperingatkan hari Ahad kemarin (2/1) bahwa "perang saudara" bisa pecah kecuali umat Kristen dan Muslim merapatkan barisan setelah serangan mematikan di sebuah gereja Koptik yang memicu protes kemarahan kelompok Kristen.
Pihak berwenang mengatakan seorang pembom bunuh diri meledakkan dirinya di luar gereja al-Qiddissin di kota Mediterania Alexandria awal pada Hari Tahun Baru, menewaskan 21 orang dan melukai 79 lainnya.
Protes dari kelompok Kristen dan bentrokan dengan polisi meletus setelah serangan hari Sabtu lalu, bisa semakin memburuk dan membawa Mesir ke sebuah spiral baru kekerasan sektarian, surat kabar pemerintah dan independen mengatakan.
Surat kabar Mesir juga mendesak pemerintah untuk memberikan pertimbangan serius seruan para Kristen Koptik yang jumlahnya hingga 10 persen dari 80 juta penduduk Mesir dan sering mengeluh mengalami diskriminasi.
"Seseorang ingin membuat negara ini meledak ... Kita harus menyadari bahwa ada plot yang bertujuan memicu perang saudara atas nama agama," surat kabar pro-pemerintah Rose al-Yussef mengatakan.
Mesir harus mengantisipasi upaya oleh "teroris" untuk menyerang negara itu, katanya.
Surat kabar independen al-Shorouk mengatakan umat Kristen punya hak untuk marah, namun mendesak mereka untuk tidak bermain dalam permainan "yang malah menimbulkan aksi kejahatan."
"Tidak ada yang bisa menyalahkan saudara-saudara Kristen jika mereka marah dan murka," kata harian itu.
Pemboman memicu kemarahan di kalangan Kristen, yang bentrok pada hari Sabtu selama beberapa jam dengan polisi dan meneriakkan slogan-slogan menentang rezim Presiden Hosni Mubarak.
"Wahai Mubarak, jantung umat Kristen Koptik sedang terbakar," teriak demonstran saat mereka melesat masuk dan keluar dari sisi-jalan di sekitar gereja yang berlumuran darah untuk melempar polisi dengan batu. Polisi menembakkan gas air mata ke arah para demonstran.
Harian Al-Shorouk mengatakan akan menjadi "lebih berbahaya bagi orang-orang Kristen jika mereka terperosok dalam perasaan marah dan frustrasi mereka, akibat dari serangan itu sendiri."
"Ini akan meningkatkan isolasi mereka dan para penggiat kejahatan malah akan mencapai tujuan mereka," katanya.
"Jika semua berjalan sesuai rencana, operasi kejahatan terhadap sasaran Koptik dan tempat-tempat suci mereka akan meningkatkan Koptik berbenturan dengan tetangga Muslim mereka dan kita akan terjebak dalam rawa seperti Libanon pada bulan April 1975," lapor Al-Shorouk.
Sebuah perang saudara pecah di Libanon pada bulan itu, yang berlangsung 15 tahun dan menyebabkan perang antara Kristen terhadap Muslim.
Surat kabar independen lainnya, al-Masri al-Yaom, mendesak pihak berwenang untuk melihat kasus itu melampaui implikasi keamanan pada pemboman hari Sabtu, termasuk pada aspek politik, sosial dan budaya.
"Kita tidak seharusnya menyembunyikan kepala kita di pasir. Beberapa orang mengatakan bahwa tangan asing mungkin di balik kejahatan ini. Namun kami yakin bahwa jika kain nasional cukup padat, tidak akan ada faksi asing bisa mengatur api di tengah-tengah kita."
Solusinya terletak "dalam dialog serius sekitar masalah sensitif ini", Al-Masri al-Yaom mengatakan.(fq/aby)