Selasa, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 31 Oktober 2017 18:39 wib
4.864 views
Waspadai Pembajakan Potensi Pemuda
Oleh:
Monika Devi Kurniati
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kriya Univeristas Negeri Yogyakarta
CIVITAS akademika belakangan ini tengah panas dengan isu radikalisme. Salah satu fakta yang dapat dilihat adalah dengan adanya kegiatan serentak setiap provinsi se-Indonesia yaitu Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi Melawan Radikalisme jilid 2 pada tanggal 28 oktober 2017 yang sebelumnya telah diselenggarakan jilid 1 (25-26/09) 2016 di Bali. Bahkan APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) mengeluarkan reaksinya dalam surat tanggapan bahwa aksi tersebut dinilai sarat akan kejanggalan, sangat politis, dan cenderung menghamburkan waktu dan uang miliaran rupiah.
Padahal masih banyak permasalahan PTS yang harus diselesaikan dan dipikirkan bersama. Agenda yang melibatkan mahasiswa sebagai sasarannya ini diketahui keluar dari jalur tugas pokok dan fungsi perguruan tinggi, selanjutnya diperparah dengan mencatut nama FRI (Forum Rektor Indonesia), bahkan muncul penolakan-penolakan dari kalangan intelektual.
Kejelasan Aksi tersebut perlu dipertanyakan, karena terlihat betul ketidak sinkronan antara komando pemerintah pusat dengan seluruh elemen intelektual yang tidak menyetujuinya karena alasan-alasan tertentu. Terlebih ditemukannya fakta bahwa kebanyakan PT yang akan ikut dalam aksi tersebut mewajibkan mahasiswanya turut serta, menjadikannya sebagai sarat dapat mengikuti ujian atau sarat keluarnya nilai. Dengan demikian perlu diwaspadai bahwa gerak mahasiswa dapat dikendalikan untuk memuluskan agenda tertentu penguasa.
Selama ini kasus-kasus yang mengatas namakan radikalisme selalu disematkan pada Islam, sehingga bisa saja agenda ini memecah belah intelektual atas nama tolak radikalisme dengan menjustifikasi Islam sebagai gerakan radikal. Padahal, tanggal 28 Oktober yang bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, sangat tidak layak jika moment ini disikapi dengan menggunakan mahasiswa sebagai alat perpolitikan pemulus kebijakan.
Sejatinya, pemuda adalah mereka yang memiliki idealisme tak terbeli apalagi dengan materi. Pemuda adalah kalangan perubah dan agen penggerak, bahkan Indonesia juga dimerdekakan oleh pemuda. Momentum kebangkitan pemuda seharusnya disikapi dengan memfasilitasi pengoptimalan potensi akal fikiran pemuda dalam rangka kemaslahatan umat, melawan penjajahan pemikiran seperti sekulerisme, neo imperialisme dan neoliberalisme. Penggunaan potensi pemikiran pemuda hendaknya juga di arahkan dengan semangat Islam yang sangat memperhatikan betul kemajuan saintek sehingga memunculkan ilmuan-ilmuan yang temuannya berguna bagi umat atau masyarakat banyak. *
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!