Selasa, 18 Jumadil Awwal 1446 H / 17 November 2020 15:19 wib
4.231 views
Maulid Nabi, Momentum Pembuktian Cinta Hakiki
Oleh:
Ernadaa Rasyidah || Pemerhati Generasi
ALKISAH, seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hari kiamat, “Kapan hari kiamat itu?”
Nabi bertanya, “Apa yang sudah engkau siapkan untuk menghadapinya?”
Dia menjawab, “Tidak ada. Hanya saja, aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Nabi bersabda, “Engkau akan bersama dengan yang kaucintai.”
Anas berkata, “Tidaklah kami gembira dengan sesuatu seperti gembiranya kami mendengar sabda beliau, ‘Kamu bersama orang yang kamu cintai’.”
Anas berkata, “Aku mencintai Nabi SAW, Abu Bakar, dan Umar, dan aku berharap bersama mereka disebabkan kecintaanku pada mereka, walaupun belum mampu beramal seperti amalan mereka.”
Alhamdulillah, kembali kita dipertemukan dengan suasana syahdu Rabi’ul Awal, umat Islam di iberbagi penjuru menjadikan momentum bergembira dan bersuka cita. Kenapa? Karena pada bulan Rabi’ul Awal kita mengenang sosok lahirnya manusia agung kekasih Allah SWT, yang mendapatkan mandat menyelamatkan manusia dan dunia dari kegelapan jahiliyah menuju sinar Islam yang terang benderang.
Begitu cintanya beliau kepada kita sebagai umatnya. Kegundahan memikirkan nasib umatnya terbawa hingga menjelang wafatnya. Namun, sayang seribu sayang, kebanyakan kaum muslimin memperingati maulid hanya sebatas seremonial yang tidak membekas. Lalai dari esensi pembuktian cinta yang seharusnya berbuah kesadaran untuk menjalankan ketaatan. Karena cinta sungguh tidak sekedar dilafazkan dalam lisan, namun menuntut pembuktian dalam perbuatan. Diantara tanda cinta adalah mengikuti apa yang diinginkan oleh yang dicintainya. Cinta yang sempurna menuntut kesesuaian dengan apa yang dicintai kekasihnya dan siap berkorban untuknya.
Seorang ahli makrifat bersyair, “Kalau Anda jujur mencintainya, pasti Anda akan menaatinya, sesungguhnya pencinta itu menaati yang dicintai.” (lihat Syarh Hadits Ikhtishom al-Mala’ al-A’la, juz I, hlm 55).
Karena itu, jika kita mengaku cinta pada Rasullulah, tidak mungkin menolak diatur dengan syariat Islam secara kaffah. Cinta syariah adalah bukti atas cinta kepada Rasullulah. Cinta Rasullulah berarti mau mengambil semua risalah yang dibawa dan diajarkan oleh Rasullulah. Seorang yang mencintai nabi tentu akan memilih pemikiran Islam dari pada ajaran sesat sekularisme, liberalisme dan juga demokrasi. Pemikiran bebas tanpa aturan pastinya harus ditinggalkan. Kemudian rela hanya mengambil pemikiran Islam yang lurus dan mulia sebagai bentuk cinta Kita pada baginda nabi. Karena itu, cintamu palsu jika masih memilih pemikiran dari luar Islam sebagai landasan berfikir dengan meninggalkan Islam sebagai standar kebenaran.
Buktikan cintamu pada Rasullulah dengan mengikuti semua sunahnya, juga menjadikannya idola dalam seluruh aspek kehidupan. Karena sungguh dalam diri baginda Nabi SAW terdapat suri teladan yang baik. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS al-Ahzab [33]: 21).
Mengenang kelahiran baginda Nabi SAW akan menjadi momen yang sangat penting dan utama. Sebab, ini akan mengingatkan kembali kepada sosok manusia yang memiliki peran penting dalam kemajuan peradaban dunia sepanjang sejarah. Juga, akan semakin menumbuhkan kecintaan dan kerinduan. Sebab, salah satu bukti cinta kepada Nabi Saw. adalah dengan berusaha dan bersungguh-sungguh berpegang teguh apa yang dibawa oleh beliau. Rasulullah bersabda "Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya selama kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah (Alquran) dan Sunahku.” (HR Al-Hakim).
Mencintai baginda Nabi tentu menuntut totalitas keteladanan. Dalam beribadah Nabi SAW adalah orang yang paling kuat dan bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah SWT. Padahal, sudah umum diketahui bahwa beliau adalah orang yang maksum dan jaminan surga baginya. Secara individu, beliau adalah pribadi yang paling mulia akhlaknya. Aisyah ra. berkata, "Rasulullah adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Tidak pernah berlaku keji. Tidak mengucapkan kata-kata kotor. Tidak berbuat gaduh di pasar. Tidak pernah membalas dengan kejelekan serupa. Akan tetapi, beliau pemaaf dan pengampun." (HR. Ahmad).
Baginda Nabi juga dikenal sangat lemah lembut terhadap istrinya. Juga tegas dan keras jika berada pada kondisi yang memang mengharuskan bersikap demikian. Dalam bermasyarakat pun, beliau senantiasa berlemah lembut, mencintai orang yang lemah termasuk orang-orang membutuhkan pertolongan. Dihadapan sesama muslim dikenal dengan sikap rendah hatinya, namun sangat tegas dihadapan orang-orang kafir terlebih kafir harbi yang secara terang-terangan memusuhi Islam.
“Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.’ (TQS. Al Fath: 29).
Teladan Nabi SAW tak hanya ada dalam aspek ibadah, individu, keluarga ataupun masyarakat. Beliau juga memberikan teladan kepemimpinan dalam bernegara, mulai dari berpolitik hingga penerapan hukum dalam menyelesaikan segala permasalahan. Semua ini harus dicontoh dan berusaha mewujudkannya dalam kehidupan. Secara total menjadikan Nabi SAW sebagai suri teladan dalam berbagai aspek kehidupan.
Karena itu, kita harus meneladani apa-apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, baik itu qaul (perkataan), fi’lun (perbuatan) maupun taqrirnya beliau. Mengimani dan meneladani beliau adalah kebutuhan bagi setiap jiwa yang mencintainya, sebagai wujud pembuktian cinta yang hakiki.
Allah Swt. berfirman:“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran [3]: 31).
Alhasil, memperingati kelahiran Rasulullah SAW. tentulah bukan sekedar seremoni, yang hanya terasa satu hari setelahnya kosong tidak berarti. Namun harus membekas dalam diri kita di setiap waktu. Bahwa ketika kita mencintai rasulullah, maka ada konsekuensi berupa pembuktian cinta yang hakiki, yakni dengan istiqomah melaksanakan segala syariah-Nya secara kaffah. Wallahu'alam bi ash shawwab.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!