Rabu, 20 Jumadil Akhir 1446 H / 8 Juli 2015 16:27 wib
29.618 views
Jangan Lupakan Doa ini di Lailatul Qadar
Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Lailatul Qadar (malam kemuliaan) adalah waktu mustajabah. Dianjurkan membanyak doa pada malam yang agung itu. Yaitu doa yang mengandung kebaikan dunia dan akhirat. Khususnya doa istimewa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada Ummul Mukminin 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Yaitu saat 'Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca?” kemudian Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, “Ucapkanlah:
اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahapemaaf dan senang memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku.” (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Imam al-Tirmidzi dan al-Hakim menshahihkannya)
Karenanya, jangan lupakan doa ini di malam Lailatul Qadar.
Nama Allah "Al-'Afuww" (Mahapemaaf)
Nama Allah "Al-'Afuww" disebutkan lima kali dalam Al-Qur'an. Pertama, disebutkan bersama nama-Nya "Al-Qadir".
إِنْ تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا
“Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.” (QS. Al-Nisa': 149) terkadang seseorang memaafkan kesalahan orang lain karena dia tidak mampu membalas atas keburukannya. Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan, Dia memaafkan, padahal Dia kuasa membalas keburukan (dosa) hamba. Maka ini adalah pemberian maaf yang sebenarnya dan sangat istimewa.
Kedua, penyebutan nama al-'Afuww yang lainnya digandeng dengan nama-Nya Al-Ghafur.
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا
“Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Nisa': 43)
فَأُولَئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا
“Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Nisa': 99)
Ayat-ayat yang menyebutkan nama Allah "Al-'Afuww" yang memiliki sifat pemberi maaf, sesungguhnya menunjukkan bahwa Allah senantiasa dikenal bersifat pemaaf. Senantiasa mengampuni dan memberi maaf kepada hamba-hamba-Nya, walau mereka sering berdosa kepada-Nya. Mereka sangat berhajat kepada maaf-Nya sebagaimana mereka berhajat kepada rahmat dan kemurahan-Nya. Bahkan bisa dikatakan, kebutuhan mereka kepada maaf Allah lebih daripada kebutuhan mereka kepada makan dan minum. Kenapa? Karena kalau tidak memberikan maaf kepada penduduk bumi, niscaya hancur dan binasalah mereka semua dengan dosa-dosa mereka.
Sifat maaf Allah adalah maaf yang lengkap, lebih luas dari dosa-dosa yang dilakukan hamba-Nya. Apalagi kalau mereka datang dengan istighfar, taubat, iman, dan amal-amal shalih yang menjadi sarana untuk mendapatkan maaf Allah. Sesungguhnya tidak ada yang bisa menerima taubat para hamba dan memaafkan kesalahan mereka dengan sempurna kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.
. . . Allah senantiasa dikenal bersifat pemaaf. Senantiasa mengampuni dan memberi maaf kepada hamba-hamba-Nya, walau mereka sering berdosa kepada-Nya. . .
Makna Nama Allah "Al-‘Afuww"
Kalimat 'afaa, secara bahasa –sebagaimana yang disebutkan dalam kamus- memiliki dua makna: Pertama, memberi dengan penuh kerelaan. Ini seperti kalimat, "A'thaituhu min maali 'afwan", maknanya: aku beri dia sebagian dari hartaku yang berharga dengan penuh kerelaan tanpa diminta. Ini seperti firman Allah Ta'ala:
وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ
"Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan"." (QS. Al-Baqarah: 219) sehingga itu dikeluarkan dengan penuh keridhaan. Wallahu a'lam.
Kedua, al-izalah (menghilangkan/menghapus). Seperti kalimat, "'Afatir riihu al-atsara" artinya: angin telah menghilangkan/menghapus jejak. Contoh nyata terdapat dalam catatan sirah nabawiyah (sejarah perjalanan hidup Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam) tentang perjalanan hijrah: Saat beliau bersembunyi di goa Tsur bersama Abu Bakar, adalah Asma' binti Abu Bakar membawakan makanan untuk keduanya. Maka terdapat dalam catatan:
فأمر غلامه أن يعفوآثار أقدام أسماء حتى لا يعرف الكفار طريق النبي
“Maka ia memerintahkan budaknya agar menghilangkan/menghapus jejak kaki Asma' sehingga orang-orang kafir tidak tahu jalur yang ditempuh oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.”
Maka ada tiga kandungan dalam nama Allah "Al-'Afuww' ini: Menghilangkan dan menghapuskan, lalu ridha, kemudian memberi. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menghilangkan, menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya dan bekas dosa tersebut. Lalu Allah meridhai mereka. Kemudian sesudah meridhai, Dia memberi yang terbaik (maaf) tanpa mereka memintanya.
. . . Mau memperoleh lailatul qadar, jadilah pemaaf. . .
Mewujudkan maaf ini seorang hamba diperintahkan untuk memiliki sifat pemaaf. Tidak membalas keburukan orang lain terhadap dirinya dengan keburukan serupa, apalagi dengan keburukan yang lebih besar. Tapi ia sabar-sabarkan diri dari marah atas sikap buruk orang lain terhadap dirinya, lalu ia maafkan kesalahan-kesalahan mereka, dan ia balas keburukan dengan kebaikan. [Baca: Ramadhan Mendidik Menjadi Pemaaf]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim.” (QS. Al-Syuura: 40)
Maksud “maka Pahalanya atas Allah”: Allah tidak akan menyia-nyiakan sikapnya itu di sisi-Nya. Tetapi Allah akan memberikan pahala yang besar dan balasan baik yang setimpal. Disebutkan dalam hadits shahih Muslim, "Tidaklah Allah menambah kepada hamba melalui maaf yang ia berikan kecuali kemuliaan." Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!