
Kantor anti-terorisme Israel mengeluarkan larangan bagi warga Israel, terutama tentara Israel untuk tidak berkunjung ke Turki. Turki selama ini menjadi tempat favorit untuk berlibur bagi warga Israel.
Kemarahan rakyat Turki terhadap serangan brutal Israel ke rombongan kapal yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza, dianggap akan mengancam keselamatan orang-orang Israel jika berkunjung ke negeri yang pernah menjadi pusat pemerintahan Islam itu, sehingga kantor anti-terorisme Israel mengingatkan warga Israel yang berencana berlibur ke Turki, untuk sementara mengurungkan niatnya.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Turki Ertugul Gunay mengatakan, sejak tragedi penyerangan ke armada "Freedom Flotilla", sekitar 10.000 sampai 200.000 orang Israel membatalkan kunjungannya ke Turki.
Dalam insiden serangan Israel ke "Armada Pembebasan" yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, Turki kehilangan sembilan warga negaranya, yang tewas ditembaki pasukan Zionis di atas kapal Mavi Marmara.
Perdana Menteri Turki, Recep Tayyeb Erdogan hari Minggu (6/6) kembali menegaskan akan terus melakukan upaya untuk mengakhiri blokade Israel di Jalur Gaza. "Kami akan teguh untuk membuka blokade di Gaza, sampai pembantaian di Palestina berhenti dan Israel mempertanggungjawabkan terornya di Timur Tengah," tandas Erdogan.
"Gaza sangat bersejarah bagi kami. Kami menolak mereka yang memaksa warga Gaza hidup dalam sebuah penjara terbuka," sambungnya.
Kantor Kejaksaan Turki di Bakirkoy, Istanbul berinisiatif untuk melakukan penyelidikan atas tragedi pembantaian Israel di kapal Mavi Marmara dan menempatkan para pejabat pemerintah Israel sebagai tersangkanya, antara lain Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Gabi Ashkenazi. (ln/prtv)