Selasa, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 20 Agutus 2019 00:00 wib
6.126 views
Cinta Monyet Memicu Aksi Kekerasan
AKSI pembulian kembali menyapa dunia sekolah. Aksi kekerasan yang dilakukan oleh pelajar bukan hanya terjadi dua atau tiga kali. Bahkan sering terjadi, namun media jarang mengekspos peristiwa tersebut. Seperti dilansir dari Sindonews.com dipicu karena cinta monyet, siswa SMP Negeri 1 Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur melakukan aksi kekerasan.
Aksi kekerasan yang terjadi dilakukan oleh siswa kelas 9 kepada siswa kelas 7. Diduga aksi itu dikarenakan siswa kelas 9 berinisial FE dan FR yang tidak senang kepada FK (korban) yang ternyata disukai oleh siswi kelas 9. Akhirnya tersangka mengeroyok FK tepat didepan kelas, sedangkan siswa yang lain yang melihatnya, tidak mempeduikan, malah hanya menertawakan aksi mereka itu. Bahkan salah satu dari mereka sempat merekam adegan kekerasan itu. Kamis, (15/8/2019)
Aksi kekerasan disekolah atau lebih tepatnya aksi pembulian di atas tentu sudah lumrah terjadi disekolah-sekolah. Sebagaimana kasus-kasus yang terdahulu seperti kasus Audrey, kasus seorang anak SMK di Banten yang dikeroyok empat temannya hanya gara-gara hal sepele yang disebut cinta.
Memang, cinta sejatinya adalah fitrah dalam diri manusia. Menjadi hal yang wajar jika cinta itu tumbuh pada setiap manusia. Namun cara menyikapi cinta itu yang harus bijaksana. Sebagaimana Islam mengajarkan cara menyikapi cinta yang sesungguhnya. Dan cinta itu sendiri bukan hanya pada lawan jenis tetapi juga cinta kepada orang tua, saudara, kakek dan nenek, teman dan sebagainya.
Dalam Islam cinta itu merupakan salah satu jenis naluri, yakni naluri mempertahankan jenis (Ghorizah Nau’). Namun, naluri itu hanya muncul kalau ada rangsangan dari luar. Dan tidak apa-apa jika tidak dipenuhi, tidak akan mengakibatkan pada kematian, hanya kegelisahan semata. Boleh saja memenuhi naluri tersebut. Namun cara pemenuhannya harus sesuai aturan syariat Islam. Karena jika tidak sesuai dengan Islam maka akan terjadi kemudaratan yang besar seperti contoh kasus diatas, merupakan bukti cara yang salah dalam menyikapi cinta.
Sebagaimana dikatakan sebelumnya, naluri mempertahankan jenis muncul karena ada rangsangan dari luar, salah satunya adalah tontonan di media. Maka, wajar jika mucul cinta-cinta yang salah tumbuh.
Saat ini remaja telah teracuni oleh virus-virus yang dihasilkan dari tontonan maupun tuntunan. Tontonan saat ini banyak menyajikan adegan-adegan yang tidak senonoh dan tidak patut ditonton terutama oleh anak-anak atau remaja. Karena sejatinya mereka masih dalam fase meniru dan besarnya rasa ingin tahu.
Contohnya saja tontonan seperti, yang hanya mengisahkan seputar remaja yang hamil diluar nikah atas nama cinta, sinetron-sinetron, film, ftv tidak bermutu yang kerjaannya cinta-cintaan dan masih banyak lagi. Bahkan artis yang notabene dijadikan tuntunan saat ini oleh remaja, turut terjun dalam skandal-skandal cinta semisal cinta lokasi, ataupun prostitusi.
Jadilah remaja kini yang diperbudak cinta dan tidak tahu cara menyikapi cinta. Tontonan-tontonan yang tidak senonoh terjadi karena sistem saat ini yang menganut sistem kapital, yang hanya mencari keuntungan. Tontonan dibuat sedemikian rupa tanpa mengindahkan nilai-nilai atau moral yang baik, dan dibuat hanya untuk kepuasan penonton dan hanya dalam rangka agar tontonan atau film tersebut laku keras dipasaran tanpa memperhatikan mudorot yang ditimbulkannya.
Beda hal nya dengan sistem Islam. Yang mengatur segala urusan manusia. Dari urusan dapur hinggan urusan cinta. Bahkan tontonan-tontonan diatur sedemikian rupa. Tontonan bukan hanya sekedar untuk kesenangan, tapi bagaimana tontotan bisa memebuat umat menjadi cerdas, semakin meningkat taqwanya dan ikhlas menjadikan aturan Allah sebagai aturan hidupnya. Karena Islam bukan asas mencari manfaat atau keuntungan, maka Islam menggunakan tontonan sebagai sarana menyebarkan Islam keseluruh dunia.
Dalam Islam menyikapi cinta yang terlanjur tumbuh antara dua insan manusia berbeda jenis, hanyalah menikah. Namun jika mereka belum mampu secara fisik atau psikis maka anjuran lain yang Islam berikan adalah agar remaja berpuasa. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wassalam :
“Wahai generasi muda, barangsiapa diantara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya dia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu” (Mutafaq Alaih).
Begitulah cara Islam menyikapi dua insan yang sedang jatuh cinta. Dalam pemenuhan naluri tersebut selain dalam rangka pemenuhan juga harus dalam rangka ibadah. Yaitu menikah, namun jika tidak mampu maka berpuasa. Bukan mengekspresikan dengan hal-hal seperti pacaran, seks bebas, atau mengeroyok orang lain gara-gara cinta.
Tontonan yang benar adalah sebagaimana Islam mengaturnya, yaitu menjaga individu dari tontonan tidak senonoh yang hanya akan menimbulkan benih-benih perzinaan, menjaga masyarakat yaitu dengan dakwah atau penyebaran ajaran Islam melalui tontonan, dan menjadikan negara sebagai asas pelindung akidah ummat. Negara yang nantinya mengatur bagaimana tontonan atau tuntunan yang sesuai syariat yang mana dengan tujuan mengokohkan akidah ummat. Wallahu a’lam bisshowab.*
Rofikoh
Mahasiswi
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!