Ahad, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 24 Februari 2019 21:30 wib
3.551 views
The Bat and The Frog
Oleh: M Rizal Fadillah
Judul di atas tidak dimaksudkan negatif. The Bat untuk menggambarkan bermain di udara, sedang The Frog di darat. Meski sebagian masyarakat menjadikan itu julukan masing-masing kandidat, namun kita tak ingin berdebat di antara sebutan yang biasa diungkap "kampret" dan "kodok".
The Bat and The Frog menunjukkan suasana semalam yaitu "debat dan keprok" debat dan antusiasme para pendukung atau "juru keprok". Dibanding debat pertama, debat kedua lebih hidup dan bergairah. Meskipun belum nyambung pada makna "debat" yang sebenarnya. Satu masih "melayang" dan yang lain "melompat".
Sebuah catatan bahwa waktu untuk eksplorasi kurang cukup. Lalu uji data yang tidak cepat sehingga angka yang tak akurat bisa dieksploitasi sebagai argumen detil. Nuansa debat tetap belum tajam, masih berada di area eksplanasi masing-masing. The Bat melayang di udara, the Frog melompat lompat di darat. Strategi Prabowo masih umum "di udara" yang belum menjadi arah operasional, sementara Joķowi lebih detail dengan data angka "darat" tapi masih melompat lompat. Data itu kurang akurat.
Data di medsos dengan cepat masuk sebagai koreksi atas angka Jokowi, seperti kebakaran hutan yang terjadi tiap tahun, angka impor jagung, konflik pembebasan lahan jalan tol, divestasi saham freeport, pengolahan enerji sawit, serta Palapa Ring yang sudah ada sejak masa pemerintahan SBY. Sebagian nitizen memberi predikat keadaan ini sebagai "tambahan hoax" bagi Jokowi. Serangan pribadi soal pemilikan lahan Prabowo di Kalimantan juga dinilai "over". Untung terklarifikasi bahwa itu sebagai lahan HGU yang berbatas waktu. Closing statement yang cukup bagus.
Dalam analisis pengamat, debat kedua ini diduga belum mampu mempengaruhi pandangan "undecided voters" untuk menentukan pilihan. Sementara pemilih emosional tetap tak bergeser. Meskipun sebenarnya tentu butuh survey yang lebih akurat untuk memastikan itu.
Di tengah suasana debat ini terjadi gangguan di luar arena. Muncul aksi "The Dog". Ledakan "petasan" yang membuat panik peserta nonton bareng. Terjadi saat penyampaian visi Jokowi di lokasi dekat dengan arena pendukung Jokowi. Hal ini menimbulkan dugaan ada motif yang dibuat. Meskipun tak jelas siapa pembuat. Mungkin tak akan bisa diperjelas juga. Kita hanya berharap moga bukan "warming up" bagi pelaksanaan maupun pasca Pemilu yang memang diciptakan untuk menjadi "panas".
The Dog ini yang berbahaya, ia bisa menjadikan pilpres sebagai "bone" yang dikejar dan dimakan. Jika tak diketahui siapa dan apa motif "peledakan" ini, maka semakin lengkap kasus tak terungkap seperti perekayasa Sarumpaet, penelpon kontainer kartu suara, tabloid Indonesia Berkah, serta permainan "firehose of falsehood" ala Rusia. Semua ceritra itu tentang hoax. Hoax sebagai alat.
Mungkin nanti setelah Pilpres akan ada yang membuat film "horor" berjudul : "The Dog of the Hoax" atau "The Bat, The Frog and The Dog of the Hoax". Wah seru..!.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!