Survei: 37 Persen remaja Yahudi AS Bersimpati Pada HamasSabtu, 23 Nov 2024 20:25 |
Oleh: Novita Tristyaningsih
Tak terasa pelaksanaan ibadah haji semakin mendekati. Ibadah haji merupakan salah satu momentum terpenting bagi umat Islam. Jutaan muslim dari berbagai penjuru dunia bersama-sama menunaikan ibadah haji tiap tahunnya.
Mereka berbaur menjadi satu tanpa dibatasi sekat kebangsaan, suku, warna kulit, tanah kelahiran, kedudukan sosial, bahasa, dan sebagainya. Semua bersatu dalam kalimat tauhid "Lâilâhaillallâh, MuhammadurRasûlullâh".
Suatu kenyataan yang menunjukkan bahwa umat Islam adalah umat yang satu. Sayangnya, persatuan itu hanya sesaat dan terbatas dalam perkara ibadah ritual. Di luar itu, kondisi kaum Muslim sangat memprihatinkan.
Pertikaian, konflik, sampai pertumpahan darah, masih menjadi problem yang belum teratasi, sehingga ukhuwah dan persatuan umat hanya sebatas angan dan harapan. Tentu hal ini tidak terlepas dari sebab umat Islam telah diracuni oleh paham-paham yang menjadikan selain akidah Islam sebagai dasar persatuan dan kesatuan mereka.
Di antaranya paham nasionalisme dan patriotisme. Sekat-sekat negara bangsa telah menghancurkan karakter umat Islam sebagai umat yang satu. Inilah salah satu pelajaran terpenting dari ibadah haji, yaitu membangkitkan kesadaran akan pentingnya persatuan umat.
Sejarah membuktikan bahwa ikatan akidah telah menyebabkan meleburnya sahabat Abu Bakar yang berasal dari suku Arab dengan sahabat Salman al-Farisi yang berasal dari Persia. Begitu juga dengan Bilal bin Rabah yang orang Ethiopia dengan Shuhaib bin Amru yang berasal dari Romawi.
Tidak ada ikatan lain selain dari ikatan akidah pada waktu itu, yang menjadi pengikat antar sahabat pada masa Rasulullah dan umat setelahnya. Bukan ikatan kesukuan ataupun etnis, bukan pula ikatan nasionalisme.
Mirisnya, sekat-sekat nasionalisme telah menjadikan umat Islam menderita. Palestina hingga kini masih dijajah Israel. Umat Islam yang berjumlah 1,6 milyar tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Israel yang hanya berpenduduk 7 juta. Begitu juga dengan masalah Muslim di Filipina Selatan, Uighur, Xinjiang, dan Rohingnya. Irak dipecah-belah. Umat Islam Suriah dibantai diktator Bashar Assad. Mereka menderita. Persatuan hanya di mulut. Harta kekayaan Indonesia dikeruk asing, penduduk muslim di Afrika dizalimi.
Itulah yang terjadi jika umat Islam mengambil selain akidah Islam sebagai pemersatu. Mereka mengambil paham-paham asing, seperti nasionalisme dan patriotisme. Nasionalisme yang sering didengungkan dalam persatuan di setiap negara juga memiliki titik buruk dan rapuh. Sebuah ikatan pemersatu yang hanya bersandar pada aspek emosional dan kebangsaan ini, justru menjadi alat penjajahan para kapitalis.
Penjajah telah memanfaatkan kepentingan tiap bangsa dengan memecah belah dunia menjadi negara-negara parsial, kemudian menyerang tanpa senjata, hingga setiap bangsa mengikuti kemauan dari si pemilik modal. Islam memiliki konsep alternatif untuk menggantikan secara keseluruhan konsep nasionalisme yang saat ini diagung-agungkan.
Ikatan nasionalisme bersifat emosional dan sangat berubah-ubah. Ketika suasana aman dari serangan musuh, atau musuh tersebut dapat dilawan dan diusir dari negeri itu, maka sirnalah ikatan tersebut. Ikatan nasionalisme juga bermutu rendah, karena bersifat temporal dan datang hanya ketika terdapat ancaman fisik yang mengancam wilayah mereka.
Adapun ketika negara tersebut dijajah asing secara non fisik, maka negara tersebut tidak akan merasa terancam sehingga nasionalisme tidaklah muncul. Padahal penjajahan yang terselubung dan terorganisir secara rapi inilah yang sangat berbahaya bagi manusia di wilayah tersebut.
Tidak aneh, meskipun saat ini kaum Muslim di Suriah dalam keadaan yang sangat menyedihkan, dizalimi oleh rezim kufur Bashar Asad, tak kurang dari 30 ribu orang terbunuh dan lebih dari 28 ribu yang hilang, rezim-rezim sekitarnya tidak melakukan pembelaan yang nyata. Mereka sibuk beretorika daripada secara nyata mengirim pasukan tentara untuk membebaskan dan menyelamatkan kaum Muslim Suriah.
Pada hakikatnya, ibadah haji merupakan cerminan bahwa umat Islam adalah umat yang satu. Seperti sabda Rasulullah SAW, "Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang, dan saling cinta, adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam." (Shahih Muslim No.4685).
Dalam melaksanakan ibadah haji, umat Islam memakai pakaian ihram yang sama, tawaf yang sama di Baitullah, dan serangkaian ibadah lainnnya secara bersamaan sebagai wujud ketaatan dan kecintaan pada Allah dan Rasulullah SAW.
Tetapi sangat disayangkan, setelah selesai melaksanakan ibadah haji di tanah suci, umat Islam kembali terpecah-belah. Umat Islam kembali ke negara masing-masing dengan memikirkan urusan masing-masing.
Nasionalisme dengan sistem politik negara bangsanya berhasil memecah-belah umat Islam seluruh dunia. Masing-masing kemudian hanya melihat kepentingan nasionalnya. Rezim negara bangsa ini menjadikan nasionalisme sebagai wujud ketidakpedulian mereka.
Seharusnya sebagai umat yang satu, kecintaan dan ketaatan kepada Allah dan Rasulullah tidak hanya direalisasikan pada saat ibadah haji saja, tetapi kepada seluruh aspek kehidupan.
Seperti yang diperintahkan Allah SWT dalam surat Al Baqarah: 208 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.”
Islam merupakan agama yang paripurna, tidak hanya mengatur ibadah ritual saja. Islam mengatur segala aspek kehidupan, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, mulai dari keluarga hingga negara, semua ada aturannya di dalam Islam, yaitu syariah Islam.
Pada sistem kapitalis, mustahil bisa diterapkan perintah Allah agar umat Islam masuk ke dalam Islam secara keseluruhan. Di sinilah letak penting keberadaan Khilafah sebagai sistem kenegaraan yang akan menerapkan syariah Islam secara menyeluruh.
Khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah bagi seluruh kaum Muslim di dunia, jelas akan menjamin persatuan mereka. Sebab tidak mungkin umat bisa bersatu di level negara kecuali kaum Muslim memiliki pemimpin negara yang satu. Karena itu, syariah Islam sangat menekankan kesatuan kepemimpinan (Khilafah).
Khilafah akan menjaga keutuhan dan kesatuan negeri-negeri Islam. Ketiadaan Khilafah telah membuat kaum muslim bagaikan kehilangan penjaga rumah mereka. Akibatnya orang-orang jahat dengan gampang masuk dan membuat kerusakan di negeri-negeri Islam.
Khalifahlah yang akan kembali menyatukan umat Islam. Itu pernah terbukti dalam sejarah selama berabad-abad silam. Khilafah Islam berhasil menyatukan umat manusia dari berbagai ras, suku, bangsa, warna kulit, dan latar belakang agama yang sebelumnya berbeda.
Mari bersama kita wujudkan kembali kejayaan Islam, agar umat Islam tidak terpecah-belah, tersekat-sekat oleh ikatan yang rusak, dan terwujudnya persatuan umat yang tidak hanya pada saat ibadah haji saja, tetapi dalam segala aspek kehidupan. Agar keberkahan dari langit dan bumi senantiasa tercurah untuk kita semua. [syahid/voa-islam.com]
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com