Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
3.946 views

Menyulap Polemik Sampah yang Tak Kunjung Usai

Oleh: Putri Hanifah 

(Mahasiswi Sastra Arab Universitas Negeri Malang)

Indonesia dinobatkan sebagai salah satu negara penyumbang sampah terbesar kedua di dunia setelah Cina. Sampah adalah satu dari sekian banyak polemik yang tidak ada ujungnya di Negeri ini, ditambah lagi kasus impor sampah bulan Juli lalu yang menggegerkan masyarakat Indonesia. Setidaknya terdapat kurang lebih 300 kontainer sampah mendarat di Indonesia.

Kilas balik tahun 2018 lalu, di kabupaten saya. Warga di sekitar tempat pembuangan sampah (TPS) Dukuh Bulu, Jaten, Karanganyar mengeluh karena sampah berserakan hingga meluber ke jalan dukuh bahkan sampai di dekat makam karena sudah tiga bulan menumpuk. Warga yang tinggal di sekitar terpaksa memasang palang bertuliskan “Hormatilah masyarakat, makam dan jalan ini. Kami bukan tempat sampah. Jagalah kebersihan lingkungan kami.” (solopos.com)

Bahkan di Bulan Ramadan 1440 H kemarin volume sampah di kabupaten saya, Karanganyar melonjak 20% dari hari-hari biasanya. Padahal volume sampah di hari biasa hanya sebanyak 160 ton per hari. Pelonjakan volume sampah dikarenakan munculnya pedagang musiman dan meningkatnya konsumsi kuliner pada Bulan Ramadan, ujar Bapak Edi Yuswono, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Karanganyar. (solopos.com)

Dari jumlah tersebut, terdapat setidaknya 15-20% sampah plastik/hari. Penggunaan plastik ini akan terus menerus mengalami peningkatan sebagai konsekuensi dari berkembangnya teknologi, industri dan juga jumlah populasi penduduk. Di satu sisi penemuan plastik ini memberikan manfaat kepada kita, tapi di sisi lain juga memiliki dampak negatif yang cukup besar.

Keunggulan plastik dibanding material lain diantaranya ringan, kuat, tidak mudah pecah, fleksibel, tahan karat sekaligus isolator panas yang baik. Sedang dampak negatif yang diberikan kepada lingkungan adalah tidak dapat terurai dalam waktu singkat, dapat mengurangi kesuburan tanah, sampah plastik yang dibuang sembarangan akan mengakibatkan tersumbatnya aliran air dan apabila dibakar begitu saja akan mengeluarkan zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

Soalan sampah ini akan menjadi masalah serius seandainya tidak dicari solusinya. Selama ini solusi yang sering kita dengar adalah 3R (Reuse, Reduce, Recycle) yang masing-masing penanganan tersebut memiliki kelemahan. Misal Reuse, kantong plastik digunakan berkali kali (iya kalau tidak lupa, iya kalau tidak ketinggalan) padahal jika kita gunakan berulang-ulang tentu tidak akan layak pakai. Kemudian Reduce, berarti harus ada pengganti plastik yang biayanya lebih murah dan praktis. Sedangkan Recycle, berarti mendaur ulang plastik yang kualitasnya akan semakin menurun jika berulang kali dilakukan.

Masa iya, kita disuruh membenahi lingkungan yang sudah dirusak kapitalis ‘sendirian’? Mustahil! Bayangkan seandainya kita sendirian, kita berusaha mengurangi penggunaan plastik, sedang teman-teman diluar sana berbondong-bondong ingin yang simpel menggunakan plastik, belum lagi iklan-iklan yang disajikan di TV yang menggelontorkan dana triliyunan untuk sesuatu yang kemasannya menggunakan plastik. Maka penyelesaian soal sampah ini tidak bisa diselesaikan oleh individu saja. Butuh campur tangan masyarakat dan negara.

Jika mau menilik sejarah peradaban Islam, Islam sangat memperhatikan soalan sampah. Pada kurun abad 9-10 M, Qusta ibn Luqa, ar-Razi, Ibn al-Jazzar dan al-Masihi membangun sistem pengelolaan sampah perkotaan, yang sebelumnya hanya diserahkan pada kesadaran masing-masing orang, yang di perkotaan padat penduduk akan menciptakan kota yang kumuh.

Ketika barat sedang mengalami fase dark age, rumah-rumah mereka dibangun dengan batu kasar tidak dipahat dan diperkuat dengan tanah halus, dibangun di dataran rendah, berpintu sempit, tidak terkunci kokoh dan dinding serta temboknya tidak berjendela. Wabah-wabah penyakit berulang-ulang menimpa binatang-binatang ternak yang menjadi sumber penghidupan satu-satunya.

Pada masa itu Eropa penuh dengan hutan-hutan belantara dengan sistem pertanian terbelakang. Dari rawa-rawa yang banyak terdapat di pinggiran kota, tersebar bau-bau busuk yang mematikan. Rumah-rumah di Paris dan London dibangun dari kayu dan tanah yang dicampur dengan jerami dan bambu, dan tidak berventilasi. Mereka tidak mengenal kebersihan. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan rumah sehingga menyebarkan bau-bau busuk yang meresahkan. Kota terbesar di Eropa pada waktu itu berpenghuni tidak lebih dari 25.000 orang.

Kondisi demikian sangat berbeda dengan peradaban Islam, khususnya pada masa tersebut. Bukti sejarah yang sangat nyata adalah ketika melihat kota Cordoba yang menjadi ibukota Andalus. Kota ini dikelilingi dengan taman-taman hijau. Pada malam harinya diterangi dengan lampu-lampu sehingga pejalan kaki memperoleh cahaya sepanjang sepuluh mil tanpa terputus. Lorong-lorongnya dialasi dengan batu ubin, dan sampah-sampah disingkirkan dari jalan-jalan. Penduduknya lebih dari satu juta jiwa.

Tempat-tempat mandi berjumlah 900 buah dan rumah-rumah penduduknya berjumlah 283.00 buah. Gedung-gedung sebanyak 80.000 buah, masjid ada 600 buah dan luas kota Cordoba adalah 30.000 hasta. Tiinggi menaranya 40 hasta dengan kubah menjulang berdiri di atas batang-batang kayu terukir yang ditopang oleh 1093 tiang yang terbuat dari berbagai marner.

Jangankan soalan sampah, soalan masuk kamar mandi saja Islam mengatur. Jaminan kesejahteraan era peradaban Islam dapat terwujud bukan karena kebetulan, namun karena Peradaban Islam memiliki seperangkat aturan atau kebijakan. Aturan maupun kebijakan ini bersumber dari Islam. Karena sejatinya peradaban Islam adalah representasi dari penerapan Islam secara menyeluruh dan utuh. Aturan-aturan ini mencakup ranah individu, keluarga, masyarakat dan negara. Sehingga secara sederhana semua keagungan khilafah terwujud karena Islam diterapkan secara penuh.

Sehingga, jika masalah sampah ini ingin segera selesai, satu-satunya solusi adalah kembali kepada sistem Islam yang kaaffah. Sembari memperjuangkan tegaknya peradaban mulia itu, sementara menggunakan alternatif solusi yang saat ini banyak diteliti dan dikembangkan dengan mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Sehingga akan mengatasi dua permasalahan yaitu bahaya menumpuknya sampah plastik dan menghasilkan bahan bakar minyak yang merupakan bahan baku plastik itu sendiri.

Teknologi untuk mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dengan proses cracking (perekahan) dan hal ini bisa dilakukan dalam skala RT. Bukankah solusi ini menjadi solusi emas yang lebih menguntungkan? Sembari kita mengedukasi masyarakat dan meminta dukungan negara untuk sama-sama mengatasi persoalan sampah ini.

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Citizens Jurnalism lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X