Di Akhir Desember Harus Semakin Khawatir Bencana, Kenapa?Kamis, 26 Dec 2024 12:03 |
|
Feminisme dan Delusi Kesetaraan GenderRabu, 25 Dec 2024 20:55 |
Oleh: Rida Nurfarida, S.E
Dampak pandemi yang dialami negeri ini tak ayal terasa juga bagi dunia pendidikan. Bagaimana tidak, metode pembelajaran sepanjang pandemi mengalami perubahan yang begitu besar yakni dilakukan secara daring atau online.
Ketika pembelajaran online berlangsung tidak semua pihak siap, terutama fasilitas penunjang online. Tidak semua warga masyarakat memiliki dan merasakan kelancaran belajar online ini. Dari sisi perangkat sekolah seperti pengajar, penilaian, pun dari sisi anak didik masih memerlukan peran besar orang tua sebagai pembimbing di rumah.
Walhasil, output yang didapati pun tidak sesuai dengan harapan. Sehingga metode ini menjadi learning loss atau kehilangan pembelajaran.
Menimbang hal tersebut, Kemendikbudristek Nadiem Anwar Makarim tahun 2022 ini mengeluarkan opsi adanya kurikulum prototipe bagi sekolah sebagai pilihan untuk mengatasi learning loss atau kehilangan pembelajaran dan mengakselerasi transformasi pendidikan Nasional. Hal ini pun didukung oleh komisi X DPR RI.
Namun apakah kurikulum prototipe ini benar-benar akan menjadi solusi bagi mutu pendidikan Nasional? Mengingat kurikulum ini terbentuk dari paradigma yang berlandaskan sekuler yang berpaham materialis dalam pencapaian tujuan hidup, hedonis, individualistis serta sinkretisme dalam agama.
Maka yang paling menonjol dalam kurikulum ini adalah adanya pengembangan soft skill dan karakter. Pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat siswa untuk karirnya di masa depan dengan adanya penyederhanaan di banyak aspek misalnya di jenjang SD kelas 4.5.6, mata pelajaran IPA dan IPS diajarkan secara bersama melalui IPAS.
Untuk jenjang SMA tidak akan ada lagi penjurusan IPA, IPS, atau Bahasa. Tapi diarahkan untuk memilih mata pelajaran MIPA, IPS, Bahasa dan keterampilan vokasi sesuai minat dan bakat. Namun jika pembelajaran berorientasi pada minat dan bakat murid ini jika tidak didukung dengan sistem pendidikan yang benar (termasuk ketersediaan guru yang kompeten) maka akan terjadi problem kesenjangan kualitas pendidikan yang tidak merata.
Terlebih pendidikan yang dihasilkan pun sangat jelas memfokuskan pada perolehan materi. Peserta didik diarahkan menjadi para pekerja atau buruh tanpa diimbangi fokus ke arah perbaikan kepribadian yang menjadikan mutu pendidikan bernilai di tengah masyarakat. Tanpa disertai pengabdian terhadap negara sebagai pemberian manfaat bagi masyarakat bukan hanya bertolak ukur pada materi semata.
Pendidikan akan bermutu jika sistem pendidikannya mampu menghantarkan pada kesesuaian dengan tujuan dari pendidikan yang dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 yakni: "Mencerdaskan kehidupan bangsa", yang menggambarkan cita-cita bangsa indonesia untuk mendidik dan menyamaratakan pendidikan ke seluruh penjuru Indonesia agar tercapai kehidupan berbangsa yang cerdas.
Terlebih apa yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara terkait pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak. Serta apa yang tertuang dalam UU no.20 tahun 2003 terkait arti pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berbeda dengan sistem pendidikan Islam. Pendidikan dalam pandangan Islam adalah upaya untuk mengubah manusia dengan pengetahuan tentang sikap dan prilaku sesuai dengan aturan Islam sehingga terbentuk SDM yang memiliki kepribadian Islam yang menghantarkan pada kecerdasan spritual berbudi pekerti yang luhur.
Tujuan dari setiap ilmu yang dimiliki masyarakat diarahkan untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi umat. Mensejahterakan umat dengan tujuan ridho Allah semata bukan seperti tolak ukur sistem pendidikan sekulerisme materialisme hari ini yang selalu berupaya agar ilmu yang disistemkan mampu menghasilkan materi sebanyak-banyaknya. Termasuk kurikulim prototipe ini yang lebih meruncing pada karir dan bakat yang orientasinya jadi buruh atau pekerja yang berujung pada materi.
Sebagaimana tujuan pendidikan yang sebenarnya tersebut bisa dicapai sesuai dengan pembukaan UUD 1945, maka hanya sistem Islamlah yang mampu mewujudkannya.
Firman Allah swt: "Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum allah swt bagi orang-orang yang yakin?" (T.Q.S Al-maidah :50). Maka sudah saatnya membenahi sistem pendidikan ini dengan kembali kepada sistem pendidikan Islam. Wallahu a'lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com
Di Akhir Desember Harus Semakin Khawatir Bencana, Kenapa?Kamis, 26 Dec 2024 12:03 |
|
Feminisme dan Delusi Kesetaraan GenderRabu, 25 Dec 2024 20:55 |