Guru Ngaji Nasibmu Kini

Oleh:

Wahyu Utami, S.Pd

Guru di Bantul Yogyakarta

SAAT pandemi covid 19 seperti sekarang, masyarakat diminta beraktivitas di rumah masing-masing untuk meminimalisir kontak atau interaksi dengan orang lain. Hal ini menjadikan banyak orang yang kehilangan mata pencahariannya tak terkecuali para dai dan guru ngaji. Padahal tidak sedikit dari mereka yang tidak memiliki pekerjaan sampingan maupun tabungan yang mencukupi untuk bertahan hidup.

Kita belum bisa memperkirakan kapan situasi sulit ini akan berakhir. Ada pengamat yang mengatakan Juni 2020 akan membaik tapi ada juga yang memperkirakan situasi ini baru akan normal sampai akhir Desember tahun ini. Tentu hal ini akan semakin menyulitkan bagi orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan apapun.

Dai dan guru ngaji adalah orang-rang yang tawadlu’, mereka menjaga kesucian diri dari meminta-minta. Oleh karena itu, meski dalam kondisi sulit mereka tidak menampakkannya. Di mata masyarakat, mereka tetap terlihat tenang meskipun sebenarnya hidup dalam kondisi serba terbatas.

Patut disyukuri saat ini banyak personal maupun lembaga yang peduli pada nasib mereka. Menurut Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas, Irfan Syauqi Beik, kelompok dai dan guru ngaji menjadi salah satu prioritas penyaluran bantuan selama wabah berlangsung. Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqoh Muhammadiyah (Lazismu) dan LazisNU juga melakukan hal yang sama. Paket sembako yang terdiri dari beras, minyak goreng, gula dan masker telah didistribusikan termasuk kepada para dai dan guru ngaji di daerah pedesaan.

Cukupkah bantuan tersebut untuk menyelesaikan masalah mereka? Siapakah yang seharusnya bertanggung jawab utama terhadap kehidupan mereka? Apalagi selama ini mereka telah berkontribusi besar dalam mencerdaskan dan mengentaskan umat dari buta huruf Al Qur’an.

Di dalam Islam, semua guru akan dimuliakan karena peran strategisnya mendidik generasi pembangun peradaban umat. Rasululloh SAW bersabda, “Kelebihan orang yang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti kelebihanku atas kalian. Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penghuni langit, penghuni bumi hingga semut di liangnya dan ikan paus di lautnya pasti akan mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia” (HR At Tirmidzi).

Sungguh sangat menyedihkan jika para pahlawan pendidikan ini harus hidup kesusahan sedangkan seluruh penduduk langit dan bumi memuliakan mereka. Oleh karena itu, sudah selayaknya seluruh pihak memperhatikan nasib mereka. Bagi kaum muslimin secara umum, Islam mengajarkan untuk saling mencintai dan berkasih sayang. Wujud cinta dan kasih sayang adalah dengan memberikan perhatian, bantuan dan juga doa yang tulus untuk mereka. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang menghilangkan kesusahan dari seorang mukmin, pasti Allah akan menghilangkan dari dia kesusahan pada hari kiamat (HR Muslim).

Namun demikian pihak yang paling bertanggung jawab atas kehidupan mereka adalah para penguasa. Mereka mempunyai kewajiban untuk mencukupi seluruh kebutuhan dasar rakyatnya termasuk para guru, orang per orang apalagi dalam situasi wabah seperti sekarang. Penguasa harus mengutamakan keselamatan jiwa rakyatnya, jangan sampai ada yang mati kelaparan. Jangan sampai lagi terdengar cerita memilukan guru yang kesusahan hidupnya bahkan hanya sekedar untuk makan. Rasulullah SAW bersabda, “Pemimpin adalah pengurus rakyat dan dia bertanggungjawab atas rakyat yang dipimpinnya (HR Muslim).*

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Citizens Jurnalism lainnya:

• Ketaatan Kolektif Berbuah Berkah
• Jeritan Suara Hati RT/RW di Tengah Pandemi Covid-19
• Ini Baru Berita: Presiden Berani Batalkan Pinjaman dari China
• Kegaduhan demi Kegaduhan Tak Ada Henti
• Meraih Keutamaan Ramadhan
• Wahdah Islamiyah Aceh Salurkan APD di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh
• Keuangan Syariah: Alternatif Kestabilan Ekonomi Masyarakat pada Saat Pandemi Covid-19
• Ramadhan Istimewa di Tengah Wabah